43 - Merpati

302 39 26
                                    

Terkadang, sesuatu itu bisa menjadi berharga, ketika kita mampu menghargai dengan begitu baik.

...

"Saint." panggil Mark saat Saint melintas di lorong yang bersisian, beda arah, jadi Mark pun menegur.
Saint terdiam lalu menatap Mark dengan datar.

"Hemb." gumam Saint.

Mark tersenyum pada Saint.
"Terimakasin sudah menolong Perth kemarin, menggendongnya sampai Ruang Rawat dan membiarkan kemejamu kotor karena dia mimisan." kata Mark dengan tulus berterimakasih.

Saint diam saja mendengarkan Mark berbicara.
"Aku tahu kamu membenciku, dan kamu menyukai kekasihku, tapi aku dengan tulus pasti akan berterimakasih saat kamu membantu dia." Mark pun menepuk bahu Saint pelan lalu melanjutkan langkahnya.

Tidak sedikitpun merasa marah karena bukan dirinya yang membantu Perth, Mark pun tidak akan pilih kasih untuk mengucapkan terimakasih.

Sepeninggal Mark, Saint menghela nafas panjang.

Ia tersenyum sendiri, lucu pikirnya.
Terimakasih untuk apa?
Toh tanpa diminta, Saint akan selalu membantu Perth jika bocah itu susah.

Yah, Saint sedikit tersentuh akan kisah kedua sejoli ini, dimana keduanya akan selalu saling jujur.
Perth si bocah tulus, dan Mark si bucin akut.

Semilir angin menerpa wajah Saint, ternyata itu rasanya ada seseorang yang mengatakan terimakasih.

Saint itu, bak karang laut yang kokoh, namun akan terkikis juga oleh ombak dan air.

Hati yang keras akan berubah lembut juga.

Begitu pula dengan Saint.

...

"Perth, ada apa?" tanya Mean saat Mean datang mencarinya.
"Ini Phi, mau izin, nanti aku ikut Phi Mark, dia mengajakku untuk melihat ia pemotretan." kata Perth berharap Phi nya akan mengizinkan.

"Ahhh boleh ajah, pulang kemana nanti?" tanya Mean datar. Perth mengernyit bingung.
"Pulang kerumah Phi." jawab Perth heran tumben bertanya begitu.

"Rumah mana? rumah kita apa rumah Siwat?" tanya Mean memperjelas. Perth merasa Phi nya aneh hari ini.

"Kok Phi nanya begitu sih? kalau nggak bolehin aku pergi, jangan terkesan ingin ngusir aku gitu." kata Perth kesal. Mean salah bicara, dan si bocah ngambek.
Mean hanya diam saja.
"Kalau phi punya masalah, bicarain kenapa sih? jangan menyindirku begitu." kata Perth lagi.
Ia semangat ribut dengan Mean.

"Yah kalau pergi tinggal pergi, nggak perlu pamit Phi lagi, kan kamu pacarnya Siwat, jad terserah mau ikut dia kemanapun." kata Mean, ia gengsi mengaku kesal dan cemburu.
Masih saja, padahal sudah ngasih ijin, tapi rasanya memang agak badmood si Mean hari ini.

"Kamu itu kakakku, wajar kan adiknya minta izin kemanapun sama kakaknya meski udah punya pacar segala. Kamu kenapa sih sinis begini? Aku punya salah apa?" tanya Perth, kepalanya mendadak pusing karena kesal Phi Meannya aneh.

"Sudah sana, katanya mau pergi sama Siwat." kata Mean lalu meninggalkan Perth yang ingin menangis diperlakukan segininya.

"Perth?" tegur Saint yang heran melihat Perth jalannya murung.
Mendung.
"Aku lagi nggak mood bicara Phi, jadi lain kali saja yah tanya aku kenapa." setelah memberi salam, ia pun melanjutkan langkah meninggalkan Saint yang tertegun dan bingung anak itu lagi kenapa.

Saat bertemu Mark, Perth masih mendung.

"Pacarku kenapa?" tanya Mark.
Perth menongak.

"Phi Mean kerasukan jin." kata Perth singkat dan membuat Mark bengong.
"Kenapa sama Phi?" tanya mark hati-hati, ia tahu mood Perth buruk.

Heartbeat (MP - End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang