Butuh orang lain untuk bersandar, butuh diri untuk menegakkan, itulah aku.
***
Gio merasa ia telah salah mengambil jalan, dahulu ia meninggalkan Fadila demi kembarannya, lalu ia membenci Fadila karena menganggap semua kejadian itu karena Fadila dan tanpa ia sadari bukan hanya dirinya dan si kembaran yang menyukai Fadila, Aziz, sepupunya, juga mencintai Fadila malah jauh lebih lama sebelum Gio mengenal Fadila.
Tapi, Fadila malah mencintai dirinya yang berusaha mati-matian untuk membenci gadis yang sangat ia sayangi itu.
Lalu ia bertemu dengan gadis berjiwa laki-laki bernama Manila Putri Joshua, bermain apo dengan gadis itu yang ternyata hanya jebakan, jebakan yang dibuat orang tua keduanya untuk menjodohkan anak mereka.
Meski Robert dan Joshua tidak mempersalahkan lagi perjodohan itu, tapi Gio sudah yakin jika pada akhirnya mereka akan menyerahkannya kepada Mani juga Gio. Gio sangat kenal ayahnya, ayahnya tidak akan pernah melakukan hal yang merugikan anaknya.
Kini, Gio telah berdiri di sebelah Mani, membantu Mani serta Dinda membereskan pakaian gadis itu karena hari ini Mani telah diperbolehkan pulang. Sedangkan Joshua sedang mengurus administrasi yang belum lengkap.
"Maudi kenapa nggak pernah jengukin aku Ma?"
Dinda mendekati Mani, duduk di ranjang sebelah Mani. "Mama lupa ngasih tahu kamu sayang, Maudi kan ada olimpiade ke singapura."
"Olimpiade?"
"Matematika tepatnya." Jawab Gio yang juga tahu keberangkatan Maudi, adik angkat Mani. Mani hanya mengangguk lalu kembali beralih menatap Dinda.
"Ma, aku boleh ke makamnya Putra?"
Pertanyaan Mani mengalihkan eksistensi Gio sepenuhnya dari tas yang telah ia pasangkan resletingnya.
Tampak wajah menolak dari Dinda, "sayang, apa nggak besok aja? Mama ada janji sama Rilla." Rilla yang dimaksud disini adalah adik dari Dinda yang juga merupakan tante bagi Mani. Mani memasang wajah cemberut sebelum Gio menyambutnya dengan sebuah ajakan.
"Sama gue aja."
Mani tersenyum, namun gadis itu menoleh ke arah Dinda meminta persetujuan, Dinda mengangguk kepada anak gadisnya. Namun lagi-lagi Mani mengerucutkan bibirnya. "Ntar nggak boleh sama papa."
"Boleh, nanti mama izinin, tapi Putri udah beneran sembuh kan sayang?"
Mani mengangguk histeris, "udah, Ma. Udah segar bugar." Jawab Mani bersemangat, Dinda mengelus pucuk kepala anaknya sambil tersenyum tulus.
Rasanya ia akan sangat menyesal jika dulu tidak menyadari kesalahannya, ia menyia-nyiakan anak gadisnya yang sangat cantik dan baik hati ini.
Setelah itu Joshua datang, "Mas, Putri katanya mau ke pemakaman Putra."
"Aduh, aku nggak bisa sayang. Putri besok aja ya." Ujar Joshua mengundang senyuman di bibir Dinda, jadi Joshua tidak lagi punya alasan untuk menolak Gio yang ingin pergi ke pemakaman bersama Mani.
"Gio juga mau ke pemakaman kok Pa, Putri sama Gio aja."
Joshua melirik Gio tajam, kelakuan Gio waktu itu kepada Aziz masih membekas diningatannya, Gio itu tempramental, apakah anak gadisnya akan aman di tangan pemuda sepertinya?
"Nggak! Besok aja sama papa."
Gio memasang wajah masam, demi apa Joshua masih menyimpan dendam kepadanya? Apakah ketulusan Gio kepada Mani tidak ada nilainya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Toping Your Heart (end)
Teen FictionManila Putri Joshua, gadis yang ditakuti di SMA Gradisa, gadis bermulut pedas dan tidak pernah bersikap manis, memiliki teman kebanyakan laki-laki untuk bermain game Giovanos Robert, cowok yang menjadi vocalis di musik terkenal Gradisa, yang bisa di...