Bab 8 - Unexpected Visit | 2

7.9K 669 3
                                    

Aku nggak berani melangkahkan kaki lebih dalam lagi ke apartemen Azura. Ingin kabur, tapi Ariel akan marah. Jadi aku berdiri diam di depan pintu yang baru saja tertutup.

Dari kamar tidur Azura, kudengar Kak Arka dan Ariel sedang saling bertanya-jawab tentang adik mereka. Dari percakapan itu aku tahu bahwa keduanya sangat peduli pada Azura – walau ternyata mereka tidak seayah.

"Ada Kanaya di depan." Akhirnya Ariel ingat juga padaku.

"Kanaya?" Suara Kak Arka terdengar nggak percaya. "Kanaya adiknya Karla?"

Hening. Mungkin Ariel mengangguk.

Untuk beberapa saat, nggak ada yang bicara di kamar sana. Aku penasaran gimana reaksi Azura mendengar kedua kakaknya bicara seperti ini.

"Boleh gue temuin?"

"Silakan aja." Ariel menjawab dengan nada datar dan dingin.

Ya Lord! Gimana ini? Kak Arka malah ingin bertemu! Badanku rasanya terpaku, nggak bisa bergerak walau aku ingin sekali lari dari tempat ini.

Langkah kaki mendekat, dan beberapa saat kemudian laki-laki itu berdiri di seberang sofa, menatapku dengan pandangan yang sulit kujelaskan.

Dia masih tampan. Tubuhnya semakin kekar dan bugar – kurasa dia rajin berolahraga. Dulu dia brewok, sekarang wajahnya bersih dan cerah. Perancis sangat bagus untuk dia, kalau begitu.

Yang jelas berbeda adalah semangat yang terlihat di wajahnya. Dulu dia nggak seperti itu. Kak Arka mirip denganku: pendiam, bermuka murung, dan kelihatan tertekan. Sekarang dia sangat berubah. Aku menyukai Kak Arka yang ini.

"Halo, Naya." Dia mengangkat tangan dengan canggung. Matanya menatapku dengan sorot rindu. Kuharap sorot mataku biasa saja.

"Halo, Kak."

Kami sama-sama maju, mengulurkan tangan. Jabatan kami terasa janggal, seperti asal lewat saja. Menyentuh lagi tangannya membuat diriku bergetar. Dan kurasa efek yang sama juga dia rasakan. Mungkin itu sebabnya kami sama-sama segera saling melepas.

"Ehm ... Kata Azura, kamu tinggal di gedung ini juga, ya?"

Sial! Aku belum sempat minta Azura merahasiakan ini. Sekarang Kak Arka tahu tempat tinggalku.

"I-iya. Ariel yang ingin kami satu gedung. Aku diharap bisa bantu liatin Zura." Aku gelisah sekali. Ariel sepertinya sengaja membiarkan kami berdua saja karena dia tetap di kamar Azura, bahkan menutup pintunya.

"Maaf jadi ngerepotin, ya. Tapi aku sekarang tinggal di sini, jadi kamu nggak perlu repot."

Ya Lord! Apa lagi ini? Kak Arka malah akan tinggal dengan Azura! Seberapa kecil kemungkinan kami untuk bertemu?

Aku tidak menyahut, hanya mengangguk sekali. Pandanganku turun ke bawah, tapi aku malah melihat tubuh yang hina.

"Ehm ... Naya?" Kak Arka menggaruk hidung. Kami masih sama-sama berdiri, berjarak satu lengan. Cukup dekat untuk aku mencium aroma kayu cedar dari kaus polonya.

"Ya Kak?" Kuberanikan diri menatap matanya yang hitam dan teduh.

"Aku rasa kita perlu bicara soal waktu itu? Soalnya kamu nggak pernah kasih aku kesempatan untuk jelasin ... malam itu."

Ya.

Aku rasa kami memang harus membicarakannya. Aku rasa Kak Arka harus tahu kenapa aku membalas perasaannya waktu itu. Aku rasa, aku juga berhak tahu kenapa dia jatuh hati padaku padahal aku hanya mengingatkan Kak Karla padanya.

"Ehm ... mungkin iya juga."

"Harus, bukan mungkin." Tegasnya. Tubuhnya bergerak maju. Reflek, aku mundur dan menatapnya takut. "Kenapa kamu jadi takut sama aku, Naya?" Suaranya sangat pelan, seolah khawatir Ariel akan menguping dari balik pintu.

Segera aku sadar. Bisa saja Ariel menguping. Biarkan saja. Dia yang memberi kesempatan pada kami untuk bertemu lagi, kan?

"A-aku ... nggak tahu. Aku pacar Ariel sekarang." Jawabanku meluncur dengan cepat, masih sambil menatapnya.

Sinar mata Kak Arka begitu lembut dan menenangkan. Aku takut tenggelam di dalamnya, jadi buru-buru aku berpaling.

"Iya, tadi Ariel udah bilang." Dia menarik napas dan mengembusnya perlahan. "Take your time, Naya. Kalau belum bisa sekarang-sekarang ini, nggak apa. Kita bisa ngobrol kapan aja karena aku tinggal di gedung yang sama denganmu, kan?" Dia tersenyum terpaksa.

Justru itulah, Kak Arka, yang kutakutkan selama ini. Karena aku tahu cintaku pada Ariel masih gamang, aku takut kita bertemu. Kamu mengambil keperawananku dan sekarang aku nggak bisa memberi diri sepenuhnya pada Ariel. Aku malu sama dia. Itu gara-gara kamu, Kak Arka. Kamu muncul di tengah-tengah hubungan manis antara aku dan Ariel! Kamu pengacau! Kamu pengacau yang menyebalkan!

Lord! Please, help me!

Secrets Between Us [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang