4. Rumah Papa

489 35 0
                                    

Pantesan cantik, namanya aja malaikat, aduh menggoda banget tuh kalo deket dia yang cewek tulen.

***

Mani keluar dari kamar setelah mandi sore, gadis itu mencari keberadaan sang nenek, wanita paruh baya yang berumur kepala lima itu.

"Neeeekkk?"

"Neneeeekkk."

Teriakan Mani tak ada yang menggubris, gadis itu memilih keluar rumah untuk mencari udara segar, Mani terkejut kala melihat lelaki paruh baya yang sangat familiar di ingatannya berdiri di depan pintu sambil tersenyum.

Mani menggeleng tak percaya awalnya, namun gadis itu berlari dan memeluk lelaki paruh baya tersebut.

"Papa, Putri kangen."

Lelaki paruh baya tersebut memeluk Mani balik sama eratnya, inilah Mani yang sebenarnya, hanya gadis rapuh kurang perhatian yang berusaha sok berani di hadapan orang lain.

"Nenek kakek mana?" Tanya Joshua setelah pelukan mereka merenggang, Mani menggeleng.

"Nggak tahu Pa, eh itu nenek."

Joshua berbalik, melihat ibu mertua dan ayah mertua berjalan ke arahnya dengan wajah yang terkejut, tampaknya pasangan suami istri itu habis berolahraga dapat dilihat dari celana training yang dikenakan keduanya.

"Ma, Pa." Sapa Joshua sambil menyalimi tangan keduanya.

Nenek dan kakek Mani itu mengangguk dan mempersilahkan Joshua masuk ke dalam rumahnya, sedangkan Mani diauruh neneknya membuatkan air minum untuk sang papa.

Mereka kini telah berkumpul di ruang tamu, termasuk Mani yang duduk di sebelah Joshua, "Ma, Pa, maaf nggak ngasih kabar sebulan ini, Jo nggak tahan sama Dinda meski Jo masih sangat menyayanginya, Jo nggak tahu lagi harus apa ketika Dinda selalu marah-marah kalau Jo ada di rumah, Dinda juga sering mukul Putri, Jo ingin menenangkan diri, dan sekarang Jo udah dapat kerjaan di perusahaan teman, meski jadi karyawan biasa, Jo akan berusaha, Jo mau bawa Putri tinggal sama Jo, boleh Ma?"

Nenek Mani melirik cucunya yang tampak bahagia, lalu menoleh ke suaminya yang mengangguk pelan, "jaga Putri, kalau saja Putri kamu sakitin maka saya yang akan mengambil Putri dari kamu."

"Putri, kalau Putri kangen nenek jangan sungkan kemari, kalau ada kejadian buruk Putri bisa kesini lagi."

Putri atau yang biasa dipanggil Mani mengangguk, ia mendekati neneknya lalu memeluk nenek dan kakeknya sebelum berujar pelan, "makasih."

***

Pukul 18.00, Mani menghela napas, sungguh capek hari ini karena ia dan Joshua harus beres-beres rumah baru mereka yang sangat sederhana, Mani bahagia meski hidup disini dengan sang papa, walaupun merasa kekurangan karena tidak ada mamanya, Dinda.

"Nanti kalau Papa udah dapat duit kita bakal tinggal di rumah besar lagi, sayang."

"Putri? Kamu kenapa nangis?"

Putri menggeleng, ia menghapus jejak air matanya, "Putri cuma kangen mama Pa." Balas Putri sendu.

Joshua hanya bisa mengelus pucuk kepala Mani, menyandarkan kepala gadis itu di dadanya, jujur ia juga merindukan sosok ibu dari anaknya ini, ia juga ingin kebahagiaan keluarga yang lengkap.

Dinda, ibu dari Mani itu entah mengapa menjadi seperti orang kesetanan tiga bulan belakangan ini, Dinda memang pemarah, namun Dinda dulunya tidak pernah main tangan kepada anaknya sendiri, entah mengapa sekarang Dinda menjadi bringas begitu.

Toping Your Heart (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang