🔸 k e d u a p u l u h s e m b i l a n 🔹

488 70 28
                                    

Seokjin sudah masuk ke dalam restaurant bersama Arka, bahkan mereka berdua sudah memesan makanan.

Arka mulai berbicara dengan mengucapkan, "sebelumnya pasti Bapak belum pernah makan di sini, 'kan?"

Seokjin mengangguk. "Saya justru baru tahu kalau di sini ada restaurant."

Arka tertawa kecil. "Bapak terlalu sering makan di kantin kantor. Tidak pernah bosan dengan masakan Ibu Rita."

Seokjin menjawab, "habis mau bagaimana, waktu istirahat saya 'kan lebih sedikit dibanding karyawan lain. Saya masih harus bekerja saat jam istirahat makan siang."

"Jadi kepala perusahaan itu ternyata tidak mudah ya," kata Arka usai mendengar curahan Seokjin barusan.

"Ya, kenyataannya memang begitu, Arka," kata Seokjin, "kalau saya tidak serius, bisa saja perusahaan saya jadi gulung tikar."

"Semoga jangan sampai gulung tikar, saya senang bisa bekerja dengan Bapak. Bapak baik, dan saya juga sudah mengenal Bapak sejak lama, jadi saya tahu pribadi Bapak yang sebenarnya."

Seokjin tertawa. "Tapi bukan berarti kau bisa membuka kartu saya, ya."

"Saya tidak pernah seperti itu," sahut Arka ikut tertawa.

Tak lama setelah itu, perempuan yang tadi pagi ditemui Seokjin datang lagi dan kini ikut bergabung bersama Arka juga Seokjin.

"Tidak apa-apa ya kalau aku ikut bergabung?" tanya Jisoo sembari mengambil posisi di samping Seokjin.

Arka yang melihat itu lantas berkata, "duduk di sampingku saja. Pak Seokjin 'kan bos besar, tidak seharusnya kau duduk di sampingnya."

Jisoo terlihat menatap Seokjin sebelum berkata, "tidak apa-apa 'kan ya kalau aku duduk di sampingmu begini? Kau tidak keberatan 'kan?"

"Aku sih―"

"Dengar 'kan, Arka? Seokjin tidak masalah akan itu," jawab Jisoo yang setelahnya tersenyum pada Arka.

Arka mendecih diam-diam, "bahkan Pak Seokjin belum menyelesaikan kalimatnya."

"Tapi aku yakin kalau Seokjin akan mengizinkanku," kata Jisoo, "kami 'kan dulu teman dekat."

"Ya, terserahmu saja lah. Aku sedang malas berbicara," kata Arka.

"Kurasa dari tadi yang mengajak berbicara di sini adalah kau," timpal Jisoo.

Seokjin tiba-tiba bersuara, "sudah, jangan terus beradu mulut. Malu, kita dilihat banyak orang."

Keduanya; Jisoo dan Arka akhirnya diam, menyudahi tingkah keanak-anakan mereka.
Tak lama setelah itu juga makanan Seokjin dan Arka datang, Jisoo langsung bilang pada pelayan kalau makanan yang dia pesan untuk meja nomor dua puluh satu agar dibawa ke meja tempatnya berada sekarang.

"Jisoo, aku makan duluan tidak apa-apa ya?" tanya Seokjin.

Jisoo tersenyum mempersilahkan. "Iya, makan saja."

Seokjin dan Arka langsung makan bersama, sementara Jisoo sibuk bermain dengan ponsel canggihnya sembari menunggu pesanannya datang.

Saat Seokjin dan Arka selesai makan, Arka buru-buru mengajak Seokjin untuk segera kembali ke kantor. "Lima menit lagi jam makan siang selesai, lebih baik kita kembali sekarang saja, Pak."

Jisoo yang masih menyantap makanannya tampak menatap Arka kesal. "Arka, tidak sopan kalau kau mengajak Seokjin pergi saat aku masih makan."

Arka lantas menjawab, "memangnya siapa peduli? Lagi pula dari awal, kami berdua tidak ada yang mengajakmu bergabung. Kau sendiri yang mau bergabung dengan kami. Sekarang kami sudah selesai makan, apa akan lebih sopan kalau kami menunggu orang lain yang bukan bagian dari kami selesai makan?"

"Arka ...." ucap Seokjin.

"Pak, maaf. Tapi sekali lagi, kita harus kembali ke kantor segera," tukas Arka.

Seokjin menghela napas kemudian menatap Jisoo. "Maaf ya, Jisoo? Aku dan Arka harus pergi lebih dulu, kami masih harus bekerja."

Jisoo mengangguk, tapi terlihat kesal. "Yasudah, kalau begitu silakan pergi."

Seokjin dan Arka melenggang pergi meninggalkan Jisoo. Saat sudah kembali masuk ke kantor, Arka kembali berbicara.

"Lihat 'kan, Pak? Dia mencari perhatianmu tadi," kata Arka, "kalau Bapak masih mau memertahankan pernikahan Bapak, lebih baik hati-hati."

Seokjin tersenyum. "Kamu perhatian sekali sama saya, Ka," komentar Seokjin, "saya pasti akan hati-hati, terimakasih sudah diperingati."

"Saya hanya tidak mau melihat hubungan Bapak dan istri bapak jadi kacau karena Jisoo."

◾▪▪▪◽

Seokjin menutup pintu mobil, kemudian menancap gas guna membuat mobilnya berjalan.

Ini sudah hampir jam tujuh, sehabis dari kantor Seokjin langsung melesat ke rumah sakit untuk menjemput istrinya; Sojung.

Saat sampai di rumah sakit, Seokjin tak langsung bertemu Sojung. Dia menunggu, menunggu Sojung keluar dari rumah sakit dan berlari memeluknya.

Sepuluh menit setelahnya, Seokjin masih menunggu.

Dua puluh menit, dia masih setia menunggu.

Sampai satu jam setelahnya, Seokjin berpikir apakah Sojung dapat tugas tambahan lagi. Menggantikan temannya yang belum datang untuk tugas?

Seokjin menghela napas, kemudian keluar dari mobil. Dia berjalan menghampiri petugas keamanan yang sedang bertugas.

Saat sudah sampai, Seokjin lantas bertanya. "Dokter Sojung sudah keluar dari rumah sakit belum, ya?"

"Dokter Sojung?" tanya petugas keamanan, "Bapak suaminya Dokter Sojung, 'kan?"

Seokjin mengangguk. "Saya datang menjemput. Tapi sudah satu jam saya menunggu, Dokter Sojung belum juga keluar. Kira-kira dia ke mana, ya?"

"Dokter Sojung sudah pulang dari satu jam yang lalu, mungkin sebelum Bapak datang," kata petugas keamanan.

"Oh, ya?" tanya Seokjin tak percaya, "dia pulang dengan siapa?"

Petugas keamanan menjawab, "Dokter Kiki. Mereka berdua pergi naik taksi."

"Kiki itu laki-laki atau perempuan?"

Petugas keamanan tertawa. "Dokter Kiki itu perempuan, Pak. Jangan takut begitu."

Seokjin tertawa canggung sembari menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak terasa gatal. "Saya yakin, Bapak juga akan bertingkah sama saat mendengar nama Kiki jalan berdua dengan istri bapak."

"Iya, saya juga laki-laki. Makanya saya paham kalau Bapak tadi sedang ketakutan. Takut istri Bapak jalan berdua dengan laki-laki lain," kata sang petugas keamanan.

"Jadi banyak bicara begini,"–Seokjin tertawa–"saya pulang sekarang saja kalau begitu. Bapak lanjutkan saja kembali pekerjaannya."

"Iya, terimakasih. Hati-hati di jalan."

Seokjin mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan petugas keamanan barusan. Dia lantas sedikit berlari, buru-buru masuk ke dalam mobil.

Dia menyalakan mesin mobil, kemudian menekan pedal gas dan mulai mengendarai mobilnya.

Begitu sampai di rumah dan memarkirkan mobilnya di garasi, Seokjin masuk dan menutup pintu rumah. Dia buru-buru naik ke lantai dua, memastikan apa benar istrinya sudah pulang ke rumah.

Dia masuk, dan mendapati Sojung sudah tertidur lebih dulu lagi. Walau begitu, setidaknya Seokjin lega, istrinya benar-benar sampai di rumah dengan selamat.

◾▪▪▪◽

A/N:
Jangan lupa tekan bintangnya! 🌟⭐

SOJUNG ミ°endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang