14.5 Fano, Iyok dan Dedek Tio

1.2K 133 129
                                    

Setibanya di rumah, Fano dan Iyok langsung disambut gelak tawa khas anak kecil. Fano setengah berlari dan menghujani ciuman di pipi bulat sang keponakan yang sedang tiduran di karpet tebal bersama mainan berupa bola warna-warni di sekelilingnya.

"Udah sampe aja. Mas kira bakal lama gitu." Mas Julio menaik-turunkan alis. Iyok akhirnya tahu bahwa Mas Julio dan Fano punya wajah yang menyebalkan saat sedang mencoba mengejek orang dengan ekspresi wajah yang dibuat konyol atau semesum mungkin.

"Mas Julio mukanya kayak pedofil, ah." Iyok mengambil duduk di sebelah kanan Tio yang masih betah tiduran sambil menonton Tayo, bus kecil yang ramah.

Mas Julio dan Fano tertawa bersamaan. Iyok dan Tio sampai berjengit kaget. "Jantungku pindah ke ginjal ini saking kagetnya." Iyok mengelus dada.

Tawa kakak beradik itu akhirnya reda. "Mas mau berangkat susulin mbak dulu ke rumah temennya, dari pagi dia udah di sana aja. Tolong titip Tio, ya. Uang buat jajan nanti Mas ganti. Itung aja." ucap Mas Julio mengambil kunci mobil yang ia letakkan di meja tamu.

Fano mengantar Mas Julio sampai depan pintu, sedikit berbisik agar tidak terdengar Iyok dan Tio. "Jagain, No." Lalu kedipan nakal membutakan mata Fano akibat iritasi mendadak.

"Iya emang tugasku jagain Tio, kan?"

Mas Julio menggeleng dengan sorot mata seolah kecewa dengan kalimat adiknya barusan. "Mas kira kamu peka." Menepuk sekilas bahu Fano, Mas Julio pergi masuk ke dalam mobil.

Iyok membuka kulkas, mencari botol susu milik Tio. "No, ini gimana cara buat susunya? Aku enggak ngerti." Iyok menggoyang-goyangkan botol susu kosong pada Fano yang ternyata ada di rak piring.

Fano meninggalkan Tio yang khusyuk nonton. Berjalan mendekati sang sahabat yang berdiri di depan kotak susu serta termos. "Masukin susunya dua sendok takaran, terus tuang air panas sampai segini, kocok pelan."

Iyok mengangguk lalu mengusir Fano dari dapur. Membuat susu formula untuk anak kecil ternyata tidak sesulit yang Iyok perkirakan. Meneteskan sedikit susu yang telah ia buat sesuai instruksi Fano pada punggung tangan untuk mengecek suhu panas air agar tidak membuat lidah Tio melepuh.

"Kita jadi jalan, kan?" tanya Fano, yang ditanyai mengangguk semangat. Iyok duduk membungkuk untuk menyodorkan dot ke mulut Tio yang diterima dengan senang oleh bayi yang baru belajar bicara tersebut.

Mereka kompak menyiapkan keperluan Tio; memasukkan dua potong baju dan celana, botol susu baru dengan susu bubuk tanpa air panas, sendal, dan topi. "Kamu gak mau nyiapin apa gitu, No?" tanya Iyok setelah menutup tas Tio.

Fano berfikir sejenak lalu mengangkat bahu tanda tidak tahu. "Menurutmu aku harus siapin apa?"

Iyok duduk di kursi. "Baju ganti sama sendal, kan nanti kita mau main ke pantai."

"Nanti beli aja di sana."

"Ih jangan. Boros. Sini biar aku yang siapin, kamu panasin mobil aja dulu sekalian masukin kursi kecil buat Tio." Fano tanpa banyak bantah langsung menuruti perintah Iyok.

Sepuluh menit kemudian Fano menghampiri Iyok yang sedang memasukkan beberapa buah ke dalam tas milik Fano. "Gak usah, kita mampir ke supermarket aja." Fano menarik tangan Iyok dan menuntunnya sampai ke mobil.

"Foto dulu buat kenang-kenangan, yuk." Ajak Fano.

"Ayo aja. Minta tolong bapak yang mau ambil sampah itu aja, No."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Stupid F | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang