Tentang Hati, Tentang Rasa, Tentang Pilihan.
Mana yang bisa kau atur?
...
Jika tidak sanggup menanggung rasa, maka ada baiknya dibunuh sedari awal, namun bagaimana jika rasa itu seperti sel kanker yang susah dibasmi?
Karena yang tersisa dan bisa diatur oleh manusia hanyalah sebuah Pilihan.
...
"Perth bangun, hei Nong, bangunnnn." Mean mengguncang tubuh adiknya yang sedang tertidur tapi wajahnya penuh peluh, sekaligus ia menangis dalam tidur.
Perth terbangun dengan nafas tersengal, ia langsung dipeluk oleh Mean.
Perth makin menangis di pelukan Mean.
"Phi, aku bermimpi tentang mereka. Bunda, Ayah." Perth merasa begitu buruk bermimpi tentang kecelakaan yang merenggut kedua orang tuanya.
Mean mengusap punggung Nong nya agar tenang.
"Mungkin kamu sedang rindu mereka, minggu ini kita temui mereka yah." kata Mean menenangkan.Mean melepas pelukannya lalu mengusap air mata dan peluh dari Perth.
Sesekali Perth kembali mengingat kejadian itu, dimana kedua orang tuanya kecelakan bersamanya, meski hanya dia yang selamat, karena bundanya melindungi dirinya, dan mendorongnya keluar sebelum mobil mereka meledak.Kasih orang tua yang rela mengorbankan nyawa demi sang putra.
Semenjak itu, Perth berpikir dia harusnya ikut bersama mereka, meski ia terlihat tegar, nyatanya hatinya pasti luka juga.
Karena setiap manusia punya lukanya sendiri.
"Kamu demam, apa sebaiknya tidak masuk saja?" Mean mengecek suhu tubuh Perth, sepertinya Perth agak demam.
"Tidak Phi, aku ada kuis pagi ini." kata Perth menolak."Benar tidak apa? kalau nanti merasa tidak sehat, hubungi Phi yah." pesan Mean, lalu ia keluar dari kamar Perth.
Saat melangkah, ia kembali menoleh ke pintu kamar Perth.
Ia menghela nafas agak kesal.Dia ini niatnya ingin sedikit tidak perduli pada Perth karena bocah itu lebih memilih Mark dan tidak menurut padanya, namun nyatanya kini ia sendiri yang mencabut niatnya. Karena melihat Perth sakit sedikit, galau sedikit saja dia jadi semarah ini.
Marah, karena nyatanya sekesal apapun dan seniat apapun Mean berusaha tidak perduli, ia nyatanya tidak bisa berhenti khawatir pada bocah itu.
"Kamu itu anak ajaib yang meredam seluruh rasa marah dihati ini." gumam Mean sambil meneruskan langkah ke kamarnya.
Di kamar ia berniat mandi, tapi berhenti sejenak saat melihat foto dirinya dan Perth, ia menghela nafas mengingat bagaimana moment foto itu diambil.
Saat Ulang Tahun dirinya, setahun yang lalu.
Mean pun hanya tersenyum melihat dirinya yang tertawa begitu lebar karena candaan Perth kala itu. Sebuah kenangan manis yang menghangatkan hati Mean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat (MP - End)
FanfictionMark Siwat, pemuda tampan yang berusia 21 Tahun. Seorang Playboy yang suka PHP. Namun, ia adalah sosok kesepian yang hidupnya mulai berubah semenjak kedatangan mahasiswa baru bernama Perth Tanaphon. ... Cast : Mark Siwat & Perth Tanaphon BL...