"tapi gadis itu, bilang hanya nyawamu yang bisa membayarnya. Apa maksudnya?" aku tetap penasaran.
"hei," ucapku dua kali.
"aku mempertaruhkan nyawaku." jawabnya.
"apa!" aku terkejut.
"jadi percuma kau menolongku hari ini, besokpun. Aku akan diburu. Aku tidak punya siapapu. Dan itu bukan urusanmu. Jangan terlibat jika tak mau kena masalah raib." ucapnya.
"jika kau mencari informasi. Cari saja candi terbesar di kota ini. Itu pusat informasi di kota azman. Kau akan menemukan orang yang kau cari." dia berbisik.
"katanya kau, tak mau memberi tau? Tapi ini.." tanyaku.
"ini bukan bantuan, ini cuma ucapan terima kasihku. Kau sudah mengulur waktuku." ucapnya.
"kau baik ternyata." aku tersenyum padanya.
"tidak" ucapnya.
***
Aku kembali setelah berbicara dengannya. Aku sempat bertanya tentang namanya.
15 menit lalu.
"Siapa namamu?" tanyaku.
"panggil saja Feza." ucap feza.
"trima kasih feza." ucapku.
----
Mentari pagi menerobos tenda kami. Di dekat sini ada air terjun. Aku bisa bersih bersih disana.
"uhh, segarnya." aku meregangkan badan.
"Hei ra, ini makanlah."
"oh, ya. Makasih ily."
Dia sedang memanggang ikan. Ali entah dia dimana, sedang seli asyik mengunyah ikan bakar.
"heh.. Dasar kucing itu. " gerutu ali.
Kenapa dia menggerutu, pasti dia bertanya pada feza, tapi dia tidak memberinya informasi apapun.
"hei, ali." aku menghampirinya. Dengan rambut setengah basah, pakaian hitam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di bukit ini anginnya cukup kencang. Rambutku melambai lambai.
Ali tertegun melihatku. Pipinya memerah.
"kenapa kau?" tanyaku heran.
'kenapa raib dandan secantik ini sih.' batinnya.
"kenapa ali?" seli yang mau lewat terhenti sejenak.
"gak tau nih, sel. Mungkin dia koslet kali ya." ucapku asal.
"hoi, ali sini nanti sarapanmu habis." teriak ily, yang tidak digubris ali. Dia hanya menatapku dengan pipi meronanya.
***
"kita tidak dapat informasi apapun." ucap ali, yang berhasil mengendalikan diri.
"kita menuju candi terbesar di daerah ini." tegasku.
"buat apa ra?" tanya seli.
"pusat informasi sel." ucapku.
"kau mendapatkannya." ali terkejut tidak percaya. Aku mengangguk.