6. Ponsel tinggal

422 99 0
                                    

Meski di sekolah menjadi sorotan karena dianggap singa yang menakutkan, Mani akan menjadi kucing lucu dihadapan Joshua.

***

Gio tak heran jika melihat Mani yang sangat lihai membawa motor, bahkan cewek berambut pendek sebahu itu tak segan-segan menyalip para pengguna jalan dan berakhirlah mereka di rumah Gio.

Jangan tanyakan apa yang dilakukan Mani, bukannya membantu Gio untuk mengobati lukanya, gadis itu malah berjalan ke pos satpam lalu men-charger ponselnya. Duduk santai dan sesekali menyahuti pertanyaan dari satpam Gio.

"Oh jadi ini niat lo nganterin gue pulang heh? Mau numpang wifi an?" Ujar cowok itu membuat pak satpam masuk ke dalam pos karena segan.

Yang ditanya malah nyengir sambil mengangguk, "peace, gue nggak ada kuota nih."

Gio hanya mendengus, cowok itu ikut duduk di sebelah Mani, menatap perkarangan rumahnya.

"Ini ponsel pakai mati lagi, kan nggak bisa nge game gue." Dumel Mani kesal, tadinya ia mau membeli paket internetan dan tak sengaja melihat perkelahian preman dan anak sekolahan yang tak lain adalah Gio.

"Jangan keseringan main game online, ntar otak lo diserang virus."

Mani malah tertawa, "yaelah gue nggak percaya yang begituan."

"Ini buktinya gue udah operasi otak karena tuh game."

Mani kembali tertawa ringan, "nggak percaya gue."

Gio mendengus, cowok itu meraba kepalanya dan menunjukkan kepada Mani bekas jahitan di kepalanya yang membuat Mani terbelalak.

"Ini beneran?"

Gio mengangguk, "otak gue kena, Yang Di Atas masih sayang gue, kalau enggak mungkin gue sekarang gabisa ketemu ayah sama bunda lagi."

Allahuakbar allahuakbar.

"Lo islam?"

Gio mengangguk membuat senyuman terpampang di wajah Mani, Gio ingat waktu itu ia mempergoki Mani yang tengah shalat di mushala sekolah, apakah kali ini Mani memintanya untuk menjadi imam shalat? Jika begitu ia akan menolak mentah-mentah, jangankan shalat al-fatihah saja ia tidak hafal.

"Ada tempat shalatnya nggak di dalem?"

Gio kembali mengangguk sambil bergidik takut apakah Mani akan meminta macam-macam, namun gadis itu tidak meminta apapun selain sajadah, mukenah dan tempat shalat.

Gio membawa gadis itu masuk lalu menunjukkan tempat yang mungkin bisa dipakai untuk berwudhu, sedangkan cowok itu memilih duduk di ruang keluarga, menonton film kartun bersama Dara yang baru turun tampaknya baru bangun tidur.

Tak berapa lama, akhirnya Mani siap, gadis itu mencari keberadaan Gio di rumah besar gedongan tersebut, "Gue udah siap."

"Abang dia siapa?"

Mani mendekat, tersenyum singkat ke arah Dara lalu mencubit pipi gadis itu membuat Dara marah.

"Jangan cubit pipi Dara! Nanti cantik Dara nular, husss sana." Mendengar penuturan Dara Gio terkekeh sambil mencibir ke arah Mani.

Mani terperanjat, namun gadis itu tetap tersenyum, senyum yang sangat jarang Gio temukan di gadis bar-bar ini.

"Nggak bakalan, kalau yang cubitnya Manila Putri Joshua kamu bakal tambah cantik, janji deh."

"Kamu Putri?"

Mani berbalik menemukan pria paruh baya yang mengenakan kacamata baca yang berjalan ke arahnya.

Toping Your Heart (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang