Gio telah sampai di rumahnya, ia segera berlarian ke ruang kerja Robert, lelaki yang melakoni Ayah dalam kehidupannya, baru saja ia ingin naik tangga, namun si kecil Dara malah berlarian ke arahnya.
"Kak Yoyo,"
Gio berhenti, cowok itu berbalik lantas menggendong Dara, tersenyum manis ke arah gadis putih berumur lima tahun itu.
"Panggil abang dong dek, jangan kakak, emangnya abang Gio ini cewek?"
Dara tertawa sambil memegang hidung Gio, "abang lucu, kakak gemesin, Dara cantik."
Gio dibuat pusing dengan suku kata yang dibuat sendiri oleh adiknya, namun tak kalah cowok itu terkekeh mendengar penuturan Dara yang semakin hari semakin membuatnya sayang.
"Dara tadi sakit perut."
"Sakit perut?!" Teriak Gio membuat Dara nenutup kedua telinganya karena suara Gio yang sangat keras.
"Kuping Dara sakit Yoyoo, eh abang Yoyo, iya tadi Dara sakit perut, terus bunda kasih Dara obat strawberry, enak, jadi Dara seneng deh."
Gio terkekeh mendengar curhatan Dara, gadis itu memang bawel, ia juga sering memencet hidung Gio yang kelewat mancung, cowok itu menggendong Dara hingga sampai di ujung anak tangga bagian atas.
Gio menurunkan Dara dari gendongannta, "Dara masuk kamar dulu sana, abang mau ketemu Ayah."
Dara hanya mengangguk lalu pergi dari hadapan Gio, Gio mengetuk pintu ruang kerja ayahnya tak lama lelaki paruh baya itu bersuara meminta orang yang mengetuk untuk masuk.
"Ayah."
"Gimana? Udah ketemu sama Joshua?"
Gio mengangguk lesu, "udah tapi Gio keberatan,"
"Kenapa?"
"Gio nggak mau diajarin sama cewek bar-bar kayak Putri, Yah."
Robert mengerutkan dahinya, "bar-bar?"
Gio mengangguk histeris, "dia itu cewek paling ditakutin di Gradisa, kayak singa."
"Tapi Ayah tetep maunya kamu diajarin Putri, apapun alasan penolakannya, kamu pasti udah tahu sanksinya kan? Jadi tolong belajar betul-betul sama Putri."
"Tapi yah-"
"Nggak ada tapi-tapian, sekarang keluar terus mandi terus makan, Ayah mau lanjut kerja."
Dengan batin yang tak terima, akhirnya Gio keluar dari ruangan ayahnya, kesal tentu, apalagi untuk kedepannya ia akan terus bertemu dengan Putri, gadis bar-bar yang ditakuti pelajar Gradisa.
***
Bagi Gio Putri atau Mani adalah gadis bar-bar, sangat prihatin kalau ia dekat-dekat dengan gadis itu, iya, dua kali sudah Gio mengajak Mani untuk pulang diantarkan dirinya, itu entah kenapa Gio hanya tidak ingin gadis itu salah jalan.
Khawatir? Entahlah. Gio menolak untuk khawatir, namun waktu itu ia bertemu Mani di sebelah studio hatinya bergerak untuk mengantarkan gadis itu pulang, ia hanya tak mau disore menjemput gadis itu malah dijadikan santapan oleh para preman.
Dan untuk kemarin, mengantar gadis itu pulang juga karena kasihan, bukan kasihan tapi merasa bersalah, ia merasa bersalah karena mulutnya yang keterlaluan kepada Mani.
"Arghhh!!!" Gio meremas rambutnya kacau, bagaimana ini, ia bisa gila memikirkan akan belajar matematika dan harus mendapat nilai di atas kkm, apakah ia sanggup? Apakah Mani bisa mengajarkannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Toping Your Heart (end)
Teen FictionManila Putri Joshua, gadis yang ditakuti di SMA Gradisa, gadis bermulut pedas dan tidak pernah bersikap manis, memiliki teman kebanyakan laki-laki untuk bermain game Giovanos Robert, cowok yang menjadi vocalis di musik terkenal Gradisa, yang bisa di...