30. Bekal

307 14 0
                                    

Sayang/sayank?
Sayang itu nggak pakai "g" atau pakai "k" tapi pakai "perasaan."

***

"Dua hari lagi Fadi bakalan pergi, dia minta ketemu sama lo buat selesein masalah masa lalu itu."

Ujaran Aziz masih terngiang di kepala Gio, Jadwal keberangkatan Fadi bahkan sama dengan jadwal keberangkatan Aziz untuk melanjutkan studynya di luar negri.

Setelah mengatakan itu, Aziz langsung pergi, pasti cowok itu takut jika Gio mengamuk. Mengalihkan eksistensinya dari ucapan Aziz, Gio mengambil ponselnya lalu memanggil video ke Mani.

Tampak wajah manis Mani di layar, rambut acak-acakan dan baju piyama. "Hai." Sapa Gio yang dibalas gadis itu dengan senyuman saja.

"Ngapain lo nelpon gue malem-malem, nggak ada kerjaan pasti."

Gio terkekeh memperlihatkan giginya, Mani ikut tersenyum melihat indahnya makhluk Tuhan dihadapannya. "Kerjaan gue kan elo." Ujar Gio santai.

"Maksud lo?"

"Kerjaan gue cuma mikirin lo."

"Apaansih." Jawab Mani menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Lagi-lagi Gio tertawa dibuatnya. "Lo cantik tapi amis."

"Amis?"

"Amissyuu."

Tut tut tut

Gio melihat layar ponselnya yang berumah menjadi room whatsapp, Mani menutup panggilan sepihak, pasti gadis itu malu telah digoda oleh Gio.

Gio terkekeh, namun ponselnya kembali berdering membuat cowom itu cepat mengangkatnya.

"Ngapain lagi, kangen kan sama gue? Udah gue bilang amis."

"Gio, kamu nungguin telepon siapa?"

Suara seseorang di balik telepon membuat Gio terdiam, wajahnya menjadi pucat dan ponsel di tangannya hampir saja jatuh. Gio menggeleng, ia yakin bisa menghadapi semua ini tanpa Rio.

"Ngapain telepon gue?"

"Aku mau cerita, aku di depan rumah kamu sekarang, keluar dong."

Gio langsung melompat ke jendela balkon, mengintip keluar dan benar menemukan Fadi melambaikan tangan kepadanya.

"Aku tunggu." Ujar gadis itu tersenyum meski jarak jauh kepada Gio.

Gio menghela napas dalam, cowok itu berjalan ke pintu, namun langkahnya terhenti, cowok itu melihat ke langit-langit kamar. "Semoga ini yang terbaik."

***

Lima belas menit setelah teleponan barulah Gio terlihat puncak hidungnya, Gio masuk ke dalam mobil Fadi lalu menatap Fadi tajam.

"To the point."

"Kamu kenapa lama?"

"Gue shalat dulu lah, pengen doa semoga dihindari dari setan iblis kayak lo."

Fadi membalas ucapan itu dengan senyuman, gadis itu malah tidak melihatkan jengkelnya.

"Aku nggak bisa ya dimaafin?"

Rahang Gio mengeras, tangannya terkepal erat. "Seharusnya lo minta maaf ke mendiangnya Rio!" Ujar Gio meninggi.

"Semalem aku dimimpiin Rio, katanya aku harus minta maaf sama kamu."

Toping Your Heart (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang