9. Riga dan Gio

376 64 0
                                    

Cewek cantik biasa jika dipepet cowok-cowok, tapi bakal lain bunyinya kalau cewek yang cukup tahu dengan agama didekati oleh cowok yang shaleh juga.

***

Lara bingung kenapa Mani bisa diam saja hari ini, padahal biasanya gadis itu akan marah apabila didekatinya, malah Mani yang ditemuinya hari ini terkesan anti bicara, guru menerangkan saja ia memilih untuk tiduran, bukan Mani banget.

Mani, gadis yang memiliki nilai tinggi meski tinggian nilai Clau di kelas dan ia juga memiliki semangat belajar yang berbeda meski ditakuti siswi Gradisa, seperti ada yang hilang dari gadis itu.

"Man, kantin?"

Mani hanya menggeleng, Lara mendengus lalu menarik Clau, gadis yang sekelas dan sering juga kekantin dengannya, bahkan teman kala bergosip.

Lara berjalan dengan Clau ke kantin dengan bergandengan tangan, tidak mendapat perhatian lebih karena ia terbiasa menggandeng tangan orang saat berjalan, sangat berbeda dengan cowok yang bergandengan yang ditatap ngeri oleh sebagian orang dan ditatap jijik bagi orang awam.

"Dia kenapa dah? Nggak kayak biasanya." Komentar Clau yang sadar perubahan pada wajah Mani, biasanya saat ke kantin pun Mani memang tidak mau ikut, tapi ia membawa bekal dan dengan semangat memakannya. Tapi, hari ini sangat beda melihat wajah murung gadis itu.

Lara menggidikkan bahu, "lagi PMS kali, eh disana kosong, duduk sana yok?"

Clau dan Lara memilih tempat duduk di bangku yang cukup jauh dari pintu kantin. Mereka cukup berteriak dan sesegera mungkin penjaga kantin mengambilkan makanan milik mereka meski antrean cukup panjang, biasalah Lara bersama Clau yang notebenenya anak dari kepala yayasan.

"Boleh gabung?"

Keduanya serempak mendongak dengan sangsi mengangguk pelan namun canggung, tiga cowok musik yang terkenal karena aksi panggung yang memukau itu duduk di hadapan Lara dan Clau, dialah Gio, Lion dan Fatur.

Lara menikmati makanannya dengan susah payah, sedangkan Clau makan dengan lahap seolah tak ada apa-apa. Fatur dan Lion asyik bercerita tentang moto-gp tadi malam, dan Gio, cowok itu menatap Lara terus membuat gadis itu salah tingkah.

"Lo cewek yang malam itu kan?"

Entah kepada siapa Gio berbicara, yang penting Lara dan Clau langsung menoleh ke arah si cowok, namun seperkian detik Clau nyengir lalu mengangguk.

"Iya." Katanya pelan.

"Kenalin gue Gio." Ujarnya mengulurkan tangan ke depan hadapan Clau namun matanya sesekali melirik Lara.

"Eh... gue Clau, Claudia."

"Lo?" Alih Gio mengulurkan tangan ke hadapan Lara.

Dengan ragu Lara menjabatnya, "Lara, Larasati Angel."

"Eh." Lara terperanjat kala seorang cowok melepaskan tangannya dari tangan Gio yang entah mengapa berjabatan terlalu lama, saat ia mendongak ia mendapati Riga sedang menyeringai ke arah Gio.

"Dia milik gue."

JEDERRRR!!!

Bukan hanya Lara yang terkejut, Clau bahkan tiga cowok pemusik itu juga sama terkejutnya, namun Gio tersenyum simpul.

"Maaf bro, gue kira masih kosong."

Tak urung ucapan Gio membuat emosi Riga naik, cowok itu menarik kerah baju Gio membuat suasana kantin menjadi riuh, Gio masih bersikap santai, ia emang tak jago beladiri jadi biarkan saja tubuhnya remuk di badboy satu ini. Sedangkan Fatur dan Lion segera berdiri antisipasi jika sahabatnya babak belur ia akan membela Gio sekuat tenaga meskipun ia hanya ikut gym bukan karate atau taekwondo.

"Riga lepasin, dia nggak salah." Bela Lara yang tampak memucat, gadis itu bahkan gemeteran memegang lengan Riga yang bebas.

"Tapi gue nggak suka cara dia."

"Gue juga nggak suka cara lo yang kayak gini, Riga!"

Riga berhenti, tangannya melepas kerah baju Gio perlahan, diliriknya Lara tak bersahabat lalu pergi begitu saja meninggalkan para penonton yang kecewa karena tidak terjadi aksi pukul-pukulan.

Lara menoleh ke arah Clau yang tadi sempat berdiri karena ikut terkejut dengan aksi Riga, lalu gadis itu menoleh ke arah Gio yang berusaha tenang, akhirnya ia memilih berlari menyusul Riga, cowok yang beberapa hari ini mengisi kekosongannya.

***

Mani melihat semuanya, melihat saat Gio meminta kenalan dengan Clau dan Lara, hingga Riga keluar dari kantin dengan emosi yang memuncak, gadis itu emang sangat tidak mood dari pagi, namun ia butuh air minum dan terpaksa berjalan ke koperasi sekolah yang berdekatan dengan kantin, dan Mani menyaksikan itu semua.

Benar firasatnya jika pasti kedua orang yang akan dekat dengannya nanti akan didekati Gio, kadang ini yang membuat Mani tidak mau memiliki teman perempuan, ribet.

"Aduh, perasaan gue nabrak orang mulu dari kemarin, woi lu bikin mood gue tambah buruk aje." Omel gadis itu tak sadar orang yang menabraknya bahkan jatuh ke dasar lantai. 

Gadis itu mendongak, "sorry Man."

"Lo lagi-lo lagi! Enyah dari wajah gue sana, cepet pergi atau gue tonjok?"

Gadis itu memilih pergi dari pada jadi bualan Mani semata-mata karena aksi tidak sengaja bertabrakan tadi. Ya gadis yang menabrak Mani sana dengan gadis yang waktu Mani berjalan dengan Lara yang juga menabraknya.

Mani memilih duduk di anak tangga koperasi, membuka tutup botolnya lalu meneguk air itu sebanyak mungkin.

"Man!"

"Byurrr!! Astagfirullah, ganggu gue lagi minum ajelo emaknya kucing anggora." Celoteh gadis itu lagi saat air yang ia minum malah menyembur keluar karena panggilan mendadak tadi.

"Hehe, maap. Lo tadi bukannya di kelas?"

Mani mendengus, "enyah sana, gue lagi mau sendiri."

Gadis itu menggaruk kepalanya dan memilih duduk di sebelah Mani, "kalau lo udah bawel kayak gini gue jadi seneng, berarti lo udah jauh dari badmood lo."

Mani melirik dengan ujung matanya dengan satu bagian bibir atas dinaikkan membentuk sebuah ejekan, "bodo."

Gadis itu mengganggu Mani dengan mengoel-ngoel lengan gadis itu membuat Mani benar-benar risih. "Woi lo kalau nggak bisa diam pergi sana, untung nggak gue tonjok."

Gadis itu adalah Clau, saat ia menoleh tadi ia malah menemukan Mani menatap Gio tak bersahat dari arah yang cukup jauh, entah apa masalah gadis ini dengan vocalis musim tersebut.

Pokoknya, jika Mani banyak ngomong, Clau akan sangat bahagia, bukannya takut, ia suka melihat wajah Mani yang sedang marah-marah, katanya kayak harimau lagi beranak.

"Man, lo suka ya sama Gio?"

"Idih."

Clau terkekeh melihat ekspresi jijik yang ditunjukkan Mani, ia tidak tahu apa yang terjadi antara Mani dan Gio yang penting ia yakin mereka cukup dekat jika dibilang tidak saling kenal.

"Semoga jodoh."

"Amit-amit."

"Amiin-amiinn."

"Gue tonjok lo Clau."

Clau terkekeh dan memilih berlari ke kelasnya, disaat itu Mani kembali melirik suasana kantin, Fatur dan Lion masih saja asyik bercerita dan Gio? Lihatlah cowok itu cukup nelangsa menghadapi jalan kehidupannya.

"Idih."

***

Toping Your Heart (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang