35 - Sun Flower

336 40 24
                                    

Warning "Siapin Tisu, kali ajah baper buat lap ingus, mon maap Dee lagi ngiris  bawang."

...

Mengapa Bunga Matahari itu hanya melihat satu arah, yaitu Sinar Matahari?
-Karena Bunga Matahari mencintai Matahari.

Bunga yang bodoh, mencintai Matahari yang sinarnya terbagi  pada  yang lain.

-Seperti Aku, yang terus  mencintaimu meski kamu bukan Takdirku di Kisah Masa Ini.-

...

"Perthhhh." Mean mengetuk pintu kamar Perth dengan kasar. Rasa kesalnya memuncak karena ulah jahil  bocah itu.

"Phi?" Perth bersembunyi dibalik pintu yang ia buka sedikit.
"Sini keluar kamu." Teriak Mean tanpa rem.
Ia menarik tangan Perth dengan terlalu keras hingga bocah itu menubruknya, membuat dirinya tak seimbang, berakhir keduanya jatuh dengan posisi Perth menindihnya.

Kacau.

"Ah sakit ini Phi." dengus sebal Perth, ia   segera bangun karena posisinya menyebalkan.
"Phi? Apa Phi juga  sakit?" tanya Perth khawatir karena  Mean malah bengong.

"Kamu maksudnya apa membalas pesan nona miskin tadi saat aku mandi?" tanya Mean  berusaha mengalihkan degup jantungnya yang menggila.
"Maaf Phi, aku hanya ingin kalian berdua mengobrol, kulihat Nona cantik tadi tertarik padamu." kata Perth dengan polosnya. Keduanya duduk berhadapan di lantai.

"Lalu menurutmu apa aku harus melakukan pendekatan dengan nona  miskin itu?" tanya Mean sambil menatap Perth yang menunduk.
"Kalian berdua cocok, lakukan pendekatan dengan nona May." kata Perth sambil tersenyum dengan antusias menyuruh Phi  nya berkenalan dengan  gadis cantik.
"Segitunya yah kamu ingin aku melupakan perasaanku sendiri?" tanya Mean sambil tersenyum dengan nada sarat luka.
Perth tertegun.

"Phi, bukan  begitu, tapi aku merasa sedih jika kamu mencintai seseorang dan terluka karenanya, aku tidak bisa membiarkanmu luka sendirian." kata Perth sambil menatap  Mean, entah karena apa, rasanya sakit sekali memikirkan perasaan bertepuk sebelah tangan Mean pada Siwat.

Mean memandang Perth yang mau menangis.
"Kamu kenapa mau menangis begitu?" tanya Mean tidak mengerti.

Keduanya hening.
Lalu terdengar isak tangis Perth.

"Rasanya menyakitkan meski aku berpura baik  saja dan tidak bermasalah, tapi Phi, bukan  karena  perasaanmu pada Mark, tapi karena aku memikirkan  perasaanmu. Pasti menyakitkan sekali jadi kamu Phi." Perth tidak tahu mengapa mendadak hatinya mellow begini.

"Katakan sakit jika sakit, jangan berpura  baik, kalau Phi bersikap seolah baik-baik saja, itu akan semakin membuat sakit." Perth benar-benar tidak tahan untuk diam dan berpura tidak perduli.

"Kenapa kamu  jadi menangis karenaku?" Mean ikut teriris hatinya.
Degupan jantungnya membuat ia ingin menghentikan degupnya sekalian.

Mean menarik tangan Perth untuk ia peluk.

"Iyah, ini sakit sekali, mencintai bertepuk sebelah tangan itu sangat menyakitiku, perih Perth,  aku sakit sekali." Mean semakin memeluk Perth erat, seerat tangis pada lukanya.

"Aku tidak berhak menyuruh kamu melupakan, tapi aku  tidak ingin kamu terluka. Maka coba buka hatimu untuk orang baru. Memang tidak semudah mengatakan, tapi aku tidak mau kamu terus terluka."  kata Perth dengan gemuruh dada  yang terasa menyebalkan.

Keduanya masih saling memeluk, membagi pundak, membagi luka, tanpa satunya tahu dialah penyebab segala luka meski tanpa sadar.

Manusia sering begitu, menganggap  dirinya adalah seseorang yang cukup  tangguh untuk dijadikan tempat membagi  duka, tanpa tahu mungkin dialah penyebab datangnya luka.

Terkadang seorang Korban merasa semua yang menyakitinya itu jahat, padahal ada kala justru dia penyebab mereka jahat.
Meski mereka juga  tidak seharusnya melukai.

Mean tidak menyalahkan Perth  atas lukannya, ia juga ingin melupakan, ia juga berharap  rasanya pergi,  ia juga tidak ingin terluka, tapi ia tidak paham mengapa Tuhan memberinya cinta pada  yang tidak mungkin ia perjuangkan.

"Aku juga berharap aku melupakan perasaan menyakitkan ini." bisik Mean saat menyelimuti Perth.
Setelah lelah menangis dengan berpelukan, ujungnya Perth malah tertidur.

Mean menggendong  Perth ke tempat tidur. Mean menatap wajah lelap Perth.
Mungkin sampai 2 jam Mean betah memandangi Perth yang tidur.

Lalu Mean  mendekat untuk mencium kening  Perth, menyalurkan segala perasaan yang tidak terungkap.
Nafasnya memberat saat ia memandang lekat  wajah adik yang ia cinta.

"Jika kamu menginginkan  aku dekat dengan May untuk melupakan rasaku, maka aku akan melakukannya." bisik lirih Mean lalu mencium kilat bibir Perth.

"Maaf karena lancang, anggap saja itu mimpi indahmu, karena kali ini kamu sudah melewati batasmu." Mean pun berjalan meninggalkan Perth.
Menutup kamar adiknya dan menangis dibalik pintu.

Tidak mudah, semakin mencoba melupakan, hati itu semakin sakit. Mean ingin melupakan rasanya. Dia tak mau terus terluka, tapi mematikan rasa sama seperti mencoba mematikan hati.

Seperti Bunga Matahari yang setia hanya mencinta Matahari, meski panasnya bahkan bisa membakar diri, namun cinta tetaplah cinta.

-Ingin mencintai  tanpa syarat, bagai kayu mencinta api yang  menjadikannya abu, atau bagai awan mencinta hujan yang menjadikannya tiada.-

...

"Pagi sayang." sapa Mark saat Perth membuka pintu, Perth tersenyum karena pacarnya datang menjemput.
"Perth, phi berangkat dulu yah, Mark jangan  ngebut." Kata Mean saat melewati adiknya dan pacar  adiknya.

"Oke siap Phi." kata Mark sedikit heran dengan Mean yang tumben menyapanya.

"Kamu sudah makan?" tanya Perth saat Mark membawakan Tas Perth.

"Sudah,  kemarin Bunda pulang jadi bisa  bikin makan malam dan sarapan." Mark berjalan duluan karena Perth masih membenarkan tali sepatunya.
Baru beberapa langkah, Perth memanggilnya.

"Phi Mark tunggu" kata Perth.
Mark pun berbalik, dan Perth berjalan dengan tersenyum kearahnya, Perth tanpa memberitahu Mark, dia berjinjit lalu mencium bibir Mark kilat.
Mark  blank.
Tumben pacar mungilnya yang mengambil inisiatif mencium lebih dulu.

Si Perth kenapa membuat jantungan begini pagi-pagi.

Saat melepas  ciumannya, Perth tersenyum dan menatap Mark dengan penuh binar.

"Phi Sayang, aku merindukanmu, morning kiss." kata Perth sambil tersenyum.
Mark merasa melayang terbang tinggi seperti  Dandelion yang tertiup angin.

"Kamu tahu aku juga rindu kamu sayang." tanpa aba-aba, Mark menarik  si mungil mendekat, lalu mencium bibir candu Perth. Melumat penuh gairah, jiwa mesumnya berontak karena ciuman tiba-tiba Perth tadi.

Setelah hampir menyadari  mereka harus kuliah, terpaksa adegan mesum saling melumat bibir  pun berhenti.

Keduanya saling tertawa karena hampir kehabisan nafas.

"Mulai sekarang bukan hanya kamu yang akan mengenggamku, aku juga akan mengenggammu, aku tidak mau kamu yang terus mengejarku, aku juga cinta kamu sayang, jadi aku juga akan menjajarkan langkahku." kata Perth lalu  memeluk lelakinya.

Perth hanya  ingin Mark tahu, dia  juga cinta, Perth juga cinta. Perasaannya juga tumbuh semakin besar.

Bagaikan merawat bunga dari biji, tidak mudah membuatnya  tumbuh sehat, tapi  setidaknya ada  usaha untuk membuat Bunganya tumbuh cantik.
Dan Perth ingin cintanya dan cinta Mark tumbuh alami, tidak instan, tapi  penuh rasa yang dihargai dengan indah.

Karena keduanya tahu, sebuah perjalanan cinta tidak mudah, tapi keduanya percaya, cinta adalah alasan yang cukup  untuk keduanya saling mengenggam tangan.

Semanis dan sepahit rasa Coklat.

...

TBC

...

Dee's Note : Baper, nangis aku.

Heartbeat (MP - End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang