Belajar memang membuat kita semakin pintar, namun jangan judge seseorang yang tak belajar, mungkin saja ia memiliki potensi melebihi orang yang belajar.
***
Dinda benar-benar merasa bodoh karena tak pernah menganggap kehadiran Mani, ia memberhentikan ART di rumahnya dan menyuruh Mani untuk membersihkan semua yang kotor di rumah, termasuk memperbaiki saluran air yang rusak.
Ia juga tak segan-segan mencambuk Mani atau memukul Mani jika gadis itu bersalah, ia tak tahu saja jika Mani memangis saat berada di dalam kamar meski di hadapannya Mani selalu tampak ceria dan tersenyum.
Dinda merasa dirinya sangat bodoh karena baru menyadari perbuatan konyolnya, suaminya pergi pun bukan karena Mani, itu semua karena ia yang berlebihan dalam emosinya.
Kemana Dinda yang lembut, penuh kasih sayang dan berlaku baik? Ia benci dirinya sendiri, ia bersyukur Tuhan masih memberikan petunjuk kepadanya.
"Sayang, bangun, mama disini."
"Sayang, Putri sayang anak mama, bangun, ini mama disini,jangan tinggalin mama, maafin mama sayang."
Dinda menciumi pipi Mani, air matanya berlinang, ia masih duduk di atas kursi roda ditemani Joshua, sedangkan Gio menunggu di luar bersama Lion dan Fatur, namun tak dengan Lara dan Clau karena dua gadis itu telah pulang karena hari telah beranjak malam.
"Tangan Putri bergerak, Ma."
Dengan cepat Joshua menekan tombol di belakang kasur Mani untuk memanggil dokter, tak lama dokter masuk dan terpaksa pasangan suami istri itu harus keluar dari ruangan.
***
Mani sadar dari komanya, gadis itu akhirnya tersenyum saat Dinda memeluknya dengan kasih sayang dan tuturan maaf yang selalu ia ucapkan tanpa henti.
Mani telah memaafkan ibunya jauh sebelum ibunya meminta maaf, ia senang doanya dikabulkan oleh Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
"Udah bangun lo?"
Mani memutar bola mata jengah, "menurut lo?"
"Idih sewot,"
Mani refleks menangkap sesuatu yang melayang dari tangan cowok yang baru masuk ke ruang inapnya.
"Apaan nih?"
"Cacing pita." Ucap cowok itu ogah-ogahan.
Mani terkekeh, "makasih loh."
"Ada udang dong dibalik batu."
Mani mendengus, gadis itu memutar bola matanya lalu mengulurkan kembali kresek yang berisikan entah apa itu ke arah Gio.
"Nggak mau gue."
"Idih ngambekan, iya itu buat lo, makan sampai habis biar lo gendutan dikit, ini kulit pembalut tulang aja nih."
"Cerewet lo."
Saat membuka kresek tersebut, sesuatu yang ditemukannya membuatnya sangat bahagia, cokelat ukuran jumbo, benar-benar sesuatu yang sangat ingin ia makan saat ini.
"Makannya besok, sekarang lo belum pulih."
Mani yang hendak membuka mengurungkan niatnya, "kenapa nggak besok aja lo kasih kalau gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Toping Your Heart (end)
Teen FictionManila Putri Joshua, gadis yang ditakuti di SMA Gradisa, gadis bermulut pedas dan tidak pernah bersikap manis, memiliki teman kebanyakan laki-laki untuk bermain game Giovanos Robert, cowok yang menjadi vocalis di musik terkenal Gradisa, yang bisa di...