2019
Berawal dari buat konten homo-homoan malah berakhir jadi homo beneran.
___________________
Story: Kejukopi
Inspiration: Kiflyf tv
Art on cover is't me
Tiba-tiba saja gerimis turun. Perlahan namun pasti butirannya menjadi lebih besar. Fano dan Iyok sudah berada di dalam mobil saat angin berhembus cukup kencang sampai merobohkan payung besar milik pedagang nasi goreng.
Mereka berjalan sangat cepat menuju parkiran yang letaknya lumayan jauh dari tempat makan. Jalan cepat ini bisa dibilang setengah berlari bagi Iyok, karena setelah sampai di mobil nafasnya putus-putus ketika menyamakan langkah.
Fano memberikan air mineral yang sejak tadi ia pegang. Menjeda waktu agar Iyok dapat bernafas dengan normal. Mengamati bagaimana sang sahabat yang duduk di sebelahnya mengelus dada demi mengatur detak jantung. Bagi Fano, berjalan hampir delapan ratus meter tadi bukan masalah dibanding ia harus basah kuyup karena gerimis.
Jalanan yang tadinya dipadati pengunjung berangsur sepi. Semua berlindung dari turunnya hujan. Malam dan kehujanan menjadi kolaborasi baik untuk masuk angin dan itu tidak ada dalam daftar keinginan Fano sekarang.
Iyok menyenderkan punggung pada kursi mobil yang diturunkan. Menyamankan duduk dengan merebahkan badann. Ia pegal. Betisnya menjerit sakit. Iyok jarang olah fisik, lebih senang olah masak.
"Pulang sekarang?" suara Fano menjadi yang pertama memenuhi mobil setelah Iyok mengatur nafas dengan berlebihan tadi.
Iyok mengangguk mengiyakan. Bulir keringat sebesar biji jagung memenuhi jidat bahkan turun melewati rahang. Nafasnya sudah stabil namun detak jantung masih abnormal.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jalanan macet disertai hujan menjadi latar suasana. Malam Minggu dan hujan biasanya menjadi doa para jomblo agar yang pacaran tidak pergi di luar. Ya, sepertinya doa itu diijabah. Sekarang Fano dan Iyok terjebak dalam kondisi itu dalam hening. Namun tidak dengan status pacaran seperti kalimat sebelumnya.
Melirik sekilas penumpang yang duduk dengan nyaman dan pandangan menerawang jauh. Seolah pikiran yang bergelut dalam otak mengalihkan kesadaran akan entitas lelaki yang sedang menyetir. Mengabaikan pandangan sayu dari kursi pengemudi. Tidak sadar akan rintisan sakit dari yang lebih tua akan kondisi sang sahabat begitu menyedihkan.
Pandangan manik madu itu kembali meredup. Kebahagiaan yang ditawarkan Fano sudah hilang tersapu aliran air langit. Menyisakan hanya gelanyar aneh dalam dada. Memenuhi perasaan namun tidak dengan perang batin yang dirasakan.
Fano memutar radio dan mencari saluran siaran secara random. Membunuh sunyi dengan suara selain bunyi hujan yang jatuh membentur atap mobil.
"Kamu kenapa? Ada masalah?" mereka berdua tidak saling tahu jika satu sama lainnya sedang bertengkar dengan sang pacar. Mereka tidak saling tahu jika keduanya diambang perpisahan dengan pasangan masing-masing.
Jika Iyok pusing dengan masalahnya dengan Balqis, Fano pun demikian. Perkara hati dengan Laura belum terselesaikan meski perempuan itu seakan ikhlas atas apa pilihan Fano kedepannya.