60 - Bay

415 26 4
                                    

Aku ingin memiliki punyamu.

...

"Apa sih? bolak-balik kamarku?" tanya May bosan melihat Bay.
"Sisirku hilang." kata Bay masa bodoh.
"Alasan, hey tenang saja aku tidak akan bunuh diri hanya karna Mean." kata May lirih.

Bay menghampiri kakaknya, lalu   berdiri dihadapan May.
Menarik May untuk dipeluk.
"Aku tidak berpikir begitu, tapi  aku ingin kamu sadar kalau aku rindu cerewetmu, sudah seminggu kamu terus mengurung diri bahkan mengajukan cuti sakit. Kamu sakit tapi tidak mau ke Rumah sakit." nada bicara Bay lembut membuat May tertegun.

Menyadari bahwa dirinya sangat  patah hati.
"Hatiku sangat sakit, bagaimana bisa aku menemuinya disaat seperti ini?" tanya May.

Bay diam.
Dia tahu itu.
"Kalau begitu keluar saja dari kampus." saran Bay.
"Bagaimana bisa begitu? aku masih mau bekerja disana." kata May.
"Tapi kamu tidak mau bertemu dengannya?" tanya Bay secara logis.
May jadi merasa bingung akan kemauannya sendiri.

"Aku hanya butuh waktu." kata May sambil menutupi mukanya dengan bantal.
"Cengeng sih." suara Atta membuat May melotot kesal, Bay hanya mendengus mendengar ocehan Atta sekata itu.
"Kamu kan nggak pernah patah hati." semprot May sebal.
Dan Atta malah tertawa.

"Aku tinggal kalian berdua yah." kata Bay lalu pergi dari kamar May, membiarkan Atta menghibur atau malah menambah stress May.
Karena selama ini, Atta tidak pernah menasehati dengan baik.

Atta unik memang, mengesalkan juga.

May tidak menatap Atta saat Atta mendekatkan wajahnya, ia merasa Atta akan ceramah dan membuatnya kesal.
Atta malah menaruh tangannya di atas kepala May, mengusaknya lembut.
"Sesakit apa? cerita dong." kata Atta dengan lembut.
Nada bicaranya bahkan menghangatkan hati May seketika, ia mendongak menatap Atta yang malah tersenyum manis.
Atta? nggak sakit kan?

"Ini pertama kalinya aku lihat kamu begini, apa karena aku sangat menyedihkan?"  tanya May, Atta menggeleng.

Pada akhirnya May larut pada setitik perhatian Atta, sahabat baik yang begitu dekat dengannya, berbagi makan dan segalanya, kecuali rasa sakit.

"Aku tahu sejak awalnya bahwa Mean memiliki perasaan pada yang lain, dan aku tetap menginginkan adanya kita,  hingga kusadari ternyata aku sangat bodoh." May tahu ini bahkan bukan kesalahan Mean yang masih mencintai orang lain, tapi May pun merasa sia saja jika nyatanya hubungan mereka akan terus dibayangi oleh perasaan Mean sendiri.

Atta tidak mengatakan apapun, ia hanya terus mendengarkan segala kisah May dari sisi May.

Usaha dan pengorbanan tidak ada yang sia-sia.
Namun, jika pada akhirnya menyadari bahwa tidak ada yang berubah, bukankah sama saja dengan ibarat mengejar matahari?

Atta memeluk May, isak tangis May menyayat hati Atta.
Tidak ada kisah romansa dalam hati Atta pada May, hanya saja ia tahu rasa sakit yang dialami May, sama seperti rasa sakit yang pernah ia alami dulu.

"May, aku tidak  bisa menghiburmu dengan kata atau apapun itu, tapi kupastikan kamu akan baik-baik saja selama ada aku." kata Atta dengan tulus.

Ia bukan tipe sahabat yang romantis, ia tidak tahu harus menghibur secara apa.
Tapi sebagai orang yang mengenal baik May, maka Atta akan  pastikan dirinya selalu ada untuk May.

Atta akan menemani May dalam rasa sakit karena patah hati.

...

Hari ini Mark mengajak Perth jalan-jalan ke Pantai.

Kencan dari pagi hari.

Jam 4 pagi.

"Emang punya pacar gila yah gini, ngajak kencan pagi buta." sindir Perth, dan Mark yang mendengarnya hanya tertawa.
Mereka berjalan mendekati laut, lalu duduk di pinggiran pantai.

Matahari mulai terbit.

"Jadi sengaja ngajak pergi pagi buta cuma  buat lihat Sunrise?" tanya Perth gemas.
Mark yang memeluk erat tubuh Perth dari belakang pun mengangguk.
"Aku ingin melihat Sunrise sama kamu, aku sangat rindu kita punya banyak waktu berdua, tapi karena kesibukanku rasanya aku jadi hampir mati merindukanmu." kata Mark.

Sok  romantis.

Tapi inilah Mark, senorak apapun perkataannya, ia selalu jujur menyampaikan isi hati. Ia selalu membuat Perth bosan akan kata romantis sederhana yang sangat menyentuh.

"Aku juga hampir mati bosan merindukan kamu." kata Perth yang juga sama akan rindunya.

Waktu yang membuat jarak, dan waktu yang membumbung rindu.
Keduanya saling merindukan waktu bersama, bukan tidak mensyukuri apa yang mereka jalani, pada dasarnya juga keduanya punya dunia yang beda.

Kesibukan yang beda.

"Setiap aku bangun dari tidur, aku membayangkan wajah pulasmu sama seperti saat kita tidur bersama, rasanya meski kita memang harus menjalani kesibukan yang berbeda, aku tetap membawamu kemanapun." kata Mark, membawa bayang Perth, mengingat memori yang sudah mereka habiskan sampai kini.

"Hingga aku berpikir tidak akan bisa tanpamu, jadi aku ingin mengikatmu." kata Mark membuat Perth menoleh terkejut.

Perth tidak tahu harus respon bagaimana.
Ini masih terlalu pagi untuk mencerna maksud Mark.

"Akhir bulan depan, genap Anniv  kita, aku mau melamarmu." kata Mark sambil tersenyum.
"Kamu  serius secepat ini mau ngikat aku?" tanya Perth, jantungnya berdebar kencang karena terkejut serta tidak percaya.

"Kalau sama kamu, aku nggak harus nunggu lama buat ngikat kamu." kata Mark lalu mencium bibir Perth yang candu, seberkas sinar  mentari pagi menjadi saksi janji Mark.
Ombak yang saling bergulung pun jadi teman kedua insan yang dimabuk asmara itu.

Tidak ada satu hubunganpun yang terjalin sempurna, namun ikatan perasaan yang saling membutuhkan itu adalah yang terpenting.

Saling menggenggam luka dan saling menjadi obat.
Itu adalah hubungan yang candu.

Sama seperti hubungan antara Mark dan Perth.

Keduanya menyusuri pantai sambil mengenggam tangan masing-masing dengan erat.

"Kenapa kamu mengatakan mau melamarku harus jauh kesini?" tanya Perth.
"Hemb kenapa yah? mungkin karena tempat ini selalu membuatku begitu dekat denganmu." kata Mark.

Bisa dikatakan Pantai adalah tempat kencan yang paling favorite.

"Disini, aku menemukan arti bebas, menjadi diri sendiri tanpa perduli apapun." kata Mark sambil menatap Perth.
Perth juga menatapnya.

"Pantai, laut, langit, semuanya adalah lambang kebebasan. Dan saat bersamamu juga aku merasa jadi orang paling bebas, tidak memiliki ketakutan apapun, karenamu lah, aku tidak perduli apapun." kata Mark menarik Perth mendekat.

Lalu keduanya jadi tertawa.

Definisi cinta buta seorang Mark, dia hanya butuh Perth untuk dirinya, Perth adalah yang paling penting untuk Mark.

Hingga ia tidak akan mau Perth pergi darinya, cintanya berupa obsesi, Perth hanya boleh untuknya.

Perth merasa Mark benar-benar jadi gila karenanya.

"Jika kamu mencintainya dengan benar, jadikan ia milikmu, jika kamu tidak mau itu artinya aku masih punya banyak kebebasan untuk menjadikan kamu milikku." kata Bay memberi penekanan pada Mark.

"Kalau kamu tidak berani mengikatnya, maka aku akan terus berupaya memisahkan kalian apapun dan berapapun yang harus kubayar." Bay menatap tajam pada lelaki yang ia  gilai.

"Kamu memang gila." dengus Mark  tidak ingin menanggapi kegilaan Bay.
"Dan orang gila akan bertindak rasional demi apapun." kata Bay seperti sihir menakutkan yang membuat Mark marah.

Tapi apa siap ia mengikat  Perth? atau ikatan itu hanya karena ancaman?

...

TBC

Heartbeat (MP - End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang