Saat keluar dari pemakaman, Gio tak menemukan Mani di bangku taman dekat motornya, ia menoleh ke kanan dan kiri tak menemukan jejak Mani, cowok itu juga lupa jika ia tak memiliki ponsel sekarang karena ponselnya sedang bersama Mani.
"Woi!"
Gio menoleh, ini dia gadis itu, gadis yang tadi menghilang eh muncul lagi.
"Dari mana?"
Mani menggidikkan bahu, "kepo."
Gio memutar bola mata lelah, bodo anat Mani akan berbuat apa, yang penting ia sekarang ingin pulang dan berehat, eh, tapi kan ia harus belajar hari ini.
"Gue anter pulang, hari ini nggak usah belajar yaaaa, tadi kan gue abis ulangan, udah mumet nih kepala."
Mani sebenarnya juga capek, lagian menangis juga butuh tenaga, hari ini memang hari nangis nasional bagi Mani.
"Serah." Akhir jawabnya.
Gio menaiki motornya, setelah itu ia membantu Mani untuk naik ke atas motornya yang ditolak habis-habisan oleh gadis itu.
"Jadi berapa nilai ulangan lo?"
Gio yang fokus membawa motor tersadar, ia memproses ucapan Mani sebelum menjawab. "Nggak tahu, besok dibagiin."
"Oh."
Setelah itu mereka hanya diam, motor mendarat di depan rumah Mani, lalu gadis itu turun dan berjalan ke dalam rumahnya tanpa mengucapkan apa-apa atau setidaknya terima kasih?
Gio mendengus kasar, emang tidak baik ia dihadapkan dengan Mani, gadis yang emang datar dan tidak tahu terimakasih.
"Mau kemana!"
Baru saja Gio akan membelokkan motornya untuk pulang, suara seseorang terdengar menggelegar, siapa lagi jika bukan Mani?
"Apalagi? Kan gue bilang sekarang kita nggak belajar." Keluh cowok itu.
Mani mengulurkan benda persegi pipih itu kehadapan Gio, "ini, makasih udah nganter gue balik."
Gio menerimanya, waktu ia buka ternyata batrainya 100%, aneh, tapi tak apa, "makasih."
"Eh, itu paketnya habis, kemarin gue download ML sama Free Fire, tapi udah gue hapus aplikasinya, makasih hehe." Setelah mengatakan itu Mani langsung berlari masuk ke dalam rumahnya, ia takut kalau Gio marah, padahal Gio biasa saja, malahan emang itu alasan kenapa ia meninggalkan ponselnya di rumah Mani.
"Dasar cewek bar-bar."
Ting.... ting....
"Hm."
"Dimane lu!"
"Otewe pulang, kenapa?"
"Gue sama Fatur kesana."
"Hm."
Gio mematikan sepihak lalu mengendarai motornya ke rumah, jika dipikir-pikir ia jarang sekali akhir-akhir ini ke studio untuk latihan, karena belajar dengan Mani ia jadi menjauhi hobbynya.
Sesampainya di rumah, Gio langsung masuk tanpa salam, dia Gio, cowok yang tanpa aturan namun melihat Mani tak sopan menjadi sewot sendiri. Giovanos Robert.
"Ayah?"
"Sini, ayah mau bicara."
Gio mengikut, biasanya sore seperti ini Gio masih berada di rumah Mani dan ayahnya belum pulang, ini sebuah kebetulan.
"Gimana? Ada peningkatan?"
"Tadi Gio ulangan, tapi ulangan pertama, sesuai perjanjian ulangan pertama nggak berpengaruh, tapi ulangan kedua baru berpengaruh, jadi Gio aman kan Yah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Toping Your Heart (end)
Teen FictionManila Putri Joshua, gadis yang ditakuti di SMA Gradisa, gadis bermulut pedas dan tidak pernah bersikap manis, memiliki teman kebanyakan laki-laki untuk bermain game Giovanos Robert, cowok yang menjadi vocalis di musik terkenal Gradisa, yang bisa di...