Sojung kembali lagi dari dapur, sembari membawakan bubur untuk menu makan siang suaminya. Dia juga tidak lupa membawa alat pengukur panas, serta obat penurun panas. Untung saja, persediaan obat di rumahnya, masih cukup lengkap.
Sojung duduk di pinggir ranjang, di sisi suaminya. Dia menaruh nampan di atas nakas, kemudian mengambil mangkuk yang berisikan bubur.
"Aku buatkan bubur ini untukmu. Jangan protes karena tidak ada rasa, ini memang sengaja tidak kuberi perasa apa-apa," jelas Sojung.
Seokjin hanya mengangguk lemah, sembari menyandarkan tubuhnya pada bantal di belakang tubuhnya.
"Ayo, buka mulutmu," titah Sojung.
Seokjin dengan tanggap membuka mulutnya, kemudian menyantap bubur hambar buatan istrinya itu. Mulut Seokjin benar-benar terasa aneh sekarang, rasanya dia ingin muntah. Dia sama sekali tidak memiliki selera makan.
"Sudah cukup, aku mual," kata Seokjin yang tidak mau lagi menyantap makan siangnya.
"Kalau begitu minum dulu," kata Sojung sembari memberikan air pada Seokjin.
Sembari Seokjin meminum airnya, Sojung dengan telaten mengusap peluh yang ada di kening suaminya. Dia juga menyibakkan sedikit rambut-rambut Seokjin yang menghalangi wajah tampannya.
Seokjin memberikan kembali gelas berisi air pada Sojung. Kemudian Sojung menaruhnya di atas nakas.
"Makan sedikit lagi, ya?"
Seokjin menggeleng, "aku sama sekali tidak punya selera makan, Sojung. Perut dan mulutku juga tidak akan bisa menerima makanan yang masuk."
"Kalau tidak makan, nanti kau tidak bisa minum obat. Kalau kau tidak minum obat, sakitmu akan semakin parah, dan kalau sudah begitu aku pasti akan sedih. Karena suamiku hanya bisa terbaring lemah, tanpa mengeluarkan suara, dan tawanya, bahkan tingkah menjengkelkannya."
Sebenarnya Seokjin ingin tertawa, tapi tidak bisa. Mengingat tubuhnya terasa begitu lemas saat ini. "Kalau begitu doakan saja aku supaya lekas sembuh."
"Kalau tidak disertai upaya, mana bisa doa itu terwujud?" tanya Sojung. "Ayo makan satu atau dua suap lagi. Aku janji, akan memaafkan semua kesalahanmu, kemudian bersikap manis lagi seperti apa yang kau inginkan."
"Benar begitu?" tanya Seokjin.
Sojung mengangguk. "Tapi kau harus makan dulu, kemudian minum obat."
Seokjin mengangguk. Dia kembali menerima suapan makanan dari istrinya, walau sebenarnya dia sendiri merasa tidak nyaman akan makanan yang masuk ke dalam mulutnya. Tapi demi Sojung, apapun akan dia lakukan.
Sojung tersenyum senang lantaran bubur yang ia sajikan untuk Seokjin sudah habis dimakan. Kemudian, dia mengambil air lagi untuk Seokjin agar suaminya itu tidak merasa haus.
Usai menenggak air sedikit, Seokjin memberikan gelasnya lagi pada Sojung. Kemudian setelah itu Sojung memberikannya termometer untuk digigit.
"Gigit yang benar, ya? Biar aku tahu, berapa suhu badanmu sekarang," kata Sojung sembari menghapus gumpalan air hangat yang ada di dahi Seokjin.
Sembari menunggu, Sojung menyiapkan obat untuk diminum suaminya usai mengukur suhu badannya.
Begitu termometer berbunyi, Sojung melihat angka berapa yang tertera di monitor termometer. Tiga puluh delapan derajat celcius, masih lumayan tinggi suhu badan Seokjin.
Sojung memberikan obat untuk Seokjin minum. Setelah Seokjin selesai menelan obat itu, Sojung berkata, "aku benar-benar berharap demammu akan segera turun. Kalau sampai nanti malam belum juga turun, atau malah semakin naik suhu badanmu, aku akan membawamu ke rumah sakit."
![](https://img.wattpad.com/cover/202718891-288-k883455.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SOJUNG ミ°end
Fanfiction#1 in Sowjin Tipikal laki-laki sejati, mungkin itulah Adipati Seokjin. Hanya satu kali jatuh hati, satu kali mencintai perempuan yang berarti dalam hidupnya. Senyumannya mungkin tidak secerah dulu, tidak selebar dan tidak semanis waktu itu. Tapi sam...