2. Seperti tidak kenal

664 59 0
                                    

Semoga mama cepat sadar

***

Mani tertegun kala neneknya menceramahinya panjang lebar, ia takut juga dan ia juga tidak mau kembali ke rumah penuh penyiksaan itu.

"Bagaimanapun dia ibumu, dia yang melahirkanmu, kamu disini bakal buat kamu semakin parah, nenek nggak mau kalau kamu lebih sakit dari pada ini, cari papamu, dia pasti sekarang lagi susah-susahnya buat bisa bertemu kamu lagi, bahkan ia hampir gila Putri."

Isakan pilu Mani membuat sang nenek menangis, ia kasihan dengan cucunya yang mendapat perlakuan kasar dari sang ibu, anak perempuannya.

"Putri nggak tahan nek, Putri mau ketemu Allah, mau berpulang kepada-Nya, Putri sakit nek." Balas Mani memeluk sang nenek.

Nenek hanya diam sambil mengelus pelan rambut cucunya, ia sangat menyayangi neneknya, bahkan ia ingin saja tinggal disini jika tidak memikirkan keluarganya yang berantakan.

Mani menghapus jejak air matanya, gadis itu keluar dari kamar lalu berjalan ke tuang makan di rumah neneknya. Sang nenek sedang menghidangkan makanan dan sang kakek sedang membalik beberapa laporan, entah laporan apa.

"Udah siap sayang?"

Mani mengangguk lalu duduk di sebelah kakeknya, memeluk kakeknya dan merebahkan kepalanya di dada sang kakek, "kek, Putri sayang kakek sama nenek, jangan biarin Putri kembali ke rumah Mama, Putri nggak mau benci sama Mama apapun yang Mama lakuin ke Putri, Putri berdoa semoga Mama cepat sadar."

Kakek meletakkan laporan itu di atas meja lalu mengelus puncak kepala Mani, "sayang, kamu harus kuat, cari Joshua, kakek yakin dia masih mencari kamu."

Joshua, lelaki yang sangat berperan penting dalam hidup Mani, orang terpengaruh bagi pertumbuhannya dan kabur dari rumah sejak satu bulan yang lalu karena tidak tahan dengan jiwa Dinda, ibunya Mani.

"Putri pasti bisa temuin papa."

Setelah mengatakan itu, Mani segera berdiri menyalimi sang Kakek lalu mencium pipinya sekilas, gadis itu juga mendekati neneknya, mengambil roti di tangan nenek lalu menyalimi nenek.

Gadis itu berteriak mengucapkan salam dan berjalan ke halte penungguan angkutan umum, lagi dan lagi ia bertemu dengan Gio, namun Gio tidak berhenti, cowok itu hanya menatap Mani datar lalu berjalan melalui Mani.

***

"Man."

Mani menoleh ke belakang, gadis berpenampilan feminim itu mendekat dengan senyuman yang mengembang, namanya Larasati Angel, gadis yang selalu berada di dekat Mani.

Mani memberikan ekspresi biasa saja, namun Lara malah semakin melebarkan senyumannya.

"Gue jijik lihat muka lo."

Bukannya tersinggung, Lara malah terkekeh.

"Woi gila lo kenapa?"

Bugh

"Buset dah, berani amat lo ngebody-body gue, udah siap remuk tuh tulang? Woi! Berdiri, tatap gue! Tanggung jawab gue kesakitan."

Gadis yang menabrak Mani tadi berdiri sambil menekukkan kepala, "maaf Man, nggak sengaja."

"Udah! Sana, bosen gue lihat muke lo." Bentak Mani lagi yang membuat gadis itu segera berlari sebelum mendapat amarah yang lebih dari Mani.

"Man, lo PMS?"

"Kalo iya kenapa kalau enggak kenapa?" Balas Mani cuek lalu berjalan melalui Lara, Lara hanya bisa menggeleng mendapati sahabat seperti Mani, ya hanya Lara yang menganggap Mani sahabat, sedangkan gadis itu peduli saja tidak.

Bugh

"Aduh setan, kenapa sih orang-orang suka banget ngebody in gue, lo ada masalah ap—" Mani terdiam kala Gio yang menabraknya, cowok itu berekspresi datar, jauh berbeda dari kemarin yang selalu memperlihatkan cengirannya.

"Apa? Lanjutin!"

"Males!" Jawab Mani lalu melangkah melalui Gio, namun tangannya ditarik Gio membuat tubuhnya ambruk ke tubuh kekar Gio.

"Lo apa-apaan? Mau modus heh? Itu kenapa lagi megang-megang tangan gue, harus cuci pake air tanah nih." Mani menatap jijik tangannya yang digenggam Gio.

Gio hanya bisa mendengus, cowok itu berjongkok di hadapan Mani lalu memasangkan tali sepatu Mani yang tak terikat, kejadiam itu ditonton para pelajar yang berjalan menuju kelas masing-masing, bukan hanya mereka namun Mani juga terkejut, sangat terkejut.

Setelah selesai, Gio berdiri lalu berjalan melewati Mani dengan sekenanya membuat Mani yang tadi berusaha mati-matian menahan napas kini menghembuskan napasnya, gadis itu menoleh ke segala arah yang ternyata ia menjadi pusat perhatian. "Apa lo semua? Mau gue colok tuh mata?"

Semuanya bergidik ngeri lalu bubar membuat Mani sedikit tenang, namun teriakan dibelakangnya membuatnya kembali bernapas tersengal-sengal.

"Maaaaann! Sosweett."

***

Sepulang sekolah, Mani langsung berlarian ke studio sekolah, ia yakin orang yang sedang dicarinya berada disana sekarang, dan tepat sasaran, cowok itu tengah bernyanyi ria di depan mic.

"Stop!"

Lion, Fatur dan Gio serempak berhenti, mereka menoleh ke arah ambang pintu, melihat Mani dengan wajah memerah menahan amarah, gadis itu masuk lalu menarik Gio ke bawah panggung.

Gio menghentakkan kasar tangan Mani, "apaan sih lo?"

"Maksud lo apa tadi pagi pake acara cari perhatian di depan anak Gradisa? Bikin gue malu aja."

Gio bukannya marah malah tersenyum, "oi cewek gila, untung gue baik hati dengan masangin tali sepatu lo, bukannya lo suka jadi sorotan Gradisa?"

PARRR!

Tamparan keras mendarat di pipi Gio, ia mengelus pipinya yang terasa melepuh, namun cowok itu tetap tersenyum menatap Mani.

"Jangan bikin tanda di tubuh gue pake tangan haram lo itu, lebih baik lo sehatin dulu tuh kulit yang penuh tatoan luka, kasihan, ketika anak seumuran gue dikasih makan nasi lo malah dikasih makan kesadisan."

Mani berusaha susah payah menahan air matanya tidak keluar, namun apa daya ketika air itu luruh tanpa diauruh mendengarkan ucapan seorang Gio.

Gio merasa bersalah ketika sadar ucapannya tak pantas diucapkan, bahkan ia membuat anak gadis orang menangis terisak, Fatur dan Lion yang sejak adi hanya menonton kini mendekati Gio.

"Yo, dia terluka, hatinya sobek lo kasarin gitu." Ujar Fatur serius membela Mani karena menurutnya Gio memang keterlaluan pedasnya.

Dengan watados, Gio mengidikkan bahu sambil berucap, "bukan masalah gue."

Bukan, Gio bukan tidak peduli, cowok itu memang mengatakan itu bukan masalahnya, tetapi di dalam hati ia berkata lain, hatinya memberontak untuk kasar kepada Mani, gadis yang tidak sengaja ia temui dengan tubuh yang penuh dengan goresan.

***

Toping Your Heart (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang