🔹 k e t i g a p u l u h 🔸

552 80 23
                                    

Hari ini adalah hari tersibuk Seokjin, dia sudah menyelesaikan tiga pertemuan dalam satu hari. Rasanya, dia ingin buru-buru pulang ke rumah, memeluk Sojung istrinya, dan mengaduh pada perempuan itu.

Tapi niatnya terpaksa harus dia tunda lantaran menyadari bahwa sekarang masih pukul enam sore. Mau langsung pulang juga percuma, dia tidak bisa bertemu Sojung lantaran perempuan itu baru akan pulang pukul tujuh malam.

Lagi pula sebenarnya dia ragu akan sikap istrinya akhir-akhir ini, yang tak pernah sama sekali bicara sejak pagi itu.

Seokjin bingung. Percuma kalau bertanya, Sojung tidak akan menjawab.

Tiba-tiba ponsel di sakunya bergetar, tanda ada panggilan masuk. Dia mendelik ketika melihat ternyata nama si penelfon adalah Jisoo.

Ragu-ragu, Seokjin menerima panggilan perempuan itu; Jisoo. Sampai hatinya merasa tak tega tatkala mendengar suara isak tangis Jisoo yang membutuhkan dirinya.

Perempuan itu bilang, dia baru saja bertengkar dengan suaminya. Bahkan Jisoo juga bilang kalau suaminya menuntut perpisahan.

Seokjin jadi benar-benar tidak tega. Bagaimana kalau Sojung yang ada di posisi Jisoo sekarang? Argh! Seokjin tidak mampu membayangkannya.

"Jadi kau ada di mana sekarang? Aku akan datang menemuimu," kata Seokjin.

"Di taman, tak jauh dari kantormu."

"Kau tunggu di sana, jangan kemana-mana."

Seokjin memutuskan panggilannya, kemudian langsung meluncur pergi ke taman yang letaknya tak jauh dari kantornya.

Dia menyebar luaskan pandangannya, mencari keberadaan perempuan yang tadi menelfonnya sembari terisak.

Begitu dia menemukan Jisoo, dia langsung pergi menghampirinya. Jisoo yang melihat Seokjin, spontan langsung menghamburkan diri ke dalam pelukan laki-laki itu.

Seokjin jadi gugup sendiri saat tiba-tiba Jisoo memeluknya. Dia bingung, dia kasihan pada Jisoo, tapi harusnya dia tidak membiarkan Jisoo memeluknya begini.

Ragu-ragu dia menggerakkan tangannya, membelai halus surai perempuan itu sembari mengucapkan, "yang sabar, Jisoo," dengan terpatah-patah.

◾▪▪▪◽

Seokjin pulang ke rumah dan mendapati Sojung yang tengah menangis terisak di dalam kamar. Dia buru-buru menghampiri Sojung dan bertanya, "Sayang, kau kenapa?"

Sojung menatap Seokjin sebentar kemudian menghapus jejak air matanya. Dia hampir pergi, tapi Seokjin mencegahnya lebih dulu.

"Sojung, sudah beberapa hari ini aku kau abaikan. Sudah dua kali aku mendapatimu menangis terisak begini, sebenarnya apa yang terjadi padamu? Kau marah padaku?"

Sojung menjawab, "memangnya kau masih peduli padaku? Bukannya kau lebih peduli dan lebih menyayangi pacar barumu itu?"

"Kau bilang pacar? Sejak kapan aku punya pacar baru? Aku tidak pernah menduakanmu!"

"Kenapa malah bertanya padaku? Semua pertanyaanmu itu sudah kau ketahui jawabannya," kata Sojung yang setelahnya memutar badan meninggalkan Seokjin.

Tapi belum berhasil pergi, Seokjin lagi-lagi mencegahnya dengan menggenggam erat lengannya. "Sakit, Seokjin! Lepaskan aku!"

Seokjin spontan melepas genggamannya, kemudian meminta maaf. "Aku benar-benar tidak tahu apa maksudmu. Aku sama sekali tidak pernah mendua."

SOJUNG ミ°endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang