28. Anak angkat

334 92 0
                                    

Setiap orang pasti menginginkan bahagianya, seolah egois mereka tidak mau merasakan sakitnya menahan derita dan masalah sebelum bahagia itu datang.

***

Mani geleng-geleng kepala, Diani tadi pukul lima telah siap dengan sarapannya, gadis itu bahkan telah menyiapkan sarapan pagi, Mani bingung siapa gadis ini.

Yang membuat Mani kesal adalah Diani seenaknya ikut dengan mobil Gio untuk pergi ke sekolah, yang lebih membuat Mani jengkel yaitu Diani sok akrab dengan Gio. Gio mengacuhkan bocah itu lagi. Mengesalkan.

"Tuh mulut nggak bisa diem apa? Udah capek gue dengerin bacot lo dari tadi bocah." Amuk Mani, gadis itu jengkel karena moodnya langsung hilang kala Diani terus mengoceh dan diberi tanggapan baik oleh Gio.

"Idih nyolot, gue mana bisa diem."

"Kalian berdua beneran kayak dua orang dalam satu pribadi, kalau Mani ngaca dia bakalan lihat pribadi Diani, kalian sama-sama bar-bar."

Keduanya menatap Gio tajam dan menjawab serentak, "apa?!"

"Idih nggak ngakuin lagi, Man lo jangan marah sama Diani, kalau lo kesel berarti lo kesel sama diri lo sendiri, toh sifat lo berdua sama dengan." Ujar Gio terkekeh sambil memperagakan simbol sama dengan dengan kedua jari tulunjuknya.

Ponsel Mani berdering, gadis itu melihat layarnya terlebih dahulu, namun melihat nama Clau yang tertera ia jadi mengurungkan niatnya untuk membuka layar ponsel.

Panggilan terus memanggil hingga berhenti saat satu notif chat whatsapp masuk.

Clau
Hati-hati Man, Fadi ada di sekolah, jagain Gio.

Mani terbelalak, gadis itu hanya me read pesan Clau, ia melirik Gio yang asyik bercengkrama dengan Diani, Mani masih ingat bagaimana wajah Gio setelah dipeluk oleh Fadila di acara Dara waktu itu.

"Yo." Panggil Mani membuat Gio memokuskan diri ke Mani, Diani pun ikut diam.

"Apa?"

"Dia di sekolah."

Gio mengerutkan dahinya, kalimat ambigu Mani tidak bisa ia proses. Mengetahui itu Mani segera berujar pelan, "Fadi."

Gio menginjak rem, tubuhnya berleringat dingin, tangannya juga terkepal, tidak peduli Mani dan Diani yang meringis karena aksi rem mendadak tersebut.

Diani mulai diam, ia tahu keadaan mulai serius kala melihat wajah kakaknya dan wajah Gio yang tegang.

"Gue nyetir?"

Gio menggeleng, menghela nafas dalam lalu menghembuskannya. "Sampai kapan gue menghindari masalah? Gue cuma nggak ada pegangan yang kuat Man. Gue..."

"Lo pasti bisa."

Gio melirik tangan Mani yang terulur ke bahunya, mendapat support dari Mani Giopun kembali menginjak pedal gas, wajahnya sedikit santai. Namun, suasana tetap diam hingga mereka sampai di sekolah.

Semua perhatian mengarah ke mereka bertiga saat turun dari mobil sport berwarna kuning itu. Yang menjadi omongan kali ini adalah Diani, kenapa anak baru seperti Diani bisa ikut menebeng di mobil Gio?

Seorang gadis berdress ungu pastel yang kekurangan bahan dan rok jauh di atas lutut itu mendekati mereka, Fadila, gadis itu benar-benar berada di sekolah.

Mani melihat wajah tegang Gio, gadis itu menggandeng tangan Gio lalu mengangguk meyakinkan, baru saja satu langkah mereka berjalan mereka mendengar teriakan dari Fadila.

"Dobel eu, lo ngapain sih?"

Diani terkekeh, "sepatu lo lebih bagus kalo warna coklat, blink-blink gitu lo kira lo mau ke club?"

Toping Your Heart (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang