Balqis menatap figur Iyok dari samping. Rahang yang tertutup lemak, pipi bulat, hidung khas Asia, mata indah berwarna coklat serta kulit putih yang nampak bersinar meski hanya mendapat cahaya minim. Sudah menginjak dua tahun masa pacaran mereka dan selama dua tahun itu pula Balqis dimanjakan dengan sikap Iyok yang penurut, tidak menuntut meski terkadang permintaan Balqis cenderung merepotkan.
Masih terekam jelas diingatan ketika Balqis sakit setelah begadang mengerjakan tugas kuliah. Iyok tengah malam membawakan soto untuknya karena nafsu makan berkurang. Saat itu musim hujan baru mau masuk dan angin lembab cukup dingin. Iyok hanya memakai kaos lengan panjang dan celana pendek mengendarai motor ke rumahnya di malam yang kian larut.
Balqis tersenyum meski wajah pucat akibat sakitnya tidak bisa ditutupi. Iyok itu hangat, tidak hanya suhu tubuhnya, tetapi juga senyum, pembawaan dan sikap manis yang menjerat Balqis saat itu.
Semua tentang Iyok sekelebatan memenuhi imaji Balqis sampai film yang diputar tidak menarik atensinya.
"Kamu kenapa?" Iyok menoleh. Memaku pandangan gadisnya yang menyorot dengan tatapan penuh.
Balqis tersenyum. "Aku seneng bisa ngabisin waktu sama kamu. Udah lama kita gak kayak gini, kan?" bisik Balqis lalu memeluk lengan Iyok.
"Maaf ya, sibuknya aku jadi buat susah kita ketemu." Iyok mengelus kepala Balqis dan membawanya untuk bersandar di pundak.
Menghidu aroma buah segar yang menggelitik, Iyok kembali mencoba fokus saat Olaf memperagakan Elsa. Namun sial, citrus itu malah mendesak ingin memenuhi dadanya. Pikiran Iyok kacau.
"Abis ini kita kemana?" Balqis mendongak.
"Makan?" suara Iyok terdengar seperti pertanyaan balik. Balqis mengangguk senang, setidaknya waktu untuk lebih lama bersama Iyok akan ia habiskan dengan sebaik mungkin sebelum tuntutan kerja menjadi pemisah mereka kembali.
Bisik-bisik dari kursi di sebelah kembali membuat Iyok harus menajamkan pendengaran. Keluh Fano terdengar. Lelaki itu bosan dan ingin segera mengajak Laura pulang.
"Kita makannya bisa lain kali aja gak, Yang? Aku kayaknya capek banget pengen tidur." ucap Iyok.
Balqis melepas pelukan di lengan atas kekasihnya. Menekuk wajah dengan raut tidak suka. Tergambar jelas perempuannya menahan amarah. "Sebentar aja, Yok. Makan abis itu pulang, ya?" pinta Balqis dengan kedua tangan saling bertaut di depan dada; gestur memohon.
Entah lelucon takdir mana lagi yang menertawakan Iyok sekarang, Balqis sontak menepuk pundak Fano yang berjarak kurang dari sejengkal dengan Iyok.
Fano menoleh. Mata arang itu membola saat mengenal sosok yang menepuk keras pundaknya "Balqis? Eh Iyok?" Fano menunjuk-nunjuk.
Laura ikut menoleh. Mereka berempat tersenyum lalu berbisik-bisik. Posisi duduk dari kiri ke kanan terdiri dari Balqis-Iyok-Fano- Laura. Mereka hanya terhalang pegangan kursi dan gelas cola serta karton berisi popcorn.
"Kok aku baru sadar ada kalian juga di sini." Laura mencondongkan badan.
"Kamu sama Iyok ngajakin kita buat double date?"tanya Laura kepada Fano.
Fano menggeleng. Mata itu masih jelas menggambarkan keterkejutan. "Aku aja gak tau kalau di sebelahku itu Iyok." ucap Fano masih terus memandang Iyok.
Di mata Fano sekarang, Iyok lebih manis dari popcorn dalam genggamannya. Hanya berbalut sweashirt biru tua yang seingat Fano adalah miliknya dan celana jeans hitam cukup membuat beberapa detik Fano berdecak kagum sekaligus malu sudah menatap Iyok terlalu dalam.
Fano rasa jantungnya berdetak bahagia, seperti menemukan oasis di padang pasir, menyegarkan. Seperti mendapatkan kado special kala natal, menyenangkan. Fano rasa ia siap untuk menentukan pilihan besar dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid F | FaYok vers ✔
Fanfiction2019 Berawal dari buat konten homo-homoan malah berakhir jadi homo beneran. ___________________ Story: Kejukopi Inspiration: Kiflyf tv Art on cover is't me