🔹 k e e m p a t 🔸

901 106 13
                                    

Tadinya, ingin ku lanjutkan ke bagian selanjutnya. Tapi setelah melihat Johnson terlelap di pangkuanku, aku pikir aku harus menjeda ceritanya. Lagipula ini sudah malam.

Ku tutup buku itu, kemudian ku perhatikan wajah anakku dari atas. Lekungan mata serta hidungnya, mengingatkanku akan ibu anak ini, Sojung.

Ku panggil namanya, "Johnson?" tapi dia tak merespon. Ku pikir karena anak ini sudah tidur terlalu lelap.

Tanpa berpikir panjang, aku mengubah posisi anak ini sebentar, kemudian membawanya kembali dalam pelukanku.

Aku berjalan, membawanya pergi ke kamar. Johnson sempat melenguh, tapi alih-alih membuka mata, dia malah makin mengeratkan tangannya di leherku. Jujur saja, aku senang akan hal ini, dan tersenyum kala dia melakukan itu.

Setelah sampai, pelan-pelan ku tidurkan dia di atas ranjang. Sebagai informasi, dari dulu sampai sekarang dia selalu tidur bersamaku.

Bukan, bukan karena dia takut sendiri. Tapi karena aku yang terlalu mencintai anak itu, sampai-sampai tidak mau berpisah bahkan saat tidur.

Aku ... bukan ayah yang posesif. Tapi ayah yang mencintai putranya.

Ku lihat Johnson bergerak tidak nyaman, dia mulai membuka matanya.

"Pepa..." lenguhnya.

"Ada apa?"

"Johnson mau Mema..."

Aku lupa. Anak itu memang selalu gagal tidur kalau tidak memeluk ibunya–yang dia panggil Mema, Sojung.

Ah, sebenarnya... Ini tidak benar-benar sosok Sojung, hanya sebuah ... figura.

Kuberikan figura Sojung pada Johnson. Kemudian dia menerima dan memeluknya dengan erat.

"Pepa, Johnson tidur, ya? Selamat malam."

Aku mengangguk kemudian mengecup kening anak itu dan membalas ucapannya, "selamat malam. Jangan lupa ucapkan selamat malam juga pada Mema."

"Selamat malam, Mema." Mengulang aksiku yang tadi, Johnson ikut mengecup figura Sojung.

Andai Sojung benar-benar di sini. Pasti keadaannya akan jauh lebih menyenangkan.

"Langsung tidur, ya? Pepa masih harus bekerja."

Johnson mengangguk, kemudian memejamkan matanya. Aku pergi keluar, sebelum itu tak lupa aku mematikan lampu.

◾▪▪▪◽

Ku senderkan tubuhku di leher kursi, menarik napas panjang, kemudian membuangnya perlahan.

Kalau sudah begini, aku selalu berkhayal Sojung berada di sampingku dan mengusap bahuku, kemudian berkata, "harusnya kau istirahat sekarang. Hari ini kau sudah cukup melakukan tugasmu dengan baik." seperti dulu.

Tapi kembali lagi, sekarang itu hanya sebuah khayalan. Sayang sekali... Benar-benar sangat disayangkan.

Ku tatap salah satu foto pernikahan kami yang sengaja ku pasang di ruang kerja, kemudian bergumam, "dulu aku selalu bilang, aku akan sabar menunggu waktu membawaku untuk bertemu denganmu. Tapi sekarang, aku benar-benar merindukanmu. Tidak bisakah kita bertemu sekarang, Sayang? Sudah cukup lama aku menantimu..."

◾▪▪▪◽

"Pepa!"

Kubuka mataku perlahan, melihat siapa yang baru saja memanggilku. Johnson, dia lah pemilik suara yang baru saja memanggilku.

SOJUNG ミ°endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang