14 - OASE

770 72 28
                                    

Plan terdiam setelah membuka pintu rumahnya dan berdiri seseorang yang tersenyum kearahnya dengan membawa Gula Kapas.

"Mean?" tanya Plan sedikit shock mengenai kehadiran tiba-tiba Mean.
"Buat kamu, biasanya yang sedang patah hati patut coba yang manis." kata Mean menyodorkan Gula kapas bagi Plan.
"Aku tidak menyangka, kamu masih memiliki rasa simpati pada pria patah hati sepertiku." sindir Plan tidak berniat serius.

"Karena aku sudah lebih berpengalaman patah hati dibanding kamu." kata Mean sambil tertawa hambar. Mengakui dia lebih pengalaman soal patah hati, dulu karena Plan, kini karena Perth.

Meski ia tidak membuka perihal perasaannya tentang Perth kecuali pada Ibunya yang super punya kepekaan tinggi.

Mean dan Plan duduk sambil menikmati gula kapas masing-masing di beranda rumah Plan.

Terlamun Mean pada obrolannya bersama wanita yang paling memahaminya, si Bunda.

"Mean, kamu pikir bisa menyembunyikan perihal perasaanmu pada ibu yang membesarkanmu selama 22 tahun ini?" tanya sang ibu sambil tersenyum menatap putra sulungnya.

"Namun, apapun itu bentuk perasaanmu, sebagai ibu, bunda hanya percaya kamu mampu memilih mana yang terbaik bagi perasaanmu terlepas pada siapa, terlepas harus apa." Sesederhana itu pesan bunda Mean, namun mampu membuat Mean memahami arti sesuangguhnya soal rasa yang ia miliki pada adik angkatnya.

Meski susah, dia pikir, mungkin lebih baik dirinya menahan segalanya, agar tidak lagi menyakiti Perth, dan perlahan melupakan rasanya yang ada.

"Kata orang, obat patah hati adalah cari suasana baru, membuka hati pada orang baru dan mungkin perasaan akan terlerai dengan sendirinya." gumam Mean, ditujukan bukan hanya pada Plan, tapi juga pada dirinya.

Plan melirik Mean.

"Kamu sudah mencobanya?" tanya Plan.
Mean menatapnya lalu tersenyum.
"Perasaanku padamu sudah tidak tersisa mungkin." kata Mean sambil tertawa.
"Secepat itu kamu melupakanku? atau mungkin ada seseorang yang kamu sukai?" tanya Plan kepo.
"Iya aku menyukai orang lain." kata Mean dengan serius.
"Siapa?" tanya Plan kepo.
Apa pada Perth? entah mengapa nama itu terngiang di otak Plan secara tiba-tiba.

"Pada Jenie Blackpink." kata Mean sambil tertawa saat melihat wajah malas Plan mendengar soal Jenie BP.
"Sial sekali kamu, kalau sama Jenie, aku juga udah jadi bucin Jenie dari dulu bego." Semprot Plan sebal.

Dan Mark tertawa gemas.

"Iya kan, ngebucin Idol itu bisa bikin kita lupa diri, lupa sama masalah hati kita, cara ampuh buat melarikan diri." kata Mean sambil masih tertawa, meski pandangannya berubah sendu.
Nyatanya, selari apapun, ujungnya ia akan kembali terluka sebab rasanya pada Perth, bahkan perasaannya pada Plan dulu tidak sesakit perasaannya kini.
Mungkin karena rasanya pada Perth lebih dari yang ia kendalikan dan sadari.

Andai ia punya keberanian seperti dulu saat nyatakan cinta pada Plan berujung mengetahui Plan menyukai Mark.

Dipikir kembali, Mean patah hati dua kali karena orang yang sama, Mark.

"Kamu jadi satu-satunya tempatku melampiaskan diri, dipikir-pikir sama kamu aku lebih nyaman, sedangkan sama Mark, tulusku pun munafik." kata Plan sambil tertawa hambar.
Mean hanya tersenyum.
"Mungkin karena kita berdua bertakdir sama, patah hati." kata Mean sambil tertawa menertawai nasib cintanya yang patah melulu.

...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Heartbeat (MP - End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang