🔹 k e e m p a t b e l a s 🔸

596 91 5
                                    

Seokjin kembali masuk ke dalam kamar, sembari membawa piring berisi makanan-yang sebelumnya sudah dia pesan online.

Yang dia ingat, Sojung belum sempat memakan makanan yang tadi sudah ia buatkan. Dirinya sudah terlanjur marah karena Seokjin.

Dia lebih memilih membeli makanan baru, alasan pertama karena makanannya yang tadi, sudah tidak hangat dan kurang nikmat lagi jika dimakan. Alasan kedua, karena Seokjin yakin, untuk saat ini, Sojung tidak sudi memakan masakannya.

Sebenarnya, belum tentu juga Sojung menerima makanan baru yang dia bawa. Tapi, tidak ada salahnya mencoba 'kan?

Laki-laki itu duduk di sebelah Sojung, di pinggir ranjang. Sejenak, dia memandang istrinya sendu. Tatapan Sojung kosong, dia pasti sangat kecewa atas apa yang baru saja terjadi.

"Sojung?" panggil Seokjin lemah.

Sojung sempat menutup matanya sebentar, sebelum menatap ke arah Seokjin tanpa ekspresi.

"Tadi, kau belum sempat makan apapun. Jadi sekarang aku membawakan nasi hangat untukmu."

Mendengar Seokjin berkata begitu, respon Sojung hanya sebuah gelengan lemah.

"Setidaknya, makanlah satu atau dua suap," bujuk Seokjin.

"Kau makan saja sendiri. Aku sedang tidak ingin makan," kata Sojung. "Bahkan aku juga tidak ingin melihat wajahmu untuk saat ini. Malam ini, aku tidak mau kau tidur di sini, bersamaku."

Seokjin menunduk sembari menghela napas. "Aku mengerti, kau pasti marah padaku. Aku minta maaf."

"Maafmu tidak akan berguna untukku dan anakku. Dia tidak bisa tiba-tiba hidup lagi hanya dengan mendengar kata maaf yang baru saja kau keluarkan," ucap Sojung yang berhasil membuat debar jantung Seokjin berhenti sebentar. Seokjin sama sekali tidak menyangka, kalau Sojung akan semarah ini padanya.

Lagi-lagi Seokjin hanya mengangguk mengerti. "Kalau begitu, aku akan pergi. Selamat malam."

Seokjin berjalan keluar dari kamar, membawa kembali makanan yang tadinya ia beli untuk istrinya.

Seokjin berjalan menuju dapur, berdiri di depan tempat sampah kecil. Sekarang, terpaksa Seokjin harus membuang makanannya lagi. Maafkan Seokjin yang telah menyia-nyiakan makanan hari ini.

Saat Seokjin kembali dari dapur, dan melewati pintu kamar, Seokjin mendengar suara isakan Sojung. Bisa Seokjin tebak, kalau sekarang istrinya sedang menangis di dalam kamar.

Ayah, tolong maafkan menantumu yang satu ini. Karena tidak bisa berada di samping anakmu, saat seharusnya aku berada di samping dia. Memeluk erat tubuhnya, memberinya semangat, serta memberikan cinta yang lebih lagi untuknya, begitu lirih Seokjin di dalam hati.

Seokjin benar-benar menyesal. Atas apa yang telah terjadi hari ini. Hari ini, adalah hari terburuknya. Hari yang membuatnya merasa menjadi manusia yang paling tidak berguna, juga paling bodoh di antara ribuan manusia lainnya.

◾▪▪▪◽

Seokjin kembali membuka matanya, di hari yang baru. Dia cukup bingung lantaran tiba-tiba di atas tubuhnya, terdapat selimut tebal yang biasanya ia dan Sojung gunakan saat tidur.

Seokjin sempat berpikir, apa Sojung yang telah menyelimutinya dengan kain selimut ini? Kalau begitu, Sojung pasti sudah bisa memaafkannya. Benar, 'kan?

Seokjin buru-buru bangun dari posisi tidurnya. Kemudian berjalan menuju arah kamar, membuka pintunya, berharap dia menemukan sosok istrinya.

Tapi ... nihil.

SOJUNG ミ°endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang