🔸 p e r t a m a 🔹

2.1K 147 3
                                    

Sojung meregangkan pelukannya, tersenyum manis menatap Seokjin. Kemudian bertanya, "mau berkeliling?"

"Asal bersamamu, aku mau," jawab Seokjin.

Sojung kembali tersenyum kemudian mengajak Seokjin berdiri. Dia menggenggam erat tangan Seokjin, tak mau lepas.

"Kau tahu, aku senang kau menggenggam tanganku."

"Aku juga senang, karena aku sudah jujur padamu bahwa sebenarnya aku sangat mencintaimu. Sekarang aku akan menggenggam tanganmu, agar kau terus bersamaku."

Seokjin tersenyum, kemudian menarik tangannya dari genggaman Sojung, dan beralih memeluk Sojung. "Aku tak akan kemana-mana, aku akan terus bersamamu karena aku memelukmu."

Sojung yang awalnya kecewa lantaran Seokjin melepaskan genggamannya, kini tak lagi karena tujuan laki-laki itu menarik tangannya adalah untuk memeluk dirinya.

Tak segan, Sojung membalas pelukan Seokjin, dan meletakkan kepalanya di bahu kiri Seokjin.

◾▪▪▪◽

Usai berkeliling, Seokjin dan Sojung kembali ke tempat pertemuan keluarga. Rekah senyuman bahagia tak henti-hentinya hadir di wajah mereka.

"Wah, apa yang sudah kalian lakukan? Wajah kalian tampak jauh lebih berseri," komentar Ibu Sojung.

"Tidak melakukan apa-apa," jawab Seokjin. "Kami hanya mengucapkan kata cinta, dan saling melepas rindu."

"Berarti ayah tidak salah 'kan memilih Sojung untuk menjadi pendampingmu? Kau terlihat sangat bahagia sekarang," sambar Ayah Seokjin.

"Ayah tidak salah, Sojung memang cinta sejatiku," kata Seokjin. "Bukan begitu, Sojung?"

Sojung yang tidak tahu harus menjawab apa, hanya menaikan kedua alisnya bingung, dan mengucapkan kata, "hm?" yang mengisyaratkan seolah-olah dirinya tidak mengerti.

Melihat respon Sojung, kedua keluarga itu tertawa. Menurut mereka, tingkah Sojung itu luar biasa. Sojung berhasil mematahkan aksi manis Seokjin.

"Aku yakin dia hanya malu," ucap Seokjin mengelak.

"Aku malu untuk apa?"

"Malu untuk mengakui kalau kau adalah cinta sejatiku," jawab Seokjin.

Sojung menggeleng. "Aku memang bukan cinta sejatimu," kata Sojung. "Tapi aku cinta abadimu."

Perkataan Sojung berhasil membuat Seokjin malu dan menutup kedua matanya dengan satu telapak tangan.

Sementara ayah dan ibu mereka, tertawa akan pernyataan Sojung barusan. Tidak ada yang pernah menyangka kalau perkataan Sojung jauh lebih luar biasa manisnya dibanding Seokjin.

◾▪▪▪◽

Sojung baru saja selesai mencuci muka. Dirinya dikejutkan oleh nada dering ponsel di dalam kamar.

Buru-buru dia keluar dari kamar mandi. Kemudian mengambil ponselnya di atas meja rias, dan membawanya ke balkon.

Dia menerima telfon di atas balkon.

"Halo?"

"Halo, Sojung. Ini aku, Seokjin."

"Oh, Seokjin. Ada apa menelfon?"

"Tidak ada apa-apa, sih. Kau sedang apa sekarang?"

"Sedang berdiri di tepi balkon, dan menerima telfon darimu."

Terdengar kekehan kecil di sebrang sana. "Sudah mau tidur, belum?"

"Tidak. Aku masih mau berbincang denganmu, beruntung kau duluan yang menelfonku."

"Aku rindu berbicara denganmu lewat telfon. Semenjak hari itu, kau tidak pernah lagi mengangkat telfonku, kemudian aku kehilangan kontakmu. Itu sama sekali tidak menyenangkan."

"Waktu itu ada ayah di sampingku, mana berani aku mengangkat telfonmu."

"Aku mengerti."

"Terimakasih sudah mengerti." Sojung tersenyum.

"Aku juga benci waktu sebenarnya. Pertama karena waktu membawaku jadi tidak bersamamu lagi. Kedua karena waktu berjalan begitu lambat, padahal aku ingin segera menikah denganmu."

"Aku juga begitu, berharap waktu itu tiba lebih cepat. Tapi ku harap kau mengerti, menikah itu butuh proses, Seokjin. Kau harus sabar sedikit, nanti bila sudah waktunya, percayalah aku akan selalu ada di sampingmu."

"Kau benar, aku harus lebih sedikit sabar."

"Itu bagus."

"Yasudah, lebih baik sekarang kau tidur. Aku tidak mau calon istriku sampai sakit karena kurang tidur."

"Iya, kau juga tidur, ya? Jangan lupa sebut namaku dalam do'a tidurmu, agar aku hadir dalam mimpimu."

"Kau juga. Selamat malam, Sayang."

"Selamat malam." Sojung tersenyum kemudian memutuskan sambungannya.

Malam ini dia rasa, tidurnya akan jauh lebih nyenyak. Karena dalam hatinya, bunga-bunga indah hadir bertebaran. Malam ini dia dapat ucapan selamat malam dari laki-laki yang sangat dicintainya.

◾▪▪▪◽

A/N;
Halo! Gimana part satunya? Sedikit? Kurang banyak?😹 Aku sengaja bikin sedikit dulu, karena sebenarnya part yang benar-benar baru dimulai di part KEDUA😹

Jadi, sampai jumpa di part selanjutnya!

SOJUNG ミ°endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang