19 - Sebuah Harga

582 68 35
                                    

Pernah dengar bahwa segala sesuatunya memiliki harga yang pantas dan senilai dengan apa yang diinginkan oleh manusia?

Entah itu tentang sebuah teori bahagia, atau duka.

Entah juga tentang benda, maupun rasa.

Dan terkadang banyak manusia yang lebih mementingkan ego, inginnya bahagia terus, maunya banyak impian atau benda yang diidamkan menjadi milik, tapi tidak mau mengorbankan apapun, atau hanya membayar sedikit saja.

Pernahkah terfikir, ketika ego manusia menguasai, maka yang terjadi adalah harga itu justru harus dibayar oleh orang lain.
Sadar atau pun tidak.

Karena segalanya punya harga yang sebanding.

Karena segalanya punya harga yang sebanding

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


...

"Perth, sudah sehat?" tanya Saint yang melihat Perth datang ke kelas.
"Sudah Phi, terimakasih atas bantuannya tempo hari." kata Perth dengan sopan.
Sebenarnya ada rasa takut saat berhadapan dengan Phi Saint yang suka kasar dulunya, namun ia berusaha sopan karena Phi Saint juga yang membantunya tempo hari.
"Tenang saja, tidak perlu takut begitu, aku sudah tidak berniat membullymu, bisa dikeroyok dua pawangmu nanti." kata Saint sambil berlalu.

Perth terdiam.

Ia tahu satu yang dimaksud Phi Saint adalah Mark, tapi satunya siapa?
Perth tidak berpikiran pada siapapun selain Mark.

"Hey lihat deh, yang sekarang jadi pacar Mark, Saint saja sudah tidak mau ganggu dia, huh seneng yah punya pacar Pangeran kampus?" ejek teman-teman Perth.
"Iya dong, jual apa yah sampai Mark ajah mau sama dia?" tanya yang lain.
"Jual ginjal kali haha." Perth hanya diam mendengar mereka berbicara buruk tentangnya.
"Dulu ajah sok jual mahal pas digodain para seme, ehhh nyatanya kini jadi ukenya Mark." Ejek mereka semakin menjadi.
"Dasar munafik deh." Bahkan Perth yang duduk diam saja, kini tetap jadi bahan cibiran, juga beberapa sampah terlempar padanya.

"Hey kalian sampah kok lempar sampah sih?" teriak seseorang yang marah melihat Perth diperlakukan begitu.
Perth mendongak melihat Plan menatap marah pada kerumunan pencibir itu.
"Phi Plan?" panggil Perth terkejut, bagaimana bisa Plan masuk dan malah membelanya begini.
"Kamu kok malah diam diperlakukan begini?" tanya Plan kesal melihat Perth.

Plan duduk di sebelah Perth.

Plan sering ketinggalan kelas, maka semester ini dia harus mengambil kelas yang sering ia tinggalkan, kebetulan hari ini dia ada sekelas bersama Perth.
"Hey kalian para bocah tidak tahu malu, kalau berani menganggu adikku, akan kupastikan mulut kalian habis aku cincang." ancam Plan kasar.
Perth tersenyum mendengar ada yang membelanya.

"Kamu sering dihina begini? dibully begini?" tanya Plan kesal melihat Perth sekonyol ini pasrah dicibir oleh mulut sampah dibelakang sana.

"Mungkin itu cara mereka memperlakukanku, meski aku sama sekali tidak pernah membuat mereka membenciku." kata Perth sambil menunduk.
Sedikit ada rasa sungkan pada seseorang yang menjadi sahabat pacarnya sekaligus yang menyukai pacarnya lebih dulu.

Heartbeat (MP - End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang