Aku baru saja mau terlelap ketika kudengar suara mengaduh yang kencang. Sontak kutendang selimut dan bergegas ke kamar Azura.
Gadis itu sedang memegangi perut dengan dua tangan dalam posisi setengah duduk. Dia meringis kesakitan dan ketakutan. Matanya menatapku nanar saat aku tiba di sebelahnya.
"Apa yang sakit?" tanyaku panik. Gosh! Aku nggak punya pengalaman dan pengetahuan apa-apa soal orang yang mau melahirkan! Haruskah kuhubungi Mbak Reni? Dia satu-satunya orang yang kukenal cukup baik yang sudah pernah melahirkan bayi.
"Kayaknya ini kontraksi, Kak ... Aku nggak tahu ... rasanya sakit ..."
Ya Tuhan! Seperti apa kontraksi itu? Aku benar-benar buta. Salahku, nggak pernah ikut membaca buku tentang kehamilan dan melahirkan yang kubeli untuknya.
"Apanya yang sakit?" tanyaku, berusaha menyembunyikan kepanikan dan rasa gugup supaya tidak menular pada Azura. "Maksudku, perut atau vagina?"
"Semua, Kak ... udah mau lahir kayaknya ..." Sekali lagi dia mengerang.
Lord! Please, jangan sampai dia lahiran di sini! Aku nggak bisa menangani ini!
Segera kuambil ponsel dan kuhubungi IGD rumah sakit bersalin yang disebut Ariel tadi. Lega rasanya saat seseorang merespon dan akan mengirimkan ambulan ke tempat kami.
"Ayo, Azura. Bertahan dan kita ke lobby, ya." Aku membujuk dan menguatkan, walau sebetulnya aku juga memerlukan semangat yang sama. Aku takut gagal menjaganya tetap selamat.
Tapi Azura gadis yang tegar. Sambil meringis antara karena sakit dan takut, dia berusaha keras memaksa diri berjalan. Aku memeluk pundaknya hingga tiba di lobby, dan menyuruhnya menarik napas dalam-dalam. Dalam hati aku berdoa semoga Azura nggak kenapa-kenapa sampai kami tiba di rumah sakit.
***
Bangsal IGD remang-remang, hanya beberapa lampu yang menyala. Mataku mengawasi para perawat yang keluar masuk kamar rawat darurat tempat Azura diperiksa. Suasana lengang karena sudah lewat tengah malam. Kantukku hilang, diganti dengan cemas, gugup, takut, dan bingung.
Ariel sudah kukirimi pesan karena aku nggak yakin dia akan menjawab panggilan telpon selarut ini. Juga, aku mengirim pesan kepada Elvira, karena cuma dia yang akrab denganku. Dan dia menelpon balik. Katanya, dia akan datang subuh nanti membawakan pakaian ganti untukku dan Azura.
"Kamu kan nggak punya kunci apartemen kami?" tanyaku heran. Mau bawain pakaian dari mana memangnya?
"Ceh, susah amat. Gue beliin aja sepasang-sepasang dulu, ya."
Oh, aku lupa penghasilannya sudah disesuaikan dengan jabatan baru. Murah hati betul temanku ini. Kuucapkan terima kasih lalu kembali menunggu.
Seorang dokter keluar, menjelaskan bahwa Azura harus dirawat inap. Placenta previa, katanya. Aku kurang paham, tapi katanya ari-ari si jabang bayi menutupi jalan lahir. Azura harus dioperasi.
"Mbak ini kakaknya?" tanya dokter muda berkacamata itu.
"Bukan. Saya ... teman seapartemen." Kuputuskan untuk tidak mengaku calon kakak ipar.
"Oh, gitu. Kalau kenal keluarganya, tolong dihubungi, ya. Karena semua tindakan harus disampaikan dulu pada kerabat terdekat."
Aku mengangguk patuh. Dokter itu kembali ke ruang rawat dan aku memeriksa ponsel, siapa tahu Ariel sudah membaca. Tapi ternyata belum.
Tak tahu apa yang harus kulakukan, akhirnya kucoba tidur sambil duduk dekat dengan ruang IGD. Badanku begitu pegal, sampai tak sadar aku jatuh tertidur.
Yang membuatku terbangun adalah dengung percakapan yang lama di pintu ruang IGD. Karena sepi, walau mereka bersuara pelan tetap saja terdengar. Kubuka mata, berpikir bahwa paramedislah yang sedang mengobrol. Tapi sontak aku menegakkan tubuh demi melihat manusia di seberangku.
Kak Arka sedang bicara dengan dokter jaga yang memeriksa Azura. Siapa yang menghubunginya? Tahu darimana dia? Nggak mungkin Azura karena dia nggak membawa ponsel ke dalam sana.
Seperti tahu ada yang memperhatikan, lelaki itu menoleh padaku dan tersenyum. Lalu dia pamit pada dokter dan mereka berjabat tangan. Kubetulkan posisi duduk, saking gugupnya, saat Kak Arka mendekat. Senyum masih terkembang di bibirnya.
Dan jantungku ... berdebar sangat kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secrets Between Us [Completed]
RomanceDitulis oleh evenatka untuk event BerKARya bersaMA Kamaksara, 1 Oktober - 30 November 2019. Terima kasih KamAksara buat event yang luar biasa. Ini novel keempat yang selesai tahun ini - horee! Doakan novel ini naik cetak yah.