Chapter 29

1.4K 38 3
                                    

Ke masa sekarang.

Aku menatap ali, wajahnya terlihat cemas. Tentu, besok adalah hari yang menentukan. Apakah kami akan bertahan atau sebaliknya.

Tapi, ali memutuskan untuk tak membuatku ikut merasakan kecemasannya.

"ra, entah apa yang tamus rencanakan besok.. Aku akan melindungimu!" mata ali menatapku.
Aku pun, membalas tatapannya.

"aku juga akan berusaha ali., semua.." kalimat ku berikutnya menguap. Aku tak tau semua akan baik atau buruk. Tamus sudah terlalu jauh membawa masalah ini. Apalagi, ia juga pernah menjadi bawahan si tanpa mahkota. Apa yang terjadi kalau ia bebas dari Bor - O - Bdur. Apakah kami akan terpisah, ..

"kita akan berjuang bersama ra,.. "

Ali tersenyum, aku membalasnya berusaha mengusir rasa cemas, takut akan kehilangannya.

"Hei.. Ra,.. Ali..!!" teriakan seli memotong percakapan kami.

"Ada apa dengan kalian? Kenapa muka kalian terlihat cemas, aku tau setelah dua tahun pernikahan kalian, dan semua perang ini mereda, tiba tiba Masalah baru muncul. Mengganggu kehangatan kalian. Tapi, hei. Kalian tak perlu cemas! Kita akan hadapi semua bersama. Ayo, lupakan sejenak itu. Kita makan malam yuk. Sudah hampir tengah malam. Kalian belum makan apapun kan?"

Aku dan ali menggangguk. Kami bergegas turun dari atas balkon otomatis.

***

"kita harus ke kota Gushman sekarang," ucapku seraya berdiri meninggalkan ruang itu, ali, seli dan ily juga berdiri. Kami melangkah keluar.

Zarun menatap tak percaya, Velina di sebelahnya menggangguk pada zarun memberi isyarat bahwa zarun harus membantu kami.

"Tungggu dulu ra,!" ucap zarun, langkahku langsung terhenti. Aku berbalik.

Kami sempurna berada di aula rumah Velina, ketika zarun menghentikanku, ia sempurna sampai ketika aku berbalik.

"apa?" tanyaku padanya.
"kalian tidak bisa masuk ke kota Gushman begitu saja., Tidak dengan tampilan seperti ini!!"

Aku dan seli menatap binggung, dan ily juga tampak terkejut., ternyata ali membuat kapsul ini memiliki perasaan.

"kenapa tidak, itu cuma kota biasa bukan! Tidak masalah kami bisa ke sana." ali berbalik dan melanjutkan langkahnya.

"tidak ali, warga disana sangat berbeda. Kalian akan di anggap penyusup, karena orang orang disana semuanya separuh hewan." jelas zarun, membuat langkah ali terhenti.

"APA??!!!" kami berempat terkejut, aku dan seli bahkan sempat mundur beberapa langkah.

"kalau kota itu penduduknya separuh ikan bagaimana kita memasukinya.. Ra," seli cemas.

"ayo, ikuti aku.. Kalian butuh sedikit penyamaran." belum genap kalimatnya dia telah melangkah, kami mau tak mau mengikutinya, kami melangkah kembali sesekali zarun dan ali terlibat percakapan.

"oh, ya selain membantu menyamar, aku akan ikut kalian ke kota Gushman., ikut membatu kalian mencari feza." ucapnya.

"aku tak butuh bantuanmu,.. " celetuk ali. Aku menyikut lengan ali, sejak kapan dia menolak bantuan biasanya suka suka saja.

Ekspresi ali menjelaskannya, enak saja. Dia sedari tadi memperhatikan raib, kalau dia ikut.. Dia bisa.. Aku takkan mengizinkannya, bantuan katanya?! Puh.. Aku tertawa dalam hati, sejak kapan dia cemburu begini.

Dahi zarun justru berkerut kesal, ada apa, aku hanya ingin tusuk rambut Nenek dari nenek ku kembali. Sebelum zarun juga berseru kesal. Aku berbicara lebih dulu.

"untuk apa menemani kami?" tanyaku.

"eh, aku ingin mengambil tusuk rambut moyangku. Sudah jelas bukan feza mencurinya.!" ucap zarun. Ali langsung terkejut. Ternyata batinnya salah faham. Seli dan ily hanya mengangguk.

Aku sekali lagi, menatapnya. Dia pasti berfikir dua tiga langkah kedepan.

Sedari tadi aku juga memperhatikan sekeliling, bangunan yang terapung, lahan luas seperti warna semen, kenapa disini bisa ada tumbuhan. Mungkin tanahnya memang seperti itu.

"kalian tau jalan yang sedang kalian lewati itu tanah sebenarnya." seli kemudian terkejut atas penjelasan zarun.

"apa?"

Kami telah sampai di sebuah taman, begitu indah. Di tengahnya ada sebuah bangunan kecil. Seperti wc, atau telefon yang umum di pinggir jalan. Tapi, ketika memasukinya ruangannya begitu luas. Ya ampun!, ada kolam juga. Sepertinya, terknologi ini mirip seperti ransel klan bintang, tetapi diterapkan dalam skala besar.

Kami berjalan dan persis tiba pada bagian lemari besi, ukirannya sungguh indah.

Zarun menekan tombol di lemari itu. Pintu lemari terbuka.

"ini dia, kalian akan memakai pakaian ini." zarun menunjuk berbagai kostum hewan disana.
Perkiraan kami salah.

"di kota Gushman tidak hanya ada ikan tetapi makluk darat juga ada. Meski terletak di air, mereka bisa menciptakan daratan di bawah air. Ayo kalian memilih yang mana. Kecuali robot ini. Dia bisa masuk tanpa di periksa."

Kami segera memilih. Pilihanku adalah kaki harimau, setidaknya aku berpengalaman menaiki itu. Sementara seli sangat menyukai hewan lucu, dia memilih kelinci, dan ali dia bersungut sungut. Dia paling benci harus memilih apa. Dia akhirnya memilih kuda. Dan zarun pakaian elang lengkap dengan sayap.

Selesai memakai tubuh kami seketika berubah. Pakaian ini pasti menyesuaikan dengan gambar luranya.

Dan ali juga memerintakkan ily untuk mengeluarkan, zarun menahannya.

"aku akan  membawa kalian." ucapnya.

...


..

To be continued...

RAIB DAN ALI MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang