6 - Dua Hati

1.2K 121 42
                                    


Perth memandang wajah Mark yang tertidur pulas diatas meja. Dia terus memandangi tanpa berniat membangunkan, rasanya hatinya menghangat setiap kali memandang wajah Mark.
Apalagi kini ia sudah tahu perasaan Mark, yang diakui oleh Mark Tempo lalu.

Perth tidak menyangka akan disukai oleh pria paling populer, pria tampan yang selalu setia disampingnya. Membuatnya terhindar dari orang-orang yang mem-bully-nya.

Karena Mark selalu menjemput dirinya di kelas.

Terkadang malu memang, namun Perth menyukai semua tindakan Mark demi dirinya.

Namun, masalahnya adalah kedekatannya dengan Mark membuat hubungan dirinya dan P'Mean nya jadi berjarak.

"Aku tidak perlu menjelaskan alasan aku menjauhinya, namun jika kamu tetap memilih dekat dengannya, maka jangan minta aku akan dekat denganmu lagi." Kata P'Mean pada Perth.
Perth tidak menjawab, dirinya hanya berusaha maklum akan tindakan P'Mean nya.

Mark membuka mata, dan pandangan keduanya bertemu, semu merah muncul di pipi Perth karena dirinya ketahuan memandangi Mark saat tidur.

"Sudah selesai tugas kamu?" Kata Mark berusaha menetralkan degup jantungnya.
Ia tidak mempertanyakan mengapa Perth memandanginya, ia sudah setuju untuk diam menunggu dan tidak akan memaksa.

"Sudah Phi, tadi mau bangunkan tapi sepertinya Phi sangat capek." Kata Perth sedikit salah tingkah, ia pun beralih membereskan buku dan alat tulisnya.
Sedangkan Mark hanya memandang dengan gemas, ia sadar Perth mulai salah tingkah, apalagi ia dengan jelas melihat semu merah di pipi Perth.

Mark tersenyum tulus saat memandangi bocah itu, bocah yang selalu memporak-porandakan hatinya.

Perth Tanaphon, alasan seorang Mark menemukan dunia yang tadinya hampa.

...

"Hei, maaf jadi lama nunggu." Seru Mark sambil menetralkan nafas ngos-ngosan nya.
"Ini minum dulu, cerewet sekali sih." Perth memberikan botol mineral pada Mark.
"Terimakasih." Mark menenggak air minumnya lalu duduk sebelah Perth.

Sore ini, Perth menemani Mark latihan basket.
Pada akhirnya Perth seringkali diajak kemanapun oleh Mark, termasuk main basket depan kompleks rumah dia, sebenarnya Mark bisa bermain di Rumah sendiri, namun ia ingin punya alasan untuk selalu bersama Perth. Maklum Mark kan bucin sekali.

"Terimakasih sudah lama nunggu, tadi terlalu asyik main, sampai langit jadi senja." Kata Mark merasa bersalah, biasanya kan dia hanya latihan 2 jam dari jam 2, ini tadi ia keasyikan main.
"Nggak papa, aku seneng liat orang main basket, sayang saja aku tidak bisa main." Kata Perth sambil tersenyum.
Perth mengeringkan rambut Mark yang basah terkena keringat dengan handuk.
Posisi Perth yang sedikit mendongak membuat Mark menatap bibir Perth yang tipis menggoda.

Sial sekali, pikiran Mark jadi kacau.

"Aku bisa sendiri." Mark mengambil handuk yang dipegang Perth dengan gugup, Perth hanya terdiam merasa Mark sedikit aneh.

Setelahnya, keduanya memutuskan untuk pergi makan.
Sedangkan Perth tidak menyadari Mark begitu menahan diri, melihat Perth yang semakin imut, dan kini keduanya semakin dekat membuat Mark semakin tergoda, apalagi tadi memandang bibir tipis menawan seorang Perth membuat Mark jadi bergejolak.

...

"Kamu masih saja nonton begituan." Mark menatap Plan dengan sarkas, menganggu niat bermain solo.
"Sial kamu kalau masuk ketuk pintu dulu bego." Teriak Mark kesal. Ia mematikan video lalu menutup laptopnya.
"Kenapa sih, biasa juga aku langsung masuk tanpa kasih tahu." Iplan duduk di ranjang Mark.
"Yah, kan bisa ajah aku tadi sedang main solo. Sial pokoknya kamu itu." Sinis Mark.
"Tapi tumben sih biasanya juga ada aku, kamunya main sendiri juga gak terganggu." Kata Plan dengan frontalnya.
Yah begini berteman dari lama, udah gak kaget sama kelakuan bobrok satu sama lain.

Heartbeat (MP - End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang