40 - Si Bodoh

300 39 70
                                    

Di  taman, Perth sedang menunggu Mark yang  ia suruh  membeli Ice Cream. Di malam hari si bocah mau Ice Cream.

"Ini, sama coklatnya." kata  Mark lalu duduk sebelah pacarnya.
"Jangan bilang Phi Mean yah aku minta dibeliin Icecream hehe." kata si bocah.
Mark mengusak  rambut si bocah dengan  gemas.

Mereka pun menghabiskan dulu Ice cream nya, saat ice cream Perth habis, Mark belum menghabiskannya.
"Kok kamu belum  habis sih? Iceku  sendiri cepat sekali habisnya?" tanya Perth sebal, dasar bocah, es nya habis, dia ngambek.
"Nih punyaku habiskan, dasar." cibir Mark dengan bercanda gemas.
Ia mengusak rambut si bocah dengan sayang.

"Ih terimakasih Phi ku sayang." kata Perth  girang.
Dia pun menghabiskan sisa Ice Cream milik Mark yang tinggal separuh.

Mark hanya menunggu si bocah selesai menghabiskan Ice nya. Saat selesai, malah mulut Perth belepotan.
"Belepotan gitu."  kata Mark sambil tertawa gemas.

Dan saat Perth akan membersihkan mulutnya, tangan Perth malah dicekal Mark.
"Kenapa? katanya belepotan?" tanya Perth dengan polosnya, Mark tersenyum lalu menarik tangan Perth agar badannya ikut  maju dan bibir Perth bertemu dengan bibir Mark.

Cara membersihkan sisa manis Es di mulut Perth ala Mark Siwat.

Perth tidak berontak, toh sudah pacar sendiri  pikirnya.

Setelah Perth memukul dada Mark karena hampir kehabisan nafas.

Lumatan yang lumayan panas.

Perth meraup  oksigen sebanyaknya, Mark selalu saja pandai berciuman hingga Perth lemas.

"Aku hanya merindukan bibirmu." kata Mark sambil tertawa melihat wajah memerah plus kacau dari  kekasihnya.

"Aku sengaja belepotan biar kamu cium barusan." goda Perth, ingin memancibg rupanya, dan Mark tertawa gemas dengan  kelakuan si pacar.

"Kamu sekarang makin pandai menggoda deh sayang." kata Mark sambil mencubit hidung Perth.

"Biar kamu makin sayang  aku." balas Perth.
Menggemaskan sekali pasangan bucin  satu ini.

"Haha aku emang makin sayang  kamu, hey sayang,  kenapa ponselmu mati dari siang?" tanya Mark kemudian.

"Aku tidur seharian ini, kepalaku pusing sekali." Perth kemudian menyandarkan kepalanya  pada bahu Mark.
Mark terdiam, raut wajahnya menandakan ia khawatir.
"Kamu sakit apa?" tanya Mark sambil merangkul  bahu  Perth, sedangkan telapak tangan lainnya mengenggam erat tangan Perth.

"Karma karena aku membohongi kamu." kata Perth.
Mark menghela nafas panjang, tidak marah, karena ia tahu bohongnya Perth pasti ada alasannya.
"Jadi bohong soal apa sayang?" tanya Mark dengan kalem.

"Soal alasanku tidak datang ke Perpus, aku sebenarnya sudah datang, tapi saat aku melihat kamu dan  Phi Plan saling memeluk dan berbisik rindu,  aku mundur dan keluar." Mark menegang mendengar perkataan Perth tentang kejadian siang tadi.

"Kamu melihat itu yah? Maaf aku tidak tahu kamu ada disana."   kata Mark malah merasa bersalah, sebenarnya Mark mengajak kencan malam ini, ia berniat memberitahu Perth bahwa dirinya dan  Iplan  sudah  berbaikan.

Membagi satu kisah bahagia pada kekasihnya.

"Tak perlu minta maaf, aku yang memutuskan keluar untuk memberi kalian waktu berbaikan." kata Perth saambil menghadap Mark yang  menatap dirinya dengan sendu.

Jelas terharu.

"Lalu kamu kemana setelah keluar?" tanya Mark dengan kalem.

Perth terdiam sejenak.

"Aku mau bertemu dengan Phi Mean untuk mengajaknya makan siang, tapi saat dijalan dekat lapangan, aku tidak sengaja terlempar bola basket." kata Perth yang  terputus saat melihat Mark menangis.

"Jadi kepala kamu  kena Bola dan sekarang pusing?"  tanya Mark kesal karena khawatir, menyesall, dan sekaligus  bingung ia jadi menangis.

"Aku udahh minum obat, udah tidur juga, pusingnya  sudah hilang kok." kata Perth sambil mengenggam telapak tangan Mark yang mengelus kepalanya.

"Kenapa jadi Phi yang menangis?" tanya Perth gemas.
"Ikut pusing membayangkan kamu tadi siang pusing karena bola basket, hatiku  jadi  sakit tidak bisa melindungimu." kata  Mark yang tidak bisa ditebak.

Perth tersenyum mendengar Mark mengatakan hal itu, membuatnya  jelas terharu.

"Jadi siapa yang menolongmu saat kepalamu pusing?" tanya Mark yang masih ingin menangis.

Tingkahnya absurd, lucu dan berlebihan.

"Aku tadi mimisan dan pingsan lalu datang Phi Saint yang menggendongku ke Ruang Kesehatan." dan mendengar kata Saint, Mark menghela nafas.

Tidak cemburu, ia malah kasihan, Saint akan mencari kesempatan melulu, tapi Mark akan berterimakasih pada Saint esok pagi.

Perth mencium bibir Mark.
Entahlah, hanya ingin mencium Mark, disela ciuman Perth, Mark tersenyum, yah karena Mark tahu, Perth akan selalu jujur padanya, sepele apapun alasannya.

Setelah berciuman, Mark merasa malu karena cengeng, tapi didepan Perth, ia takkan ragu menunjukkan apapun perasaannya.
"Pulang yuk, sudah malam, aku gendong yah." tawar Mark yang pasti takkan ditolak Perth.
"Lumayan, ada punggung yang bisa membuatku tidak perlu capek jalan." kata Perth yang membuat Mark tertawa.

Setelah naik punggung pacarnya, Perth memeluk erat Mark sambil menikmati aroma tubuh Mark yang suka mandi dengan sabun beraroma Vanilla.

Tangis dan tawa, dua hal dari perasaan yang meluap sebagai pelampiasan, dan seseorang akan cenderung mudah meluapkannya didepan seseorang yang menjadi tempatnya menunjukkan isi hati.

...

Mark yang baru datang dengan menggendong Perth disambut acuh oleh Mean.
"Kenapa pakai gendong segala? pusing lagi?" tanya Mean khawatir pada Perth.
"Nggak kok phi." jawab Perth saat turun dari punggung Mark.
Mark hanya diam, ia diacuhkan, tapi Perth  diperhatikan, Mark jadi berpikir Mean cemburu.

Mark yang selalu melihat sisi dengan realnnya.
Logis.
Tapi terkesan begonya.

"Masuklah, Ayah sama Bunda menyuruhmu ikut makan malam." kata Mean sambil menggandeng tangan Perth, meninggalkan Mark yang mengikut di belakang.

Sambil ia merasa aneh saat melihat genggaman Mean pada Perth.
Mark, tenanglah, mereka itu KAKAKADIK saja.

"Hai Mark, duduklah, kita makan bersama." kata Bunda Perth sambil tersenyum melihat ada Mark.
"Eh ada si tampan, katanya sekarang jadi model iklan yah?" tanya  Ayah sambil menepuk bahu Mark  dengan sayang.
"Iya Om baru hari ini mulainya." kata Mark malu, sekaligus  senang Orang tua pacarnya terasa hangat  padanya.

"Tadi nong pingsan Bun." kata Mean saat Ayahnya selesai memuji-muji Mark.
"Loh, kenapa sayang?" tanya Bunda khawatir.
"Kena bola basket." kata Perth sedikit kesal kenapa saat makan, Phi Mean malah bilang soal ia pingsan.
Mark terdiam, merasa disindir Mean karena ia tak ada saat pacarnya pingsan.

"Masih pusing?" tanya Ayah ikut khawatir.

"Perth sudah baik kok Ayah, beneran."  kata Perth meyakinkan ayahnya ia baik-baik saja.
"Ah kamu itu makanya jalann hati-hati." omel bunda yang dibalas tawa oleh Perth.

"Mark, bagaimana kalau kamu menginap malam ini? tidur sama Mean?" tawar Ayah pada Mark, namun yang bereaksi duluan malah Mean dengan tersedak air  yang ia minum barusan.
"Phi pelan-pelan minumnya." Perth memberikan minum pada Mean.
"Ah saya tidak mungkin menolaknya." kata Mark dengan sumringah.

"Mean tidur sama Mark yah malam ini, kasihan ia kecapek an kalau pulang ke rumahnya malam ini." kata Bunda malah setuju.

Mean pun tidak membantah.

Malam ini, ia akan berbagi kamar  dengan pacar adiknya.
Perth hanya tidak mau  berkomentar, ia sibuk menghabiskan makanannya, Mark pun  melanjutkan makan.

...

TBC

...

Dee'S Note : Mark lu cengeng deh haha, Mean pasti  kesenengan  sampek kesedak gitu pas tahu akan tidur sekamar ama Mark.


Heartbeat (MP - End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang