17. Pada Dasarnya

1.2K 120 42
                                    

Prank kepergok mesum di rumah temen (Gay Prank)

*

Senja pulang pada peraduan. Meninggalkan langit dengan warna ungu dan berganti semakin gelap. Burung terbang, kembali pada sarang. Semua menjadi sunyi, sepi seolah hanya bisa memeluk diri.

Langit dikuasai gelap dengan bulan sebagai raja. Menguasai malam dengan anggun seolah mampu memimpin langit.

Di mobil suasana total canggung. Iyok meremas jemarinya, resah sekali. Fano mencengkram stir, menyalurkan kesal dan caci pada diri. Terlalu terburu sampai tidak bisa prediksi konsekuensi yang akan terjadi. Berakhir keduanya bisu.

Tape dimatikan, Iyok pusing sebab lagu hanya yang mengisi suara hanya membuat penat, tidak menghadirkan ketenangan.

"Tau begini mending aku tahan dulu ngomongnya sama kamu, Yok." Fano tidak tahan dingin mendominasi akhirnya kalah untuk bersuara.

Iyok menoleh. Menjatuhkan pandang pada Fano yang fokus mengemudi. "Lega?"

Dibalas angguk. Fano menjilati bibir bawah yang kering sebab terlalu gugup. Bahkan tenggorokannya kering.

"Gak apa, seneng kalau kamu lega." Senyum terbit tapi tidak di mata. Hanya formalitas yang memuakkan.

Menepi, mobil akhirnya berhenti di bahu jalan. Persetan karena sudah langgar lalu lintas. "Kamu gak ada perasaan lebih buat aku? Sedikitpun?"

Yang duduk di kursi penumpang gemetar kecil. "Um, aku gak tau."

"Tanya hati kamu, apa peran aku di sana?"

Lalu mobil jalan lagi dengan suasana yang sialnya lebih canggung.

Mereka hanya sepasang hati yang tersesat. Sebab pandangan satu sama lain berubah. Rasa tertarik dan kagum berlebih menumbuhkan yang seharusnya tidak boleh tumbuh. Hantaran hangat menjadikan alasan untuk selalu bersama meski hanya berupa tatap dari jauh, meski hanya berupa senyum yang terulas tanpa alasan.

Mereka hanya sepasang hati yang tersesat. Terbelenggu dengan aturan nilai dan norma masyarakat. Terpaku pada baku ideologi jika laki-laki harus berpasangan dengan perempuan dan selamanya begitu. Tersurat jika larangan dilakukan maka pandangan lain akan menghantui seumur hidup.

Mereka hanya sepasang hati yang tersesat. Mencari jalan keluar dari labirin penyesat yang ujungnya sudah diketahui namun berliku jalannya. Sanggah berakhir gundah adalah bumbu penghias hati tanpa henti. Tahu, rumah kembalinya pulang itu si manik kembar yang duduk berdampingan saat ini meski berteman resah.

Tenyata Alvin belum pulang. Iyok dan Fano duduk bersebelahan tanpa bicara. Gaung suara di dalam kepala menjadi beban yang teramat berat untuk diluapkan.

"Fano." Iyok lelah. Badan serta batinnya ngamuk ingin istirahat. Menjatuhkan bobot tubuh di sofa panjang yang tersedia di ruang tamu kosan, Iyok jatuh rebah. Tangan kanan melintang di dahi dengan tatapan kosong.

Jalan mendekat, Fano duduk lesehan tanpa alas. Dingin lantai tidak membuatnya angkat pantat untuk mengambil duduk jauh dari Iyok.

Terlanjur basah, mending nyebur sekalian. Terlanjur ungkap rasa, mending Fano bersikap sesuai keinginan hati saja sekalian; menunjukkan ketertarikan pada Iyok. Tidak ingin mengelak lagi, tidak ingin menghindar lagi, tidak ingin menjauh lagi. Fano patenkan untuk bergerak maju demi menunjukkan eksistensinya di depan Iyok.

"Gak mau pusing soal urusan hati. Aku sama Balqis baru putus. Kamu sama Laura masih gak jelas statusnya. Jangan jadiin aku pelarian karena kamu lagi ada masalah sama dia. Kalau mau balik sama Laura, sana."

Stupid F | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang