52 - Lorong Dan Waktu

283 38 15
                                    

Waktu selalu berjalan cepat, tidak melambat, tidak berhenti, menciptakan Lorong yang kadang terlupakan.

...

Mark menatap Bay.
"Aku menyukaimu." lirih Bay namun jelas.
Hening.

Bingung.

"Aku sudah memiliki kekasih." kata Mark dengan tegas.
"Iya aku paham." kata Bay sambil tersenyum.
"Aku bisa jadi yang kedua, atau aku akan menunggumu." kata Bay lagi.

"Aku tidak perduli akan perasaanmu nona. Aku sudah memiliki kekasih, dan itu jelas." kata Mark, ia menolak dengan tegas, baginya Perth hanya satu-satunya.
"Hubungan sejenis tidak akan berakhir dengan indah, nyatanya kalian akan menyadarinya nanti." gadis itu gigih, gadis itu keras kepala.

Mark adalah ambisinya, dan ia tidak akan mungkin kalah oleh Perth.
Baginya.

"Kamu bahkan bukan Tuhan, meski manusia bisa memprediksi, kamu tetap orang luar yang tidak berhak mengatakan hal jahat itu." kata Mark dengan kalem namun menohok.

Bay diam.
Malu.

"Nona, aku memiliki kehidupan yang bebas kamu kritik, bebas kamu prediksi, namun ingatlah satu hal, disaat kamu menjatuhkan hidup orang lain dengan perkataanmu itu sama saja dengan mendoakan hal buruk pada dirimu sendiri. Jangan berlagak korban disaat kamu yang jadi penyebab hal buruk itu terwujud." kata Mark, mukanya memerah, marah.

Lalu Mark melangkah tanpa berbalik.
Profesional sebagai rekan kerja tidak masuk hitungan menghujat.

.

"Dalam otak manusia, banyak sekali bermunculan berbagai pertanyaan, pun saya demikian, saya memiliki banyak sekali pertanyaan tak terjawab, maka saya tuangkan lewat Diary, terkembang jadi sebuah ajang bermonolog dengan diri sendiri lewat tulisan. Setiap pertanyaan malah bertumpuk tanpa ada jawaban, dan saya menguraikan setiap pertanyaan yang ternyata terhubung dengan pertanyaan lain, hingga saya akhirnya tahu, bahwa jawaban selalu ada dan datang dengan cara tidak terduga." kata Atta menjelaskan bagaimana mula ia begitu mencintai dunia Tulisan.

"Setiap manusia punya duka, punya sakit, punya suka, dan punya batas, disaat saya merasa tidak ada yang mengerti saya, maka saya akan membaca lagi tulisan harian saya, disitu saya menemukan arti saya dalam diri saya sendiri, bahwa pada dasarnya manusia berdiri pada kakinya sendiri." semua mengangguk setuju, bahwa tulisan yang ditulis dalam berbagai keadaan akan jadi penguat dalam diri saat menemui titik rapuh dan saat tidak ada yang mampu memahami.

Bahwa sebuah obat bagi hati yang sakit adalah hati itu sendiri.
Semacam bisa ular yang juga memiliki penawar.

Dan ingatan dalam diri manusia bisa jadi sebuah penawar duka.

Disaat berada dan terjebak dalam waktu sulit, seolah tidak mampu bangkit, rapuh dan juga sakit, maka ingatan lalu akan bahagia mampu jadi penawar.

Di waktu Tuhan menyudutkan manusia, hingga manusia itu lelah dan mempertanyakan banyak hal, maka Tuhan kembalikan lorong waktu disaat manusia itu pernah memiliki waktu bahagia.

Sehingga timbul harapan yang menjelma jadi kekuatan.

Perth tersenyum takjub, perkataan Phi Atta membuat ia merasa begitu hangat, seolah terlempar pada lorong waktu dimana ia selalu bahagia. Dan kini ia juga sedang di masa bahagia.

Bukan hanya Perth, semua juga terbius.

Bahkan Saint.

Ia menatap Perth, alasan dirinya ingin bahagia, senyum bocah itu, ambisi dalam diri Saint pula.
Membuat Saint tahu, bahagia itu sesederhana ia jatuh cinta pada Perth Thanapon.

Heartbeat (MP - End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang