34 - Menjadi Pertemuan

345 39 21
                                    

TAKDIR, 

Satu manusia dan manusia lainnya terikat dalam sebuah benang merah yang bernama Takdir.

...

"Mark, sudah datang." Sapa Papa Mark saat melihat putranya pulang.
"Iyah Pa, Papa tumbenan manggil aku kesini?" tanya Mark sambil duduk di sofa ruang kerja Papanya.
Papa menghampiri Mark dengan membawa sebuah berkas.
"Ini Papa mendapat tawaran dari teman papa untuk sebuah Iklan perusahaannya, dia menawarkan kamu menjadi Bintang Iklannya." kata Papa sambil memberikan berkas pengenalan dan semacamnya.
"Kenapa aku yang ditawari? aku kan bukan Model?" tanya Mark sambil membaca berkas itu.

"Katanya kamu adalah Selebgram, dan ia pikir kamu cocok menjadi Bintang Model di Iklannya." kata si Papa mengagumi putranya yang ternyata terkenal.
Mark terdiam, sepertinya ia juga tertarik, lumayan, uang jajannya nambah, ia juga sedang mengincar Mobil keluaran terbaru.

"Tidak usah diterima kalau kamu lebih sibuk berkencan, Papa tidak masalah." kata si Papa menggoda.
"Astaga Pa, kencanku tetap yang utama, bisa kencan dimanapun dan kapanpun juga." kata Si Mark menyombongkan diri.
"Iya termasuk kencan dalam kamarmu." ejek Papa.
"Haha jangan berpikir aneh-aneh, kita hanya tidur bersama." kata Mark malu diejek Papanya.
"Yah tidur bersama, terserah kalian, itu kan hubungan kalian, Papa hanya maklum saja." goda sang Papa gemas pada Putranya yang kasmaran.

"Aku tanya dia dulu yah Pa, kalau waktu kencan kami sedikit tersita, apa dia tidak masalah. Apalagi disini tertulis gaji yang lumayan, mau buat beli mobil sih." kata Mark sambil tersenyum.
"Padahal gaji disitu bahkan setengah isi dari kartu ATM mu kan." kata Papa membuat Mark tertawa malu.

"Yasudah tanya dia dulu sana." kata si Papa mengerti.

"Sudah makan siang? kalau belum makan sama Papa yuk." tawar Papa yang tidak mungkin ditolak oleh Mark.

...

"Apa kabar kamu Saint?" tanya Bunda Mark sebagai psikiater, yang kali ini jadwal Saint untuk konsultasi.
"Baik Dok." kata Saint sopan, ia tahu Dokter didepannya adalah pemilik Panti ia tinggal sekaligus Ibu Mark.

"Kamu terlihat lebih tenang dari bulan kemarin, apa ada sebab akan perubahan itu?" tanya Bu Chiya (Nama Ibu Mark).

"Aku sekarang punya alasan agar bisa sembuh Dok." kata Saint sambil tersenyum.
"Apa yang menjadi alasannya?" tanya Chiya.
"Ada seorang adik yang ingin aku jaga, mungkin jika bisa aku ingin memiliki dia." kata Saint tidak berhenti tersenyum.

Chiya terdiam melihat pasien nya mulai mampu tersenyum dengan tulus.

"Kamu mulai jatuh cinta?" tanya Chiya ikut tersenyum.
"Iyah, dia punya pacar, tapi apa aku tidak boleh jatuh cinta pada pacar orang?" tanya Saint dengan ekspresi gelap lagi.

Ia ingin tahu, apa seorang Dokter akan membelanya jika dia salah juga?

"Semua berhak jatuh cinta, terlepas kamu sehat atau sakit, kamu sudah bisa menerima bahwa kamu sedang sakit, jadi Dokter yakin kamu juga mampu memilah apa kamu boleh atau tidak jatuh cinta. Tidak ada yang salah, asal dia bukan istri orang lain atau keluargamu sendiri." kata Chiya berusaha memberi pengertian agar pasiennya tidak salah paham dan berakhir ngamuk.

"Dok, aku senang mendengar jawaban Dokter, aku akan berusaha dengan caraku, tidak untuk menyakiti seseorang yang aku sukai." kata Saint kembali tersenyum.

Chiya lega, setidaknya Saint bisa memahami maksudnya.

"Karena memaksa itu tidak akan pernah berakir baik, seperti proses kamu ingin sembuh, kamu menjalaninya dengan tulus ingin sembuh, jadi Dokter yakin kamu akan mengerti apa yang baik dan apa yang buruk." kata Chiya sambil tersenyum.

Heartbeat (MP - End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang