2019
Berawal dari buat konten homo-homoan malah berakhir jadi homo beneran.
___________________
Story: Kejukopi
Inspiration: Kiflyf tv
Art on cover is't me
Matahari kian berangsur naik ketika jam dinding menunjukkan pukul 9. Cuaca sangat cerah, bermandikan hangatnya mentari, Iyok siap untuk beraktifitas. Angin sepoi-sepoi membelai gorden yang tersingkap; sejuk, tenang, tentram dan damai.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Iyok sangat kaget sejadinya ketika ia terbangun masih berada dalam dekap lelaki beraroma citrus. Hangat yang bersemayam dalam dada seperti secercah cahaya mentari pagi yang melingkupi diri. Senyum terkembang konyol dari bibir tebalnya. Mendongak untuk melihat sang sahabat yang masih terlelap, terbuai dalam mimpi.
Nafas Fano teratur, senyum kecil secara nakal terbit di belah merah tua Fano, entah apa yang ia mimpikan, Iyok hanya berharap itu baik dan menyenangkan.
Bulu mata lentik itu bergerak pelan. Rahang tegas Fano dengan bulu janggut yang mulai tumbuh kecil-kecil terlihat tajam. Tulang hidung Fano tinggi semakin mempertegas garis wajahnya. Alis tebalnya seperti ulat bulu yang mengkerut akibat saling bertautan.
Turun dari kasur dan membuka lebar jendela. Merenggangkan tubuh seraya menikmati cahaya kuning keemasan dari raja langit, Iyok merasa hatinya penuh. Pengendalian diri atas rongrongan ego perlahan turun.
Pemikiran yang berkecamuk rewel sejak sore lalu mulai mereda. Rongga dada yang semula sesak menjadi lebih lapang. Gelap mata yang mengakibatkan sakit hingga jatuh tertidur berangsur lebih terang akibat arang yang berkilat indah seolah menuntunnya pada jalan yang seharusnya. Iyok seperti terlahir kembali, ia bahagia.
"Yok?" panggil Fano yang matanya masih terpejam.
"Ngigo kamu?" Iyok duduk di single sofa. (Ngelindur kamu?)
Fano mengucek mata, membiasakan bias sinar yang masuk pada retinanya. "Enggak. Kamu udah bangun aja." Fano menyenderkan diri ke kepala ranjang.
Iyok memberikan gelas berisi air putih pada Fano yang langsung diterima baik. "Demamnya udah turun, ya?" Iyok menempelkan punggung tangan pada jidat Fano. Fano mengangguk setelah menandaskan isi gelas.
Setelah Fano mengumpulkan nyawa dan melihat Iyok membereskan meja, Fano berjalan ke kamar mandi. Sikat gigi miliknya masih tersimpan apik di gelas kaca berisi sikat gigi Iyok, alat cukur dan sisir kecil. Senyum simpul terbit tanpa sadar.
"No! Hpmu bunyi nih!" Teriak Iyok.
"Angkat aja, Yok." Balas teriak Fano yang suaranya terdengar besar dan berat.
Klik
"Halo." Sapa Iyok dengan suara ragu sebab id caller yang tertulis bernama "Ayah Beruang."
"Fano?" tanya si penelepon dengan suara laki-laki.
"Fanonya di kamar mandi. Ada perlu apa?"
"Oh ini Iyok?"
Iyok mengangguk lalu sadar bahwa orang yang sedang berbicara dengannya tidak bisa melihat respon non-verbal yang ia berikan. "Iya. Ini siapa kalau boleh tau?"