36. Maaf lagi

312 21 0
                                    

Mereka gabakalan tahu apa apa tentang kita, mereka hanya sok tahu, yang jalanin kita yang ngomentarin mereka, biar aja.

***

"Ngapain lo disini? Pergi!"

Gio kembali terdiam, Mani bahkan tidak mau melihat ke arahnya, Mani memiringkan badannya ke arah lain, sesenggukan.

Gio mendekat, "maaf Man, gue tahu—"

"Keluar!"

Gio tidak keluar, malahan cowok itu tambah mendekat lalu memeluk tubuh Mani, Mani tidak menepis, gadis itu hanya diam sambil sesenggukan.

"Man, maafin gue, gue tahu gue salah banget sama lo, mulut pedes gue, dan gue takut banget kehilangan lo, please jangan suruh gue pergi, gue mau stay disini, Man."

Mani tetap diam, gadis itu masih menangis, ia sadarkan diri disaat tidak ada siapapun di kamarnya, tadi memang ia sempat menggerakkan tangannya dan meneriaki nama sang ayah, tapi setelah itu ia kembali hilang kesadaran.

Wajah yang pertama kali dilihatnya pun adalah wajah Gio, kebetulan saat itu Gio ingin membesuk Mani setelah mengantar Dara pulang.

"Gio."

"Ya."

"Sesak nafas gue."

"Eh." Gio nyengir lalu melepaskan pelukannya pada Mani. Ia mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata gadis itu. "Udah jangan cengeng, gue udah sayang kok."

Jangan salahkan jika sekarang wajah Mani malah memerah karena gombalan receh Gio.

"Man, muka lo merah."

Tangan Mani refleks memukul tangan Gio yang berbicara tidak tahu situasi, bahkan wajahnya bertambah merah.

Gio mengelus pelan pipi Mani sambil tersenyum ke arahnya. "Man, maafin gue ya?"

"Hm."

"Jawab iya kek."

"Apasih lo, sono pergi, masih sakit nih gue."

Gio terkekeh, bukannya pergi ia malah mencubiti pipi Mani, "gue sayang banget sama lo."

"Gue nggak!"

"Bodo amat."

"Dua hari lagi gue ujian simulasi, badan gue remuk semua."

Gio kembali tersenyum. "Simulasi kan nggak masuk nilai, lo istirahat aja dulu, cewek pinter gaboleh bandel."

"Apaansih lo Yo, udah ah gue mau istirahat."

"Mau gue temenin nggak?"

"Nggak!"

"Tidur disebelah lo."

"GIOOOOOO!! Sonooooo!!"

Gio terkekeh, ia akhirnya mau untuk keluar dari ruangan Mani, bagaimanapun, ia telah jatuh sejatuh-jatuhnya ke hadapan Mani, jadi ia tidak akan menyianyiakan gadisnya kali ini.

Gio melirik ke dalam kamar, melihat Mani yang curi-curi pandang kepadanya sebelum ia menutup rapat pintu ruangan Mani.

***

"Bun."

Laysa yang sedang menonton acara televisi kesayangannya menoleh, "kenapa?"

"Nggak, abang cuma mau tidur di pangkuan bunda."

"Manja, sini."

Toping Your Heart (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang