23. Jemput

323 98 0
                                    

Ada yang berpura-pura hanya untuk membuat kita bahagia, dan ada yang berpura-pura bahagia agar kita sadar mereka memiliki perasaan yang hampa

***

Lion
Ke pesta Dara bareng gue ya.

Mani menarik napas perlahan, bagaimana caranya agar ia pergi dengan Lion sedangkan Gio juga mengajaknya? Sebenarnya Mani mau saja pergi dengan Lion, namun bagaimana dengan Gio? Dan jujur Mani lebih berat pergi dengan Gio dari pada dengan Lion entah kenapa.

Mani bersandar di kepala ranjang, gadis itu sebenarnya belum pulih sepenuhnya, bahkan lebamnya masih terlihat, namun ia memaksakan diri agar pergi ke acara Dara.

Manila
Gue bisa pergi sendiri, Yon

Mani sangat gugup menunggu balasan dari Lion, bagaimana jika Lion memaksa Mani untuk pergi dengannya?

Jika chat dengan Lion membuat Mani teringat akan Clau, gadis itu juga dekat dengan Gio, jika Mani pergi dengan Gio apakah hati temannya itu akan tersakiti?

Mani membuka obrolannya dengan Gio, mengklik icon panggil lalu menunggu cowok itu mengangkat teleponnya.

"Gue pergi sama Lion aja."

"Kenapa harus Lion?"

Mani mengambil nafas dalam, kenapa ia jadi gugup berbicara dengan Gio? "Karena... karena... ya karena lo harusnya jemput Clau, bukan gue."

"Dia bisa pergi sama yang lain, yang sekarang gue mau lo pergi sama gue, abis ashar gue jemput."

Tut tut tut

Mani melihat layar teleponnya, gadis itu mendengus, ia bahkan tak punya kado untuk si kecil Dara, lalu bagaimana ia bisa pergi tanpa membawa apapun.

Ceklek

"Sayang, minum obat."

Dinda masuk ke kamar Mani dengan nasi dan minum di napan, tak lupa obat Mani yang masih dalam kemasan.

Mani mengangguk saja, ia ingin cepat sembuh namun tidak mau makan obat, "Ma, obatnya pahit."

"Kalau Putri nggak mau minum obat mama gabakalan ijinin Putri pergi ke pesta itu."

"Mama kan juga pergi, masak Putri sendirian di rumah?"

"Resiko kalau nggak mau minum obat."

Mani mengerucutkan bibirnya, gadis itu terpaksa meminum obatnya, setelah selesai minum obat, Mani menarik tangan Dinda yang ingin pergi dari kamarnya membuat Dinda menoleh.

"Kenapa?"

"Putri nggak punya kado buat Dara, Ma."

Dinda terkekeh, "udah mama siapin, udah jam setengah tiga, kamu nggak mau cari baju atau dandan dulu? Itu lebamnya ditutupin pake make up ya sayang."

Mani mengangguk lalu Dinda pergi dari kamarnya, sekarang apa yang harus Mani lakukan? Ia juga bingung akan menggunakan baju apa ke pesta tersebut. Sibuk dengan pikirannya akhirnya ponsel Mani bergetar pertanda pesan masuk, Mani membukanya.

Toping Your Heart (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang