25 - Surprise

471 59 59
                                    

Tidak ada yang ingin dibenarkan oleh Mean, tapi tidak mungkin ia bisa menjelaskan yang sejujurnya.

"Sumpah deh Mean, bukan aku serius." kata Ohm membela diri.

...

Di suatu sore, masih lingkungan Kampus, Mean bermain basket sendirian, dia ingin melampiaskan segala penatnya dengan main Basket.
Dia tidak lagi menjadi supir adiknya, Perth semakin menjauh darinya.
Meski jarang berinteraksi, setidaknya Mean rindu bocah itu ada dalam jarak pandangnya.

Perth, mengacaukan segala susunan hatinya.
Tidak bisa lagi diulang kembali.

Perasaannya sudah semakin dalam, semakin jauh, dan semakin tersesat.

Dan Mean tidak bisa memaksa rasa ini mati.
Karena Perth itu berarti bagi Mean.

Dan Perth membuat hidup Mean kacau, tapi, Perth alasan Mean menemukan bahagia.

Sesakit itulah cinta bertepuk sebelah tangan.
Namun yang namanya Cinta, tetaplah indah meski hancur sekalipun.

"Ohh ada yang galau yah?" teriak Ohm mulai rese.

Mean menghentikan permainan solonya lalu beranjak menuju tempat duduk, menemui Ohm.

"Nih minum." kata Ohm memberikan sebotol mineral pada sahabatnya.
"Kacau banget moodmu?" tanya Ohm mengundang prahara.
"Hah apaan sih, trus apa urusannya sama kamu, jangan sok tahu please." ejek Mean pada Ohm.
"Halah, aku tuh kenal kamu, luar dalammu hapal aku. Ehhh dipikir-pikir kita ini kan sama-sama patah hati, gimana kalau kita kerjasama?" tanya Ohm mulai memikirkan pemikiran liciknya.

Ambisius, Ohm Pawat.

Mean mendelik ngeri ke Ohm, sialnya memang dia sahabatnya.

"Mikir apa kamu?" tanya Mean antisipasi.

Kerjasama?
Kerjasama buat bisa moveon gitu? dan Ohm berniat menjadikan dirinya Uke? sial sekali pemikiran kotor Mean.

"Kamu yang mikir apa? Jangan bilang kamu mikir kita ini jadi FWB gitu biar sama moveon? jangan mikir gila!" ancam Ohm.
Setidaknya Mean bernafas lega, pemikiran Ohm tidak seburuk tokoh drama yang sering ia tonton.
Mending kalau Plan yang ngajak, lah ini, seme juga.

"Kirain, otak jeniusmu biasanya banyak gak benernya." ejek Mean.

Ohm tertawa.

"Gila, hey, aku suka Perth, kamu suka Mark, kerjasama yuk pisahin mereka!" Dan mean kesedak minumannya sendiri.

"Ih jorok sumpah." Cibir Ohm.
"Apa yang barusan kamu bilang? Aku kerjasama sama kamu? biar kamu sama Perth dan aku sama Mark?" Sumpah ingin Mean ceburkan Ohm ke Segitiga bermuda.

"Iya kan, kita bisa sama untung, lagian kamu cocok sih jadi ukenya Mark." cibir Ohm sambil ngakak.

"Sialan, jangan bikin aku bernafsu buat bunuh kamu deh." kata Mean jadi dingin.

Aura psiko menguar dari perkataan Mean, dan Ohm jadi ngeri sendiri.

"Oke, maaf, iya juga aneh sih, Perth adik kamu, uh sesayang itu kamu sama adikmu, tapi malah cinta sama pacar dia. Bukan tipe kakak yang baik deh." cibir Ohm dengan sok tahunya.

Mean hanya terdiam tanpa niat membalas.

Malas meladeni sebenarnya, di bilang suka Mark, rasanya Mean ingin muntah.

"Kamu sendiri kenapa bisa suka Perth sih?" tanya Mean pada Ohm bingung. Semoga bocah ini tak lagi membahas dirinya suka Mark, mau muntah beneran.

Ohm terdiam, mengingat wajah polos Perth.

Heartbeat (MP - End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang