49 - 50 (The One)

368 38 19
                                    

Special Chapter 49-50 - The One

Karena kamu adalah satu-satunya.

...

Hidup ini tidak mudah, hidup ini tidak simple, tapi buat simple saja sih, sederhanakan saja, biar tidak banyak mengeluh maupun memperbandingkan hidup ini dan hidup yang lain. Agar sewajarnya sama.

Agar menjadi lebih saling menghargai.

...

Mark dan Perth sedang berbelanja bahan makanan untuk BBQ.

"Aku senang sekali, Bunda sama Papa sudah sangat dekat sama kamu." kata Mark sambil mendorong trolly.
"Aku juga senang kok dianggap anak sendiri." kata Perth sambil membaca daftar belanjaan.
"Calon menantunya Bunda sama Papa Jumlongkul kamu itu." kata Mark sambil menggoda.
"HIhi, aku masih merasa canggung, tapi bahagia sekali sih." kata Perth sambil tersenyum.

Di saat mereka berdua berjalan, tiba-tiba Perth hampir jatuh karena terdorong seseorang, Mark tidak sempat menarik Perth dan ada yang memeluk dan memegang pinggang Perth agar tidak jatuh.
Perth kembali berdiri seimbang.
"Ahhh maaf yah pegang kamu sembarangan." kata si pemuda yang tadi menolong Perth.
"Saya yang harusnya terimakasih karena kamu bantuin pacar saya." kata Mark sambil menarik Perth mendekat kearahnya.
"Terimakasih Phi sudah bantu saya tadi." kata Perth dengan sopan.

"Sama-sama, aku permisi dulu yah." kata pemuda itu, tidak jelas mukanya, pakai masker, kacamata hitam, dan memakai topi juga jacket hitam.

"Dia bahkan tidak membuka masker dan kacamata." kata Mark penasaran sih sama pemuda yang pendeknya juga seperti mereka.
Sekaligus sedikit cemburu pacarnya dipeluk orang.

Posesive mode Mark Siwat.

"Biar saja sih, dia mau jaga privasi mungkin." kata Perth sambil menggandeng Siwat menuju kasir.

.

Pemuda tertutup tadi membuka topinya saat sudah sampai depan mobilnya, melepas kacamata dan maskernya, bibirnya tidak berhenti tersenyum.

Ia memandang tangannya sendiri, mengingat bagaimana ia memeluk Perth tadi, merasa begitu dekat, membuat ia jadi gemas sendiri.

"Kamu itu manis sekali, beruntung yah Mark jadi pacarmu." gumam pemuda itu, itu seperti sebuah kemanisan dalam harinya. Bertemu si manis yang ia rindukan.

"Perth Thanapon, lama tak jumpa kamu manis, semakin manis, dan semakin cantik." ia pun masuk mobilnya dan melaju meninggalkan tempat parkir.

.

Di Toko Buku.

May sedang mencari buku-buku dan ditemani Mean, Mean sendiri sedang mencari buku untuk tugas miliknya, kebetulan dan gabut cari sendiri, ia pun mau ikut May.

May juga mau membayarkan buku miliknya, sebagai ganti, atau mungkin sebagai modus lebih dekat, itu yang ada dalam pikiran Mean.

"May itu cantik kok, baik pula, meski yah sedikit aneh dan berisik, juga kadang nggak tahu malu, bobrok, mirip kaya kamu sih." kata Ohm saat makan siang bareng Mean.

Memuji sekaligus menjatuhkan sepupunya sendiri.

Sungguh Ohm Pawat memang terlalu jujur sekali.

Tidak apa, itu lebih baik dari yang memuji didepan, lalu membuka aib di belakang.Sebenarnya tidak jauh beda.

Sejujurnya kadang hal semacam itu memicu ilfeel maupun pemikiran untuk melanjutkan pendekatan, namun karena dimata Mean si May itu memang seperti yang dikatakan oleh Ohm, jadi bukan masalah lagi. May memang seperti itu, sama saja dengan Mean.

Heartbeat (MP - End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang