🔸 k e s e m b i l a n 🔹

645 85 3
                                    

Selama masa pingit berlangsung, yang Sojung lakukan hanya memanjakan diri. Seperti, melakukan perawatan pada wajah dan kulitnya. Tidak lupa, dia mengurangi porsi makannya, agar besar tubuhnya tetap terjaga.

Ibu juga tak jarang membuatkan ramuan kecantikan kemudian memberikannya pada Sojung untuk diminum.

Ini sudah hari ke lima, dan hal itu masih akan terus berulang sampai lima belas hari ke depan nanti.

Sojung juga menyempatkan waktu untuk membaca buku calon suaminya, yang waktu itu dia beli di toko buku. Judul bukunya, Annoying.

Sojung senyum-senyum sendiri tatkala membaca buku itu. Seokjin menceritakan perjalanan hidup mereka berdua, tepatnya saat mereka berdua duduk di bangku SMA.

Parahnya, Seokjin juga menulis sosok Jisoo. Seorang gadis yang sempat menjadi orang ketiga diantara hubungan mereka. Jelas sekali, Jisoo mencintai Seokjin. Siapa yang tidak tahu itu? Bahkan beberapa teman-teman Sojung di SMA tahu itu.

Tapi beruntung, saat itu Jisoo mau mengalah. Setidaknya, Jisoo bukan tokoh antagonis-yang rela membenarkan segala cara untuk mendapatkan hati Seokjin.

Omong-omong soal Jisoo, beberapa hari lalu Sojung dengar dari kawan lamanya bahwa dia sudah menikah dengan laki-laki kaya yang umurnya satu tahun lebih muda dibanding dirinya.

Hmm... Cinta tak mengenal usia, 'kan?

Doakan saja, semoga Jisoo benar-benar bahagia dengan laki-laki yang belum lama ini dinikahinya.

Sojung melanjutkan aktivitas membacanya, sampai tak terasa, dirinya sudah masuk pada sub-bab terakhir. Sub-bab terakhir yang menceritakan tentang perpisahan mereka berdua, Seokjin dan Sojung.

Perpisahan yang dilakukan hanya dengan lirikan mata, atau lebih tepatnya curi-curi pandang. Kemudian setelahnya, mereka benar-benar berpisah. Hingga takdir mempertemukan mereka kembali tepat setelah delapan tahun mereka berpisah.

Sojung juga membaca curahan Seokjin, dan hal yang dilakukan Seokjin saat Sojung pergi meninggalkannya. Seokjin ... sempat kehilangan semangat, begitu katanya di dalam buku itu.

Berjam-jam dia habiskan untuk membaca, hingga akhirnya dia sadar, sekarang sudah pukul empat sore. Itu artinya, sudah waktunya dia mandi sembari merawat diri.

Semoga waktu berjalan lebih cepat, Sojung yang berharap begitu.

◾▪▪▪◽

Seokjin menghela napas panjang, sembari melihat tanggal yang tertera di kalender. Ternyata, masih cukup lama waktu yang tersisa.

"Mau selama apapun aku menunggu, asal akhirnya aku dan Sojung bahagia, maka aku akan bersabar."

Seokjin membuka pintu kamar kemudian turun ke bawah menemui kedua orang tuanya.

"Seokjin, ayo makan malam," ajak sang ibu.

Seokjin yang baru saja sampai pada anak tangga terakhir, tersenyum menghampiri kedua orang tuanya.

"Kau sudah mandi, 'kan?" tanya sang ibu.

Seokjin mengangguk. "Memangnya aku masih bau asam, ya?"

"Tidak ada yang bilang kau bau asam, Seokjin..." kata sang ayah.

"Kupikir ibu berbicara begitu karena mencium aroma badanku yang tidak sedap," kata Seokjin sembari menarik kursi.

"Ibu hanya basa-basi sebenarnya," ucap ibu Seokjin.

"Mana sini piringmu, biar ibu ambilkan nasi untukmu," kata ibu Seokjin lagi.

Seokjin memberikan piringnya pada sang ibu, kemudian menunggu sebentar hingga sang ibu menyelesaikan tugasnya. "Terimakasih, Bu," ucap Seokjin setelah mendapat piringnya kembali.

SOJUNG ミ°endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang