🔸 k e d u a p u l u h t i g a 🔹

513 82 6
                                    

Usai pesta ulang tahun kemarin malam, Seokjin tak henti-hentinya memberi Sojung kasih sayang. Dia terus memeluk istrinya, dan terus menciumi pipi serta leher Sojung dari belakang. Bahkan sampai pagi ini.

Sojung sudah meminta Seokjin untuk berhenti melakukan ini. Tapi Seokjin terus menolak, dia tidak peduli akan rasa geli yang istrinya rasakan.

Tapi tiba-tiba Sojung diam, berhenti tertawa, ketika sadar akan waktu. "Seokjin, kita bisa telat berangkat kerja kalau kau terus melakukan ini padaku."

Seokjin ikut berhenti, menyudahi kegiatannya barusan. "Memangnya sekarang sudah pukul berapa?"

Sojung menyuruh Seokjin untuk menatap jam di atas dinding. "Lihat! Sudah pukul tujuh, aku mau mandi."

"Yasudah sana mandi," kata Seokjin tanpa melepas pelukannya.

"Lepaskan dulu tanganmu dari tubuhku," kata Sojung.

"Memangnya belum kulepas, ya?" Alih-alih melepas, Seokjin justru semakin mengeratkan pelukannya.

"Sayang, jangan begini. Ini sudah siang, kita harus bekerja. Sekarang singkirkan tanganmu dulu."

"Tidak mau!" sela Seokjin.

"Jadi kau mau seperti ini terus?" tanya Sojung. "Kalau begitu baiklah, aku akan melanjutkan tidurku sekarang. Tidak peduli kalau kau menggangguku."

Seokjin terlihat sebal akan ancaman istrinya barusan. "Yasudah akan kusingkirkan tanganku," kata Seokjin. "Tapi ada syaratnya."

"Apapun syaratnya, katakan sekarang!"

"Kau harus memberiku ciuman pagi!" kata Seokjin mantap.

"Tapi singkirkan dulu tanganmu," kata Sojung. Seokjin menurut, dia menarik kedua tangannya dari perut Sojung.

Tidak mau berbohong, jadi Sojung menepati janjinya. Dia mencium pipi kanan dan kiri Seokjin, kemudian setelah itu berjalan meninggalkan Seokjin dan meraih handuk.

"Sayang, aku tidak bisa terima ini! Kau harus menciumku di bibir, bukan di pipi!" protes Seokjin pada istrinya.

Sojung yang sudah hampir masuk ke kamar mandi, hanya melenggang tak peduli kemudian berkata, "kau bilang apa? Aku tidak bisa mendengar suaramu, Sayang. Maafkan aku."

◾▪▪▪◽

"Sayang, kalau pakai kemeja yang ini, kira-kira lebih cocok berpasangan dengan dasi yang mana, ya? Yang ini, atau yang ini?" tanya Seokjin pada Sojung sembari menimang-nimang kedua dasi yang ada di tangan kanan dan kirinya.

Sojung yang tadinya baru selesai menyetrika jas kebesarannya, kini meninggalkan kembali jas putihnya dan beralih menghampiri suaminya.

Dia mengamati Seokjin lekat-lekat, tampak berpikir dasi apa yang cocok untuk suaminya kenakan hari ini.

Tapi alih-alih mengambil salah satu dasi yang menjadi pilihan Seokjin, Sojung justru mencari dasi yang lain di lemari.

"Kalau pakai kemeja dengan biru muda begini, dasi yang seharusnya kau pakai itu adalah ini," kata Sojung sembari memberikan dasi pilihannya, kemudian mengambil dua dasi yang tadi sempat menjadi pilihan Seokjin.

Sojung berjalan kembali ke arah lemari, menata rapih kembali dasi yang tidak jadi Seokjin kenakan.

Saat Sojung berbalik, Sojung kebingungan lantaran ternyata Seokjin masih bergeming, belum juga memasang dasi yang tadi Sojung pilih. "Kenapa belum dipasang, Seokjin?" tanya Sojung kebingungan.

"Kau 'kan istriku, harusnya kau yang memasangkan dasi ini untukku," jawab Seokjin.

Sojung mengerti sekarang, jadi dia berjalan ke arah Seokjin kemudian mengambil alih dasi dari tangan suaminya.

SOJUNG ミ°endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang