36 - Moveon

371 39 47
                                    

"Jika menjauh adalah  cara untuk melupakan rasa yang  terasa salah, maka itu adalah cara munafik sekaligus gegabah."
...

Plan memperhatikan Title yang sibuk  mengerjakan tuga miliknya, mereka sedang di Kantin, seusai sarapan bersama, Tle mengerjakan tugas Plan.

"Kenapa memperhatikanku seintens itu? aku tidak setampan Mark." kata Tle membuyarkan lamunan Plan.
"Sial sekali kamu ini." kata Plan kesal diingatkan soal Mark.
Acara Moveonnya sudah  75% ini  padahal.

"Habisnya kamu sih liatin aku segitunya." goda Tle sambil tertawa melihat muka Plan ditekuk.
"Kamu itu menyebalkan sekali, mengingatkan aku sama Mark lagi." kata Plan sendu, ia jadi teringat rindunya.
Rindu bercanda dengan Mark, rindu interaksi dengan  Mark, dan  segala  hal  tentang Mark.

"Yah wajar aku ingetin, habisnya tanpa diingatkan kan tetap rindu." ejek Tle sesuai sasaran.
"Tapi aku sedang belajar Moveon, aku nggak mau ingat dia dulu." sahut Plan secara logis.

Dan Title malah ketawa  ngakak.
Plan semakin cemberut.

"Hey pendek, moveon sama rindu itu dua hal yang nggak bisa dipisahkan. Sebelum kamu punya  rasa padanya, kamu adalah sahabatnya. Sahabat yang saling mengenal satu sama  lain, yang terbiasa bersama, yang terbiasa berbagi. Lalu ada rasa di satu sisi, menjauh jadi  alasan agar rasa bisa mati. Teori paling sederhana sekaligus paling munafik." Kata Tle kalem tapi  menohok perasaan Plan.

"Rindu itu akan semakin membesar  hingga tidak bisa  terkontrol, karena kalian adalah sahabat, meski terlihat biasa saja, aku yakin Mark  juga merindukanmu. Terlepas  karena rasa bertepuk sebelah tanganmu dan rasa bersalah Mark, kalian tetaplah dua sahabat yang saling  merindu." kata  Tle sambil mengusak rambut Plan.

"Kenapa aku tidak menyadari   bahwa kamu bisa sebijak ini?" tanya Plan sambil menatap Tle yang hanya tersenyum mendengar perkataanya barusan.
"Karena kamu hanya terfokus pada duniamu yang sibuk moveon, padahal kamu  tahu, aku  selalu  disisimu  sebagai teman." kata Title membuat  Plan sanggup tergugu.

Tle pindah  mendekat  dengan Plan  lalu memeluk bahunya.
"Aku ingin melupakan dia agar kita  bisa bersahabat kembali, tanpa sadar bahwa kamu adalah seseorang yang memperbaiki serpihan hatiku." Plan baru menyadari satu hal penting yang luput.

Title, sahabatnya yang suka resek, suka cari gara-gara, suka bikin dia marah, dan sekaligus  sosok yang menawarkan pijakan  bagi hati Plan yang rapuh.

Satu sosok yang tidak menuntutnya moveon cepat, tapi selalu mengenggamnya agar tidak  menjadi antagonis dalam kesakitannya.

"Tle, terimakasih." kata Plan sambil tersenyum tulus.
Tle menggumam.
"Hemb buat apa??" tanyanya yang heran tumben Plan berterimakasih segala.
"Untuk cintamu yang setulus ini padaku." kata Plan.
Tle tersenyum dan mengangguk.

...

Aku memang bukan Matahari yang bersinar menerangimu, aku hanya semacam lentera redup yang memastikan hatimu takkan pernah gelap.

....

Mark memandangi Perth yang sibuk bermain ponsel.
"Phi kenapa sih?" tanya Perth memandag balik pacarnya.

"Lagi memandang yang membuat hariku selalu bahagia." kata Mark modus.
Perth tertawa  mendengarnya.
Pasangan Bucin.
"Kamu juga alasanku setiap hari bahagia." kata Perth  sambil  mengusak gemas rambut Mark.

Mark memegang tangan Perth.
"Kok  jadi kamu yang elus-elus kepalaku, kan biasanya aku yang begitu." kata Mark membuat Perth menggeleng sambil tersenyum.
"Aku bukan lagi elus kepala  kamu, aku cuma lagi rapihin rambut kamu yang berantakan." jelas Perth membuat Mark sedikit malu.
"Hehe aku kira  ajah begitu." kata Mark.

Heartbeat (MP - End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang