27. Diani Putri Joshua

324 24 0
                                    

Kalau lo rasa lo nggak kuat, ambil jemari gue lalu bilang, 'gue butuh bantuan lo.' Jangan gengsi, nggak ada gunanya

***

"Gue sebenernya udah ada rasa kalau Lion sama Clau ada apa-apanya."

Ujaran Fatur membuat Gio mendongak, kebetulan Lion sedang ke toilet dan tinggallah Fatur dan Gio berdua di ruang musik. Ini juga sebagai perpisahan dengan ruangan tersebut karena ia yakin mereka akan jarang masuk ke ruangan ini.

"Maksud lo?"

"Lo inget waktu kita bawa Mani ke rumah sakit? Disana Clau juga ikut, anehnya Clau senyum waktu lihat wajah cemas lo, kayak apa yah? Hmm, kayak dia seneng kalau lo lebih mentingin Mani daripada dia, sedangkan waktu itu lo sedang pdkt sama Clau."

Gio memutar kepala ke masa lalu, ia juga merasakan hal yang aneh belakangan ini sebelum Lion dan Clau sama-sama jujur tentang diri mereka.

"Gue juga ada rasa kayak gitu, hm, tapi udahlah nggak masalah kan? Yang penting semua udah aman."

Fatur mengangguk pas sewaktu Lion masuk ke dalam ruang musik.

***

Diani sebenarnya adalah anak baru di SMA Gradisa, gadis itu bahkan tadi ditegur oleh temannya karena berani menantang Mani, dan jawaban Diani cukup simple, "gue nggak takut sama dia."

Banyak teman-teman Diani menjadikannya tameng, pion-pion untuk melindungi diri karena sikap berani Diani.

Mata Diani menangkap seorang gadis yang berjalan menekuk kepalanya, gadis itu segera berlarian keluar tidak merespon teman-temannya yang menanyakan ia mau kemana.

"Tunggu!"

Gadis yang dipanggil Diani berhenti, ia berbalik sambil menunjuk dirinya sendiri membuat Diani mengangguk.

"Gue mau ngobrol sebentar sama lo, lo sibuk?"

Gadis itu menggeleng lalu ikut dengan Diani ke taman sekolah, mereka duduk di gazebo taman saling diam dan bingung.

Namun akhirnya Diani membuka percakapan. "Lo Annisa? Anak 10 ipa 2 yang ada masalah sama kakak gue, 'kan?"

Alis gadis itu naik sebelah dengan dahi berkerut, "maksud kamu?"

"Lo yang udah racunin kakak gue dan ngejebak dia, tapi lolos dari penjara, bokap ngomong apa ke lo?"

Mendengar hal tersebut, Annisa menegang, setahunya Mani adalah anak tunggal setelah peninggalan almarhum kembarannya. Dan itupun ia tahu dari Mutia.

"Om Josh...  om Joshua nggak bilang apa-apa." Balas Annisa gugup.

Diani tidak akan pernah percaya, gadis itu menarik dagu Annisa keatas, ia tersenyum devil lalu melempar wajah itu ke arah lain. Annisa si gadis sok polos.

"Ok, lo kalau nggak mau cerita ke gue yang sebenarnya lo tanggung aja bully-bullyan dari gue dua tahun kedepan, karena gue pastiin lo sekelas terus sama gue!"

"Jangan!" Ujar Annisa cepat, ia sangat takut diancam seperti itu, sedangkan ditatap oleh orang saja ia takut apalagi diancam. "Aku bukan orang berada, ayah udah meninggal dan ibu sakit-sakitan. Waktu itu penyakit ibu kambuh dan aku nggak punya duit buat bawa ke rumah sakit dan tiba-tiba Kak Mutia ngasih duit sama jaminan rumah sakit kalau aku berhasil ngasih Kak Manila kue, aku nggak tahu ada racun, mereka cuma bilang mereka mau ngasih ke Kak Mani tapi gengsi, mereka bilang walau satu gigit mereka tetap ngasih jaminan sama duit itu, aku mau karena mikir itu hal yang baik, tapi ternyata aku dijebak, aku ditarik-tarik ke gudang buat nyaksiin penyiksaan terhadap Kak Mani, aku mau teriak tapi mulutku disumpal sama Kak Alin dan Kak Tar." Alin dan Tar yang disebut Annisa adalah dua budak Mutia.

Toping Your Heart (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang