42 - Coffe Latte

327 42 17
                                    

"Kamu kok bisa disini?" tanya Mean bingung. Masih malu juga soal bajakan dari Perth, mendadak salah tingkah.
"Aku mulai mengajar hari ini disini, jadi Dosen." kata May, ia sendiri tidak menyangka akan bertemu dengan si Tampan yang sangat ingin  ia temui.

May pun mendadak salah tingkah.
"Ah Bu Dosen, saya mahasiswa disini." kata Mean sambil memberi salam pada Dosen yang ia juluki si Nona Miskin.

Keduanya benar-benar terkejut dan diliputi kecanggungan, hingga datang Ohm yang mencairkan suasana.

"Kak May, Mean? kalian sudah saling kenal?" tanya Ohm yang kaget dengan kakak sepupu jauhnya ternyata mengenal Mean.
"Dia temanmu Ohm?" tanya May kembali.

"Dia temanku kak, Mean, dia ini kakak sepupu jauhku." kata Ohm yang merasa bangga punya kakak cantik.
"Kami nggak sengaja ketemu di sebuah toko buku." kata Mean.

"Iya, kita bertemu disana, dan juga dia sudah baik membayariku buku, karena dompetku diambil Bay." jelas May sambil ketawa, rasanya senang ketemu sama gebetan.

"Ohhh kak May itu yang kamu ceritakan padaku kan, si nona miskin?" kata Ohm sambil tertawa mengingat  kisah keduanya.
"Ahhh nona miskin?" sahut May sambil tertawa gemas.
"Ahh kenapa kamu ceritakan." bisik kesal Mean pada Ohm.

Ohm terdiam, sepertinya salah bicara.
"Maaf menyebutmu begitu." kata Mean takut jika May nanti kesal ia panggil si Nona Miskin.
"Nggak masalah untukku, kamu mau bertemu denganku pekan depan sudah sangat membuatku senang." kata May yang tidak keberatan dengan panggilan dari si Tuan Tampannya.

Calon bucin.

"Astaga, Phi May, aku mau jalan bersama Mean dulu, sampai jumpa." kata Ohm menyelamatkan Mean dari rasa canggung serta malu.

Sepeninggal Ohm dan Mean, May mengeluarkan ponsel dan membuka aplikasi Kamera.

Lalu melihat dirinya setidaknya tidak kacau dihadapan Mean. Menggemaskan sekali tingkah nona ini.

...

"Perth, nanti aku ada pemotretan lagi kan yah, aku mau ngajak kamu gimana? " tanya Mark saat mengantar pacarnya ke kelas.
Perth menoleh.
"Kenapa harus ngajak aku? " tanya Perth tidak mengerti.
"Agar aku tak mati bosan saat Break. " kata Mark sambil tersenyum.

Sepanjang jalan mereka bergandengan.

"Hah?  Memangnya boleh? " tanya Perth masih mencari cara menolak.
"Boleh lah pasti. " kata Mark sambil tersenyum.
"Baiklah, izin Phi Mean dulu tapi. " kata Perth sepertinya juga penasaran dengan pekerjaan pacarnya.
Labil, katanya mau nolak, ujungnya mau juga.

"Pasti dong." kata Mark senang pastinya.
Ada pacar yang temani.

Emang Mark itu gak bisa deh jauh dari Perth.

Kalau bisa Perth harus ada setiap waktu disisinya.
Bucin akut.

"Aduh yang gandengan terus, jomblo bisa iri woy. " tegur Plan sambil bercanda.
"Yah, jomblo diam ajah deh. " cibir Mark.
"Tapi itu dibelakang Phi Plan ada Phi Tle yang bawain buku." kata Perth sambil menunjuk Title.
"Ohhh iya juga, hai Tle, sekarang kamu nih yang jadi pembentu Plan, jangan mau ah. " kata Mark jelas bercanda.
Plan menggeplak kepala Mark.

"Bicaramu ih, jangan dengarkan dia deh." kata Plan sambil menutup telinga Title yang lebih tinggi, otomatis Plan jinjit.

Dasar pendek.

"Untung yah aku sabar, kalau nggak kubanting kamu disini main geplak juga." cibir Mark sambil mengelus Kepalanya, untung nggak mendadak botak.

"Sakit yah? " tanya Perth ikutan ngelus kepala.
"Modus ajah kamu Mark." cibir Plan gemas.
"Yah salah sendiri jomblo." cibir balik Mark.
Cibir-cibiran, persis anak TK yang lagi berantem.
Perth hanya ketawa melihat dua sahabat ini kembali saling mencibir.

Heartbeat (MP - End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang