🔹 k e t i g a p u l u h d e l a p a n 🔸

483 73 9
                                    

Berbahagialah Tuan Hans dan istrinya, usai mendengar kabar bahagia yang disampaikan oleh putri kesayangan mereka.

"Berapa usia kandunganmu, Sojung?" tanya Ibu Sojung sembari mengelus perut Sojung yang masih rata.

"Kata dokter masuk usia lima minggu," jawab Sojung sembari tersenyum bahagia.

"Ya ampun, Ibu tidak sabar sekali menunggu kehadiran cucu kedua Ibu," ungkap Ibu Sojung.

"Ayah ikut bahagia kalau begini. Kalian berdua sudah mendapatkan buah cinta, jaga terus anak kalian. Jangan biarkan anak ini gugur lagi seperti dua kakaknya yang dulu," pesan Tuan Hans pada anak dan menantunya.

Sojung menyudahi tawanya, kemudian menatap suami yang ada di sampingnya. "Aku dan Seokjin pasti akan menjaga anak ini. Nanti kalau dia sudah lahir, aku berjanji akan terus merawatnya."

Sementara Ibu Sojung dibalik kebahagiaannya, juga terlihat terharu. "Dulu Ibu yang ada di posisimu. Menunggu Mingyu dan kau lahir di dunia. Waktu berjalan begitu cepat, sekarang anak Ibu yang sedang menunggu anaknya lahir ke dunia."

"Nanti kami juga akan berada di posisi Ayah dan Ibu," timpal Seokjin, "melihat anak-anak kami tumbuh dewasa. Menyaksikan anak-anak kami menikah, dan mengharap hadirnya cucu pertama, kedua dan seterusnya."

"Kalau dipikir-pikir, hidup manusia itu cukup monoton," kata Sojung, "fase setiap manusia itu sama ... maksudku, manusia secara bergiliran berada di fase yang sama. Seperti ini contohnya, dulu Ayah dan Ibu pernah sebahagia kita berdua, Seokjin, saat pertama kali mendengar kabar bahwa mereka akan segera memiliki anak."

Seokjin menarik kepala istrinya perlahan, kemudian meletakkan kepala Sojung di atas bahunya. "Kita juga akan segera kembali pada fase ini. Kau ingat 'kan, bahwa kita harus memiliki tiga orang putra."

Sojung mengangguk. "Tapi sebelum itu, kau harus membantuku menjaga bayi kita yang saat ini ada dalam kandunganku. Jangan biarkan dia gugur lagi."

"Aku akan menjaganya, bahkan turut serta menjaga Ibunya, manusia yang selalu kucinta lebih dari apapun."

◾▪▪▪◽

"Kita mampir ke rumah Ibumu dulu sebelum pulang," kata Sojung pada suaminya yang masih fokus mengemudi mobil.

"Kau tidak lelah?" tanya Seokjin, "kalau lelah, besok saja kita pergi ke rumah Ibu."

Sojung menggeleng. "Kita harus pergi sekarang, lagi pula besok 'kan kita berdua sudah harus kembali bekerja."

"Tapi benar tidak apa-apa? Aku khawatir kalau kau akan kelelahan nanti," kata Seokjin sembari menatap istrinya perihatin.

Sojung tersenyum meyakinkan suaminya. "Tidak apa-apa, Sayang. Usia kandunganku 'kan sudah lima minggu, lalu dokter juga tidak bilang kalau kandunganku ini dalam keadaan sensitif."

"Aku hanya khawatir ...."

"Aku tahu kau khawatir. Tapi percaya padaku, aku juga mampu menjaga bayi kita," kata Sojung sembari mengelus-elus lengan suaminya, "tidak apa-apa, ayo kita pergi ke rumah Ibu."

Seokjin mengangguk, kemudian melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah orang tua kandungnya.

Saat sampai di rumah orang tuanya, Seokjin terus memerhatikan Sojung yang ceria sembari memeluk manis Ibunya; Seokjin.

Sampai dia juga mendengar bahwa istrinya bilang, "aku bawa kabar bahagia untuk Ibu."

"Oh, ya? Kabar bahagia apa?" tanya Ibunya penasaran.

"Kabar kalau aku―"

"Sayang, beri tahunya di dalam saja. Aku haus mau minum." Seokjin berbicara, membuat Sojung menghentikan kalimatnya, serta sang ibu yang menampilkan wajah kesalnya.

SOJUNG ミ°endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang