🔹 k e t i g a p u l u h e n a m 🔸

494 73 4
                                    

Ayah Seokjin bilang, "Ayah Hans dan istrinya sedang dalam perjalanan menuju ke sini."

"Memangnya Ayah juga mengundang Ayah Hans dan Ibu?" tanya Sojung pada Ayah mertuanya.

"Iya," jawab Ayah Seokjin, "Ayah sengaja. Makan malam ini sebenarnya dibuat dengan tujuan menyelesaikan kesalah pahaman yang ada."

"Iya, apalagi ayahmu marah sekali dengan Seokjin, anak Ibu," timpal Ibu Seokjin, "Ibu tidak mau kalau karena amarah Tuan Hans, kalian jadi tidak bisa seharmonis dulu lagi. Apalagi sampai kalian berdua berpisah."

"Tapi aku malah khawatir, Bu," kata Sojung, "iya kalau Ayah Hans percaya kalau semua ini adalah salah paham. Tapi kalau ternyata justru sebaliknya bagaimana?"

"Tenang, Sojung. Itu biar jadi urusan Ayah, nanti Ayah akan menjamin pada Ayahmu," kata Ayah Seokjin.

"Tapi Ayah―"

"Jangan terus berprasangka buruk, apalagi pada Ayah kandungmu sendiri," kata Ayah menyela perkataan Sojung, "berdoa saja, semoga rencana Ayah ini berhasil. Lagi pula rencana ini 'kan demi kalian berdua."

"Iya, Sojung. Sekarang lebih baik kau bantu Ibu menyajikan makanan yang ada di dapur," timpal Ibu Seokjin.

Sojung mengangguk. "Yasudah kalau begitu, akan kubantu. Ayo."

◾▪▪▪◽

Sekarang Tuan Hans dan istrinya sudah datang. Bahkan sekarang mereka sudah duduk di bangku makan.

Ayah Seokjin mulai bicara. "Ayo, dimakan dulu makanannya. Setelah itu baru kita berbicara."

Semuanya menuruti apa kata Ayah Seokjin, bahkan mereka secara bergantian mengambil lauk pauk serta nasi untuk mereka makan malam ini.

Selesai makan, Ibu Seokjin dan Sojung pun langsung turun tangan. Mereka lantas membersihkan meja makan, dan mengambil semua piring-piring kotor.

Usai mereka berdua kembali, Ayah Seokjin langsung memulai pembicaraannya. "Hans, aku di sini mau menjelaskan bahwa permasalahan yang terjadi antara anak kita, itu hanyalah salah paham."

"Maksudmu?"

"Seokjin tidak menduakan putrimu. Ini benar-benar hanya salah paham, putraku selalu mencintai putrimu."

Tuan Hans menatap ke arah Sojung. "Benar begitu, Sojung?"

Sojung mengangguk. "Tadi aku bertemu dengan perempuan yang sempat berpelukan dengan Seokjin, dia bilang kalau dia tidak punya hubungan apa-apa dengan suamiku. Aku hanya salah paham, Seokjin benar tidak mendua."

"Kalau memang benar begitu, Ayah bersyukur," kata Tuan Hans, "tapi kalau sampai Seokjin berbohong lagi, Ayah yang akan langsung memisahkan kalian berdua. Selamanya."

"Aku janji, tidak akan pernah menduakan Sojung. Aku juga akan lebih menjaga Sojung setelah ini, aku tidak akan menyakiti putrimu lagi, Yah," kata Seokjin mencoba membuat Ayahnya percaya.

"Jaga hati Sojung, Ibu tidak mau dia seperti kemarin lagi. Terus mengurung diri di kamar, tidak mau makan dan terus menangis seharian," timpal Ibu Sojung.

Seokjin lantas menatap istrinya. "Kau benar sampai seperti itu, Sayang?"

"Sudah kubilang, saat itu aku benar-benar terluka. Maafkan aku ...."

"Tidak apa-apa, yang penting setelah ini, kita harus berjanji akan mempercayai satu sama lain," kata Seokjin.

"Iya, aku berjanji."

SOJUNG ミ°endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang