8.5 Perasaan 'itu'

1.4K 151 86
                                    

Kekhawatiran mendalam bagi Fano bukan tentang perasaan yang tumbuh tak wajar pada sang sahabat, tetapi kesiapan hati untuk menerima rasa baru di hati serta meluruskan hubungannya dengan sang kekasih. Seperti yang sudah dijelaskan lalu bahwa ia menjalin hubungan dengan serius.

Fano bukan tipe lelaki yang mudah mencampakkan, terbukti dari lamanya ia menjalin hubungan dengan perempuan berstatus pacarnya itu. Fano sangat mengenal dirinya tanpa perlu memperumit keadaan yang ada. Fano dengan segala kesiapan menjalani hidup adalah bentuk pertahanan diri dari melawan takdir yang salah jika itu terjadi.

"Jadi kenapa beberapa hari ini ga ada kabar?" perempuan cantik yang sudah menemani hari-hari Fano bertanya dengan nada super santai yang tidak dibuat-buat.

Fano mengaduk es kopi dalam gelas. Menatap mata lawan bicara dengan lekat. "Aku ada. Cuma ya gitu, sibuk aja."

Laura menghela nafas. Ia tahu bahwa kekasihnya sedang menyembunyikan sesuatu. Lelaki di hadapannya tampak tidak sesantai biasanya. Beban kasat mata menumpuk di pundak Fano, Laura dapat melihat itu. "Sibuk banget?"

Fano mengangguk. Memang ia dan Kiflyf sibuk membuat konten. Beberapa kali meeting dan syuting tidak kenal waktu, kadang di rumah Fano dan kadang di rumah Iyok. Malam ketemu malam lagi mereka berdiskusi tanpa jeda. Target upload video satu hari satu kali membuat mereka semua kelimpungan.

"Sesibuk itu sampai ga bisa kabarin aku?" Laura melihat obsidian sehitam malam milik Fano yang mengerjap cepat.

Fano gusar di kursinya. Ucapan santai yang beberapa menit lalu Laura lontarkan berubah menjadi pertanyaan bernada intimidatif. Fano tidak suka, namun tidak pula protes.

Di lain tempat Iyok bernasib sama. Diinterogasi sang pacar karena menghilang tanpa kabar.

"Aku udah bilang kalau sibuk. Kamu ngerti dong harusnya." Iyok mencengkram pinggiran meja menahan letupan emosi.

Balqis memicingkan mata. Mencari kegugupan yang biasa Iyok ekspresikan kala berbohong. Mencari kebenaran dari ucapan yang terlontar.

"Fano juga susah di hubungin."

Iyok menghela nafas lelah. Satu jam mereka beradu argumen tapi sampai kini belum menemukan titik terang dari permasalahan yang terjadi. Mereka berdua seolah berputar di lingkaran yang sama.

"Jangankan Fano. Semua anak Kiflyf juga ga bisa di hubungin saking sibuknya. Kamu harusnya ngertiin aku. Katanya dukung kerjaanku!"

Balqis terlonjak kaget dengan suara Iyok yang semakin meninggi. Selama pacaran mereka memang sering bertengkar, tetapi ini adalah puncak kemarahan Iyok. Balqis takut emosi yang menyulut menjadikan hubungan yang mereka bangun ikut terbakar. Taruhannya adalah ikatan yang terjalin berdua.

Umur mereka memang setara. Ego dan haus perhatian sering jadi batu di hubungan ini. Sifat mereka sama; manja, ingin dimengerti, sumbu pendek dan egois.

"Kamu berubah semenjak Kiflyf makin terkenal. Aku ga kenal Iyok yang dulu." Ada suara tangis yang tertahan dari suara Balqis. Iyok mencoba acuh.

Iyok pusing dengan hidupnya. Ada perasaan gamang dan bingung yang melanda. Sepercik gairah untuk bermesraan dengan kekasih seolah mati sudah. Kebingungan semakin membesar kala ia sangat bahagia berbagi waktu dengan sang sahabat sampai lupa dunia. Seolah Fano pusat semestanya sekarang. Membuat Balqis terlupakan. Menjadikan Fano peran utama kebahagiaan yang harusnya ia dapatkan dari pacarnya. Menolak orang lain yang hanya peran pengganti, termasuk Balqis.

"Ada yang kamu sembunyiin?" Balqis memicingkan mata.

Iyok membuang nafas kasar. Sedikit menggebrak meja dengan mata memerah menahan amarah yang memuncak. "Apapun yang kamu tuduhin ke aku," Iyok menatap tepat di bola mata sang kekasih, "—itu semua ga bener. Aku kasih nomer anak-anak yang kerja sama Kiflyf biar kamu juga kenal sama temen-temenku. Tanya ke mereka gimana kerja kita satu bulan terakhir ini." Iyok bangkit dari duduk lalu menyampirkan tas.

Stupid F | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang