chapter 11

2.9K 79 5
                                        

Tik.. Tok...
Tik.. Tok..

Mataku perlahan terbuka,..

"hm.. Kenapa gak bisa tidur ya..."

Ku melirik jam, pukul 23.12 masih malam.

"haah... " posisiku kini menatap langit langit kamar.

Haduh,.. Berusaha keras aku untuk kembali tidur namun gak bisa, tenagaku mulai normal lagi. Gak lemas lagi.

"Sssshhh..  Sssshhh..."

Sebuah desahan terdengar di telingaku. Suaranya berasal dari sofa termpat-

"a..Ali.." aku berusaha bergerak, bangkit.

Ali terlihat kedinginan, cuaca di kota klan bulan ini memang memasuki musim dingin.

"aku.. Harus bisa bangkit.. Awhhh hahh... Huh.. Akhirnya bisa.."

Aku meraih selimut tebal yang berada di ujung kaki ali.
Lalu, menyelimutinya. Wajahku hanya berada 3 inci dari wajah ali.

Suara gemeletuk giginya yang tadi cukup kencang sudah digantikan dengkur halus.

Tidurlah dengan pulas pangeranku tersayang. Dalam hati.
Ali spontan bergerak diakhir kalimat batinku.

Raib mulai berdiri, dan melangkah menjauh. Namun,..

Tangan, aku merasakan ada tangan yang memegangku. Ali menggenggamnya, ia tidur tapi lihatlah, genggamannya begitu erat seolah tak mau aku jauh darinya.

Aku berbalik, dan kembali menatapnya di jarak 3 inci.
Dengan halus ku lepaskan genggamannya.

"jangan pergi RA,. Jangan tinggalin aku.. Aku sayang kamu.. Sayang banget.." ali mengigau dalam tidurnya, tapi juga menagis dalam mimpinya. Terlihat air matanya keluar walau matanya terpejam.

Mataku juga mulai basah, ku usap pipinya lembut, serta menghapus air matanya. "aku, gak akan kemana mana.. Ali.. " suaraku selirih desau angin.

Spontan ali melepas genggamannya. Aku kembali berbaring, menarik selimut. Kini aku bisa tidur pulas.

.



.



.

Cicicuit.. Cicicuit...

Kicau burung terdengar diluar ruangan, membangunkanku.

Ali duduk disofanya, ia menemukan selimut tebal yang menyelimuti tubuhnya sampai leher.

Rasanya aku tak memakai selimut ini tadi malam. Atau..

"hmm.. RA,.." wajah ali merona.
Semalam aku bermimpi tentangnya, ternyata itu benar nyata.

Tok.. Tok.. Tok..

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan ali.

"siapa... Ya.. " ali bergegas melangkah dan membukakan pintu.

Gadis cantik berambut coklat sedagu menyunggingkan senyum padanya.

"hai sel,.. Pagi.." ali menyapa seli.
"hai al,. pagi juga.. Eh,. Ini aku bawain sarapan buat kalian.. Baru bangun ya.?" tanya seli.

"kok,.. Tau.. Sel." selidik ali.
"ya, tau lah. Tuh iler udah kayak gambar. Hahahah.." seli tertawa karena tak tahan. Iler ali benar benar terlihat lucu dimatanya.

"apaan sih.. Sel, jangan berisik stt.. Raib masih tidur.. Ya udah taruh aja di meja ya.." ledekan seli membuat ali agak cuek menanggapinya.

Ali beranjak menuju wastafel mencuci mukanya, yang kata seli ada ilernya.

"ya udah, aku balik al,.." seli segera pergi ada urusan mendadak yang harus diselesaikannya pagi pagi.

"iya,.. Sel.. Makasih sarapannya.."
Balasan ali terlambat karena seli sudah terlanjur keluar ruangan itu.

"huh.. Pagi pagi, udah bahas iler. Oh ya.. Raib apa belum bangun?"

.

.
Ali duduk di ujung ranjang tempat raib tertidur.

Ali perlahan mengguncang bahu raib lembut.
"ra.. Raib.. Bangun.. Sarapan yuk.." ucapan ali hanya berbalaskan gerakan raib, kini tubuhnya membelakangi ali.

Ali mendekat, membangunkan raib lagi. "ra.. Bangun yuk.. Kita sarapan.. Udah pagi.." ali mengelus rambut raib.

Respon raib kini sebuah genggaman tangan. Istrinya mulai beranjak duduk, ia telah bangun pada ucapan ali yang pertama. Bahkan raib mendengar percakapan ia dan seli tadi.

"ali,.. Aku baru tau,.. Kalau kamu tiap pagi pasti ileran.. Haha..." raib tertawa kecil.

"huh.. Apaan sih.. Kok kamu ikut ikutan seli sih,. " ali kini ilfil terus diledek. Bahkan yang meledek sudah dua orang sekarang.

"cie.. Marah.. Jangan marah.. Nanti tambah jelek LHO. Aku nanti pindah ke lai hati lagi.!" aku menggodanya,.. Eh sejak kapan aku mulai pandai menggoda ali. Biasanya aku selalu ilfil karenanya.

"OWH.. Raibku, merayuku sekarang ya.. Wha.. Hebat!!" suara ali ikut menggoda,..

"apaansih.. " aku menonjok pelan dan menggelitikinya.. "raa.. Geli... Jangan lagi... Hahah... Jangan gelitikin.."

"rasain tuh.. Haha.."

Ali menggengam kedua tanganku dan kami saling berhadapan muka.
"jangan ra.. Geli.." tegasnya.
"ya.. Maaf,.. Ali." aku menurut.
.

.

.
Ali memakan sarapanya dan aku juga memakan sarapanku,

"ra,.. Kamu yang menyelimutiku ya..?"
Tanya ali.
"ya.. Iya,.. Kamu kedinginan sih semalem. Kenapa gak dari tadi dipake?!" jawabku sambil bertanya.
" males.."

Jawab ali sepertinya asal asalan. Dia kecapean sekali sampai lupa ini musim dingin, itu faktanya.

...

...

Next..

RAIB DAN ALI MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang