32. Fadila

299 16 0
                                    

Tidak ada yang tahu tentang umur, mereka hanya tahu tentang dunia tanpa mencari tahu apa kedepannya.

***

"Makasih ya Yo, kamu mau temenin aku seharian ini."

Gio menoleh lalu tersenyum, cowok itu mengangguk sambil merapikan surai Fadila yang tertiup angin.

"Sama-sama, abis ini mau kemana?"

Fadila menatap laut di depannya, gadis yang terpaut usia lebih tua satu tahun dari Gio itu tersenyum. "Aku mau ke mall, kita beli es, makan di resto, abis itu shopping."

"Ayok." Ajak Gio ikut bersemangat menggandeng tangan Fadila dan membawa gadis itu ke mobil sport kuningnya.

Gio sempat membenci Fadila, ia benar-benar heran kenapa Fadila masih mau mendekatinya padahal ia sering berkata kasar kepada gadis itu. Gio sadar ia salah, karena kematian Rio bukanlah karena Fadila tapi karena takdir Yang Maha Kuasa. Tapi waktu itu ia masih belum bisa menerima semuanya dan mengorbankan Fadila.

Kini, Gio benar-benar linglung, disatu sisi ia menginginkan Mani dan disisi lain rasa sayang kepada Fadila muncul lagi. Mencintai dua orang dalam satu masa emang sementulitkan itu, pilihlah yang kedua, kata orang awam begitu.

Mereka sampai di mall terbesar di Jakarta, Gio turun dari mobil beriringan dengan Fadila, mereka berjalan mencari eskrim.

"Aku rasa Vanilla ya Yo."

Jika Mani, ia pasti akan membelikan juga untuk Dara, Mani memang sesayang itu kepada adik Gio, bahkan saat kemarin lusa saat Gio membawanya ke toko aksesoris, gadis itu membelikan untuk Dara sebuah gantungan bergambar Barbie.

Setelah memesan, Gio kembali ke meja mereka, melihat cara Fadila makan ia jadi tersenyum. "Masih sama, jaim kalau makan es." Ujar cowok itu melihat Fadila yang begitu pelan-pelan memakan eskrimnya.

"Bukan Jaim, Yo. Nanti baju aku kotor."

Gio terkekeh sambil menjilat eskrimnya, inilah gaya Gio memakan es, cowok itu akan menjilatnya dan membuang sendoknya.

Setelah eskrim mereka habis, Gio mengajak Fadila ke timezone, mereka bermain sepuasnya menghabiskan saldo Rp. 300.000, Gio tidak masalah asal Fadila bahagia di hari terakhirnya di Indonesia.

Puas bermain, Gio mengajak gadis itu pulang, sesampainya di depan rumah Fadila Gio memberhentikan mobilnya. "Udah malem, lo jangan lupa minum obat ya, awas aja masuk rumah sakit lagi."

Fadila nyengir lalu mengangguk lucu membuat Gio mencubit pipi gadis itu.

Cup

Sebelum keluar dari mobil, Fadila mengecup pipi Gio, namun anehnya tidak ada debaran seperti debaran tadi siang kala Mani mengecup pipi cowok tersebut.

Gio jadi mikir aneh-aneh dan membuat adek kecilnya bereaksi. Cowok itu melajukan mobil sport kuningnya ke pasar kuliner di Jakarta. Membeli martabak spesial tiga loyang dan membawanya ke sebuah rumah besar kediaman Joshua.

Gio memencet bel, satpam membukakan pintu dan mempersilahkan Gio masuk. "Aden Gio ganteng tenan."

"Bisa aja si bapak, ada Putri nggak pak di rumah?"

Pria umur kepala tiga itu mengangguk, "ada Den, di dalem lagi makan kayaknya."

Gio mengangguk dan mengucapkan terimakasih lalu memasukkan mobilnya ke halaman rumah Mani.

Tok tok tok

Ceklek

"Mani mana?"

Diani yang membuka pintu menoleh ke belakang sambil celingak-celinguk.

Toping Your Heart (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang