[Aku tahu kamu luar-dalam]
*
Fano lelah dengan aktivitasnya hari ini. Dia tidur lebih awal dari biasanya. Setelah mandi langsung banting badan ke kasur tanpa mengecek handphone atau bermain bersama keponakannya. Sumpah mati remuk satu badan.
Erza yang kebetulan menginap di rumahnya saja dihiraukan dan membiarkan lelaki itu mengisi kamar di ruang sebelah. Setelah berbincang sedikit dengan mama, Fano izin untuk tidur.
Ting
"Iya, Yok?" mata masih terpejam namun suara sang sahabat di seberang sana memaksanya untuk mengangkat telefon sebelum dihubungi ribuan kali tanpa henti dengan rengekan Iyok yang tidak jelas."Aku pusing. Ke rumahmu ya?" nadanya lemas tapi Fano masih tidak peduli.
"Ya." balasnya singkat.
"Ojo turu." pinta Iyok yang mendengar suara mengantuk Fano. (Jangan tidur)
"Enggak deh."
"Oke aku o te we."
"Ya." dan sambungan terputus.
Tak lama ada suara grasak-grusuk dari ruang bawah. Fano mengerang kesal. Ini baru satu jam ia tidur dan terpaksa harus menerima kebisingan di rumahnya.
Krieet
Pintu kamar terbuka."No" panggil Iyok. Suara langkah kaki yang berjalan semakin mendekat ke arahnya.
"No." Iyok menyentuh punggungnya. Telapak tangan Iyok sangat dingin membuat Fano bergidik.
"Hm?" Fano hanya berdeham tanpa membalikkan badan atau menatap Iyok.
"Bangun dulu." mengintip kelakuan Iyok yang duduk gelisah di single chair.
Fano telentang. Mengedipkan mata guna membiasakan diri dengan cahaya kamar yang tiba-tiba terang.
"Kamu nyalain lampu?" tanya Fano serak dan Iyok mengangguk.
"Kok kamu ga pake baju?" Iyok bertanya setelah Fano menegak air minum yang ada di meja.
"Abis mandi terus tidur." jelasnya singkat.
Iyok masih duduk di kursi. Ada jarak tak kasat mata di antara mereka; itu yang Fano rasakan.
"Belom ngeringin rambut berarti. Nanti pileknya makin parah aja."
"Biarin. Aku capek banget tadi." keluh Fano lalu menyenderkan badan ke headboard.
"Aku ganggu istirahatmu yo?" suara cicitan didengar Fano.
"Enggak. Ada apa kamu?" Fano menepuk sisi ranjangnya. Iyok paham langsung mengambil duduk di sana.
"Aku pusing, No." meremat ujung baju lalu bola caramel itu menatap Fano. Yang ditatap total bingung.
"Kenapa?" tanyanya lalu menarik selimut sebatas pinggang.
"Pusing aja sama urusan keluarga terus sama pacar juga."
"Terus?" Fano memejamkan mata, kepalanya berdenyut sakit.
Iyok menghela nafas. Mengeluarkan satu plastik kecil berisi beberapa butir obat tanpa bungkus resmi dari PT obat tertentu.
"Apa itu?" tanya Fano setelah pertanyaan sebelumnya tidak kunjung mendapat jawaban.
"Obat, No. Mahal." Iyok mengibaskan bungkusan itu tepat di wajah Fano.
"Obat opo?" Fano duduk tegak menatap penuh Iyok dan bungkusan obat itu. (Obat apa?)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid F | FaYok vers ✔
Fanfiction2019 Berawal dari buat konten homo-homoan malah berakhir jadi homo beneran. ___________________ Story: Kejukopi Inspiration: Kiflyf tv Art on cover is't me